Lembutnya cahaya matahari pagi menyusup melalui celah-celah pepohonan yang rimbun, menari di atas rumput hijau yang tampak tak pernah tersentuh musim gugur.
Di sekelilingnya, bunga-bunga berwarna cerah tumbuh dengan anggun, seolah-olah mereka sedang menari mengikuti irama alam yang tak terucapkan.
Udara terasa sejuk, tetapi penuh kehidupan. Suara burung berkicau lembut, melodi yang membangunkan jiwa dari tidur panjang.
Sean membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa ringan, tubuhnya terasa bebas, seolah-olah segala rasa sakit yang pernah dia rasakan hilang begitu saja.
Pandangannya masih kabur, tetapi saat fokusnya mulai jelas, ia melihat dirinya terbaring di atas padang rumput yang tak pernah terlihat lebih hijau. Tanpa tahu mengapa, ada rasa ketenangan yang luar biasa mengalir dalam dirinya.
“Di mana ini?” gumam Sean, suaranya lembut seperti angin yang berbisik.
Dia bangkit perlahan, merasa seolah-olah dunia ini adalah tempat yang penuh kedamaian. Dengan satu gerakan, tubuhnya sudah berdiri tegak. Saat melihat ke sekeliling, ia menyadari bahwa ada taman yang tak terhingga luas, penuh dengan pohon-pohon besar yang daunnya bersinar seperti emas.
Awan-awan tipis menggantung rendah, tetapi tidak ada beban. Langitnya begitu biru, tanpa ada satu pun awan gelap yang menandakan kekhawatiran.
Di kejauhan, Sean melihat sosok seseorang yang tampak seakan menunggunya. Wajah itu menyinari dunia dengan senyum lembut dan penuh kedamaian.
Perlahan, Sean berjalan menuju sosok tersebut, setiap langkahnya terasa ringan, seolah-olah tanah di bawah kakinya berbicara tentang kedamaian yang tak terbantahkan.
"Saya... sudah mati?" tanya Sean dengan suara yang bahkan dirinya sendiri merasa aneh.
Sosok itu menatapnya, matanya penuh kasih, seolah-olah sudah lama menunggunya untuk menemukan jalan. “Kamu tidak mati, Sean. Kamu hanya kembali pulang. Ini adalah tempatmu yang sebenarnya, tempat yang penuh dengan kedamaian.”
Sean terdiam, mencoba mencerna kata-kata tersebut. Seakan-akan, seluruh kehidupannya yang penuh kegelisahan, ketakutan dan rasa sakit telah terhapus.
Semua itu seperti mimpi buruk yang lenyap begitu saja, dan yang tersisa hanya ketenangan yang mengalir dalam setiap jengkal udara di sekitarnya.
"Selamat datang di taman yang tidak pernah surut," lanjut sosok itu. "Ini adalah surga, tempat di mana jiwa yang telah melewati ujian kembali menemukan kedamaian yang hakiki."
Sean menatap sekelilingnya, merasa seakan seluruh alam semesta ini menyambutnya dengan penuh cinta dan kehangatan. Di sinilah, di tempat yang indah ini, dia merasa untuk pertama kalinya dalam hidupnya—terhubung dengan segalanya.
Dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi yang jelas, Sean tahu satu hal: dia tidak pernah merasa lebih hidup daripada saat ini, meskipun ia tahu dia telah meninggalkan dunia yang sebelumnya ia kenal.
"Ada yang menunggu mu. Sean." Sosok itu berbicara, sebelum Sean merespon dia sudah berbalik dan meninggalkannya sendirian.
Sean kembali memandang dan menikmati sebuah taman yang indah itu dengan tatapan takjub, kakinya berjalan menyusuri taman yang di penuhi Bunga-bunga.
Dia berhenti di sebuah pohon yang rindang yang langsung menghadap ke danau yag jernih di tumbuhi bunga bunga teratai bewarna merah.
"Disini indah dan sejuk. Menyenangkan sekali" Sean terkekeh membayangkan dirinya hidup disini, sangat menyenangkan tak ada polusi, tak ada gedung pencakar langit, tak ada bangunan bangunan yang merusak mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
A R S E A N A
Ngẫu nhiên••• Tentang Arseana yang sudah mati namun menemukan dirinya yang lain masih hidup di dimensi berbeda dengan kisah hidup yang masih sama. Entah kenapa dirinya disini sudah mempunyai anak dan istri, keluarga nya sendiri yang dia pikir hanya impian yan...
