CHAP 3 : RISE UP!!

553 44 5
                                        

Leon berjalan di lorong lorong rumah sakit dengan sedikit tergesa gesa, untuk melihat keadaan tuannya yang koma selama hampir satu bulan lamanya.

Rasa lelah letih menggerogoti tubuhnya, selama Sean koma. Leon yang mengerjakan dan menggantikan semua pekerjaan, yang tak terhitung banyaknya. Juga menyelidiki dalang dari peristiwa yang menimpa Sean.

Setelah sampai di luar pintu kamar rumah sakit tempat Sean dirawat, keluar. Perawat perawat yang membuat jantung Leon mencelos melihatnya dan seorang dokter keluar dengan wajah lelahnya

"Apa yang terjadi? Bagaimana keadaan Tuan Sean sekarang?"

"Tuan Sean, Tadi mengalami kejang kejang dan sempat mengalami henti jantung...Sekarang keadaannya mulai stabil, walau tidak ada kemajuan."

Mendengar kabar itu Leon bagai tersambar petir semakin lemah tak berdaya rasa lelah setelah menggantikan pekerjaan Sean, hilang menguap hilang begitu saja tapi dia cepat menguasai dirinya.

"Lalu kapan Sean sadar?"

Leon resah dengan keadaan tuannya, rasanya sakit melihat tuannya terus berada dalam ambang kematian. Ini bukan satu dua kali, sean berada di posisi ini.

"Saya tidak bisa menjawab kapan tuan Sean sadar. Kecelakaan yang dialami tuan sean terlalu parah bahkan kecil harapan untuk selamat—Anda harus siap untuk segala kemungkinan yang akan datang.

Saya permisi masih ada pasien yang harus saya periksa"

Leon masuk kedalam ruangan duduk di kursi di pinggir bangkar rumah sakit, matanya melihat wajah Sean yang tenang, damai. Tidak ada mata biru yang menyorot dengan dinginnya, sekarang matanya tertutup dengan rapat.

Dia, terbaring dengan alat alat yang menempel di setiap inci tubuhnya, saudara nya terbaring tak berdaya. tapi, ia tak bisa apa-apa.

Leon termenung, ia berharap keajaiban tuhan datang. Kenapa begitu banyak orang yang ingin Sean mati? apa ini cobaan yang tuhan berikan untuk nya(?)

Begitu lama Leon diam, hanya ada suara monitor jantung, yang menemani. Malam semakin larut, dia, hanya diam. Terus mengamati berharap— Tapi, kepalanya berisik, terus saja bermonolog. Hatinya gelisah

'siap untuk segala kemungkinan? saya tak akan pernah siap untuk itu, apa yang harus saya katakan pada anak anak anda? apa mereka akan peduli jika anda pergi?

Aku tidak tahu harus apa Sean? bagaimana,... bagaimana jika kau pergi. Tidak! kau harus bangun Sean, aku tak ingin terbebani dengan anak anak kurang ajar mu ' - batin leon

"Aku mohon Sean, cepatlah sadar."

Suara Leon mengalun memecah keheningan tak ada jawaban, Leon tidak bisa berpikir jernih dia memikirkan apa yang akan terjadi jika tuannya tidak akan bangun.

Dirinya frustasi lelah, melihat tuannya terlihat menyedihkan seperti ini tak bisakah Tuhan meringankan bebannya dengan membuat dia sadar.

Apa yang membuat Sean tak ingin bangun dari tidurnya. Apa itu begitu indah?

'10 jam tuan saya duduk menunggu mu disini tak inginkah tuan ingin memarahi saya karena banyak berdiam saja dan tidak menyelesaikan tugas saya, tak bisakah anda bangun dan memukul saya saja.

Sean... apapun mimpi mu bangunlah! sudah hampir satu bulan, tak ingin kah kau mendengar kabar tentang anak mu itu' - batinnya lagi

•••

Hari terus berganti, kondisi nya masih sama. Leon bekerja, berangkat pagi hari. Menyelesaikan pekerjaannya sampai larut malam, pergi tidur di rumah sakit.

A R S E A N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang