Chap 1 : The Beginning

127 18 0
                                    

Sean terbangun disebuah hamparan taman yang luas, tersenyum yang tidak pernah ia tampakkan saat hidup di dunia dia menyadari dirinya sudah mati dan berpindah alam

" ini tempat kehidupan setelah kematian " Sean memandang sebuah taman yang indah itu dengan tatapan takjub, kakinya berjalan menyusuri taman yang di penuhi Bunga-bunga

Sean berhenti di sebuah pohon yang rindang yang langsung menghadap ke danau " disini indah dan sejuk, menyenangkan sekali " Sean terkekeh membayangkan dirinya hidup disini

" aku sudah menunggumu"

" Siapa kau?! tunggu " Sean merasa dia tidak asing dengan laki laki yang datang entah dari mana, melihatnya seperti melihat kawan lama yang tidak pernah berjumpa

" Aku Arseana , berhubung kau juga dipanggil Sean panggil saja aku Arsen "

Tentu saja Sean tidak asing, namanya dan fitur wajahnya mirip dengan dirinya dia seperti bercermin melihat dirinya sendiri

" kebetulan macam apa ini , biar ku tebak kau juga mati " Sean dengan nada sarkas dan jengkelnya

" tidak, aku belum mati, percaya atau tidak, tidak kau harus percaya, kita adalah jiwa yang sama yang hidup di dimensi berbeda, di dimensi dimana kau hidup kau sudah mati dan di dimensi dimana aku hidup- "

" justru kau lah yang mati begitu, aku tak percaya "

" tidak, jiwa kita akan melebur menjadi satu dan menjadi satu raga dan kau harus mau " Arsen dengan memerintah dan memaksa

" tidak terima kasih aku tidak ingin hidup lagi, jika kau ingin hidup, hiduplah sendiri " timpal nya dengan nada tak ingin dibantah

'memangnya dia saja yang kepala batu '

Sean duduk sembari menatap danau yang luas nan indah itu tanpa tertarik lebih jauh penjelasan Arsen , Arsen yang kesal di acuhkan ikut duduk disebelah Sean mencoba menjelaskan kembali tujuannya

" kau adalah aku , dan aku adalah kau "

" tidak, kau adalah kau, dan aku adalah aku "

" kau tidak mengerti, kita sama, hidup yang kau jalani aku juga menjalaninya, kita harus menyatukan jiwa kita sehingga kita bisa menulis kebahagiaan kita sendiri "

" kebahagiaan? aku tidak butuh itu, aku tidak mau hidup menjadi dirimu, terlebih aku tidak mau lagi terluka, luka fisik bisa di obati tapi luka hati, aku tak ingin merasakannya lagi "

" Kau harus berjuang untuk kebahagiaan mu Sean, aku mohon, aku mohon Sean , hanya ini kesempatan kita "

Arsen tahu hidup yang Sean jalani, sakit, luka, trauma yang sean rasakan apa pun itu karena dia juga mengalaminya

" kau takkan mengerti rasa sakit apa yang kujalani saat aku hidup "

Sean hanya ingin membuat Arsen mengerti dia tidak ingin hidup lagi, tidak ingin merasakan rasa sakit yang dulu ia alami

" aku mengerti, aku mengerti, rasa sakit yang disebabkan keluargamu aku juga mengalaminya, ditinggalkan orang yang kau sayangi aku juga mengalaminya, aku harus apa agar kau percaya aku adalah kau Sean"

Arsen merasa sedikit putus asa waktunya hanya sebentar tidak bisakah dia membujuk Sean agar menjalani kehidupannya

Sean bersandar pada pohon di belakangnya, merenung sejenak, lama lama ia menyadari Arsen adalah dirinya, dalam sekelebat ingatan yang datang entah dari mana dia tahu itu Arsen entah kenapa dia merasa dialah orang yang ada di ingatan itu

" kalau kau adalah aku , kau juga tahu trauma rasa sakit apa yang membekas dihatiku, dari dulu aku menunggu momen dimana aku mati dengan harapan rasa sakit ini juga bisa hilang, ternyata tidak, ya "

tiba tiba rasa sesak menyergap diri Sean, perasaannya campur aduk terbayang masa lalu yang sangat menyakitkan baginya

" tapi kehidupan kali ini berbeda, percayalah, kau bisa bahagia, bukan kita bisa bahagia"

Sean termenung dengan pikiran yang melalang buana, dia tidak ingin hidup lagi tapi disatu sisi dia seperti menyadari perasaan Arsen, karena dihatinya seperti ada harapan dan cahaya yang dulu tenggelam

Sean bimbang, baru saja ia menginjakan kaki di taman surga dan kini harus keluar terlebih ke dunia tempat orang saling menjatuhkan dan membalas dendam

" ingatan siapa itu "

Sean bergumam dengan nada heran , merasa speechless

Di otak Sean berputar ingatan dirinya menikah dengan seorang perempuan cantik

siapa perempuan itu kenapa terasa familiar

lalu ingatan itu berganti dengan kelahiran seorang laki laki yang menggemaskan berganti dengan ingatan laki laki yang menggemaskan itu berusia 10 tahun menenteng medali dan piala sekarang disusul dengan 2 laki laki kecil, sepertinya adik adiknya karena postur wajahnya mirip mirip

" tunggu, Arsen kau sudah menikah bahkan mempunyai 3 anak " Arsen mengangguk membenarkan dengan raut wajah tersenyum

"ingatan yang lainnya akan kau ingat tapi jangan terlalu dipaksakan"

ada perubahan dalam raut wajah Arsen yang semula tersenyum lembut sekarang hanya ada wajah datar dengan tatapannya kosong

" Aku laki laki brengsek Sean, aku tidak bisa menjaga keluarga kecilku, aku tidak ingin menjadi orang tua seperti mereka, ada alasan untuk setiap sikap dan perlakuan ku "

Arsen menatap danau dengan raut wajah yang sulit dibaca, matanya memancarkan luka lara yang terpendam rapat dalam hatinya

Dalam ingatan Sean muncul senyum ketiga anak itu, hati Sean menghangat mengingatnya

sekarang dalam dirinya muncul semangat untuk menjaga senyuman itu dia seperti mempunyai energi untuk melakukan apapun itu agar senyuman ketiga anak itu selalu menghiasi wajah wajah mereka setiap harinya

Akhirnya Sean membuat keputusan dan menatap mata Arsen

"sepertinya ini takdir kau dan aku, mau bagaimana lagi, baiklah" Arsen tersenyum mendengar jawaban Sean, sepertinya tujuannya tercapai

" aku harus pergi Sean, kau harus membuat kita bahagia dan juga membuat mereka bahagia"

tubuh Arsen menipis dan memudar, Sean menatap manik mata Arsen yang persis sama sepertinya

" Arsen kau tidak akan pergi kau adalah aku dan aku adalah kau Arseana dimana aku hidup kau juga hidup dan dimana aku pergi kau juga pergi "

Sean mengatakan itu dengan pembawaan nya yang tenang dan meyakinkan

" hahaha kau benar kau menyatu dengan jiwaku, ku percayakan semuanya padamu baiklah sampai jumpa"

Sean memandang dengan tulus tubuh Arsen yang memudar dan membetuk cahaya cahaya kecil yang melayang di udara dan cahaya itu masuk kedalam tubuh Sean dengan perlahan, Sean seolah menerima apa yang terjadi tubuhnya dia menutup matanya

saat dia membuka matanya kembali, dirinya menjadi seperti manusia seutuhnya dan menemukan jati dirinya yang tadinya seperti manusia tanpa raga,

sekarang seperti menerima kekuatan dari semesta auranya berubah menjadi pekat dan matanya yang biru sedalam lautan bersinar berkilau seperti berlian

Sean bertekad akan merombak seluruh alur hidupnya, sekarang dia lebih siap dari sebelumnya mungkin dia akan merasakan rasa sakit lagi akan ada banyak masalah yang akan dia hadapi tapi tak apa sekarang ia punya alasan untuk bahagia....





°°°

tbc

A R S E A N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang