02.haruskah???

7.2K 613 12
                                    

Aku masih belum mengerti, masih tidak  percaya. Apa yang sebenarnya terjadi denganku, hidupku berubah 180 derajat.

25 tahun pria itu bilang? Oh My God...ini tak mungkin. Aku tidak mungkin melewatkan masa remajaku begitu saja. atau terjadi dengan otakku? Amnesia maybe?

Owhhh itu sepertinya alasan yang cocok untukku saat ini. Ya ya ya, smart Yesha! Aku tersenyum penuh kemenangan setelah menemukan itu.

Aku amnesia, mungkin aku benar-benar mengalami lupa ingatan kalau orang awam sebut. Ahhh aku jadi bersemangat, aku harus bertanya kepada Keanu segera.

Beranjak dari kamar, tadi setelah kakakku pergi, dan setelah makan. Keanu memaksaku minum vitamin dan menyuruhku tidur lagi. Tapi aku harus segera mencari tahu penyebab aku di sini.

Langkahku mantap menuju pintu, kubuka dan segera aku keluar dari kamar. Dan sungguh aku bisa tak berkedip memandang keadaan di sekitarku. Woaaaaa ini benar aku di istana?

Aku masih terpana dengan rumah megah ini. Di depanku terhampar ruangan yang begitu mewah. Ruangan ini sepertinya ruangan untuk menonton televisi atau ruang keluarga. Karena di sudut sana, ada Televisi  yang menempel di tembok dan berukuran sangat besar. Sungguh seperti berada di dalam bioskop saja.

Permadani warna coklat susu terhampar di depanku. Ada sofa warna biru laut yang sepertinya sangat nyaman untuk ditiduri. Dan di sebelahnya ada dua guci hias yang juga sangat tinggi dan besar.

Di depanku dan bisa melihat aku berada di lantai atas karena pemandangan yang terlihat dari balik dinding kaca yang mengelilingi ruangan ini. Owh Siapakah Keanu? Artis? Pejabat? Atau pengusaha kaya raya?

Setelah terpesona dengan ruangan didepanku yang sangat luas, aku mencoba melangkah ke arah samping dimana ada tangga melingkar berwarna putih yang bisa aku pastikan menuntunku kelantai bawah. Suara telapak kakiku, mungkin bisa terdengar saat aku menginjak tangga yang terbuat dari besi ini.

Cukup tinggi juga hingga akhirnya aku sampai di lantai bawah dan kali ini aku mungkin tak terkejut lagi melihat ruangan yang lebih luas dan mewah lagi.

Lantainya sangat licin, ruang tamu sepertinya. Karena banyak sofa mewah berjejer rapi di depanku. Guci-guci hiasan yang ukurannya melebihi tinggiku juga banyak kulihat di beberapa sudut. Dan ruangan ini juga dikelilingi dengan tembok kaca, yang bisa membuat kita menembus pemandangan diluar sana. Hijau rumput yang luas terhampar. Saat aku mencoba menelan ludahku, sebuah dekapan hangat melingkupi tubuhku dari belakang. Aku menoleh, harum mint langsung menguar dari sosok yang belum ada 24 jam ini mengaku sebagai suamiku.

"Sayang, kenapa bangun? Kan masih sakit?" Dia mengecup pucuk kepalaku membuatku merinding.

"Aku....aku...ehmm bisakah kita bicara?" Aku menoleh ke arahnya membuatnya kini mengangkat alisnya. Dia kelihatan begitu tampan dalam balutan kaos polo putih dan celana santai selutut.
Aku kembali mengerjap, mulai tak waras lagi otakku. Kugelengkan kepalaku untuk menghilangkan khayalan liar di kepalaku.

"Apa sayang? " dia menarik pinggangku mendekat ke arahnya.

"Katanya kangen? Jadi apa yang akan dibicarakan?"

******

Kugigit bibirku kesal. Dan pria di depanku makin terkekeh saat ini.

"Amnesia? sayaaanng kamu ini lucu sekali" dia sudah berhenti menertawakanku tapi masih menatapku dengan senyum tertahan.

Tadi saat aku minta berbicara dia membawaku ke sini.

Taman di belakang rumahnya yang sungguh sangat indah ini. Kami duduk di ayunan yang ada di sini. Didepanku ada kolam ikan yang begitu luas. Dan saat aku bilang mungkinkah aku amnesia dia malah tertawa terbahak-bahak.

Dia mengusap rambutku dengan lembut. Dan kali ini tatapannya melembut.

"Aku tak mengerti apa yang terjadi denganmu hari ini sayang, sungguh tapi ehmmm mungkin kamu terlalu merindukanku huh?" Tuh kan dia kemudian ingin kembali tertawa.

"Iam serious" ucapku tajam membuatnya langsung terdiam dan kali ini menghela nafasnya.

"Sayang kamu begini karena  merajuk ya? Kamu kesal denganku karena aku tak bisa menuruti keinginanmu untuk menetap di Inggris? Besok sayang aku janji setelah urusan disini selesai kita kembali ke Inggris, London tepatnya. Dan kita akan habiskan sisa hidup kita di rumah kita" ucapannya makin membuatku bingung. Inggris apa? Mana pernah aku berkeinginan ke sana. Kan aku ingin ke Kairo?

"Tapi aku tak mengenalmu" ucapanku kini membuat binar dimatanya meredup. Salahkah aku?

"Sayang marah benar ya?" Dia kembali menghela nafasnya. Meraih tubuhku dalam pelukannya. Tubuhku menegang kaku. Dadaku menempel di dadanya dan dia menciumi rambutku dengan lembut.

"Jangan marah, jangan begini. Aku tak mau kau lupakan, aku ini orang yang kau cintai sayang!" Ucapannya makin membuatku bingung. Haruskah aku menerima kenyataan ini?

Bersambung

PUZZLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang