5. Hari yang sangat beruntung

1 1 0
                                    

"Kamu ngapain? katanya mau ngerjain tugas bareng?" Marin dari belakang tiba-tiba mengatakan hal tersebut, agar terdengar Marin dan Aria memang telah berjanjian melakukan sesuatu.

"Marin?!!." Ucap Aria dalam hati.

"E,... eum." Aria yang terkejut tiba-tiba ada Marin, mengangguk dengan gerogi menjawab pertanyaan Marin.

"Heehh~ dah gelap gini masih keluyuran ya. Enak banget anak jaman sekarang." Setelah mengatakannya dengan senyum seringai, orang itu melepaskan Aria dan masuk ke bar. Ia melakukannya karna merasa jika berurusan dengan anak laki-laki akan heboh atau menarik perhatian orang lain. Karna itu ia merasa lebih baik tak berurusan dengan Marin.

"Marin? Kenapa disini?" Tanya Aria

"Cuma jalan-jalan." Jawab Marin sambil melirik kesamping, dan terlihat berbohong, sambil lanjut berjalan bersama.

"Bukannya ada urusan sama pak Mano?" Tanya Aria.

"Eum.. dah selesai." Marin menjawab dengan berbohong lagi. Sebenanya Marin kabur dan langsung menyusul Aria karna khawatir.

"Secepet itu?" Tanya Aria

"Katanya rumah Bu Erina di daerah sini ya?" Marin mengalihkan pertanyaan Aria dengan berbohong.

"Ah-, eum" Aria mengangguk.

"Aku disuruh ngasih jurnal sama pak Mano." Marin berbohong agar Aria tak curiga Marin datang untuk Aria.

"Aku gak tau tepatnya si, tapi aku sering liat Bu Erina kalo pulang masuk gang deket rumahku." Ucap Aria menjelaskan.

"Jadi kita terus aja ya." Ucap Marin dengan santai.

"Eum." Aria mengangguk.

*SESAMPAINYA DI GANG RUMAH ARIA.

"Mau ku anterin?" Tanya Aria di depan gang dekat rumahnya.

"E, nggak usah." Jawab Marin.

"Kalo gitu, aku pulang dulu ya. Makasih buat yang tadi." ucap Aria dengan tersenyum sambil melambaikan tangan.

"Eum." jawab Marin mengiyakan dengan muka datar.

Marin masih memperhatikan sampai Aria tak terlihat di belokan. Marin pun baru pulang saat hari sudah gelap, sekitar jam 18.30. Aria merasa sangat beruntung karna tak kesepian saat pulang. Namun Aria berpikir itu hanya terjadi hari ini saja. Jam sepuluh malam, Ibunya  pulang dari kerja. Seperti biasa Aria membuatkan coklat panas atau teh untuk Ibunya. Saat mereka sedang dimeja makan, Aria meminta sesuatu kepada Ibunya. Ia meminta untuk dijemput walau sampai malam. Ibunya tak bisa mengiyakan hal tersebut karna jam pulang kerja begitu malam.

Sejak pertama masuk sekolah, Aria sering menceritakan tentang kegiatan disekolahnya, termasuk club yang diikutinya, dan memberitahu karna kegiatan tersebutlah, pulangnya jadi kesorean. Namun Ibunya tak memperhatikan setiap perkataannya. Bukan berarti Ibunya jahat, namun Ibunya Aria (Rima) semenjak berpisah dengan suaminya, Rima selalu memprioritaskan pekerjaan, karna takut tak bisa menghidupi anaknya. Hal itu membuat Rima selalu tak memperhatikan anaknya. Rima selalu bersikap lembut kepada Aria, namun tak begitu memperhatikan, karna yang diprioritaskan hanyalah pekerjaannya. Meski Aria memahami ibunya, Hal itu membuat Aria sering kesepian.

Pagi pun tiba. Aria bersiap untuk sekolah. Membuat susu dan sandwich Untuk sarapan seperti biasa, karna itu adalah makanan yang mudah dibuat dan tak membuang banyak waktu. Hal itu karna Rima juga selalu buru-buru berangkat kerja. Karna itu Aria juga buru-buru agar bisa berangkat bersama ibunya. Setelah selesai sarapan, Aria langsung berangkat kesekolah.

Hari ini club sience libur, jadi Aria tak bertemu dengan Marin dan anak club lainnya. Namun Aria senang karna bisa pulang lebih awal. Hari ini pun Lian dan Finn tak bisa pulang bersama Aria Karna mereka mampir dengan teman sekelasnya untuk bermain. Aria tetap senang karna hari masih cerah. Sambil meminum segelas jus, Aria pulang dengan hati gembira. Tiba-tiba seseorang mengatakan sesuatu kepadanya dan mengejutkannya.

"Pulang sendiri lagi?" Sapa Marin.

"Marin?!" Aria terkejut.

"Mau kemana?" Tanya Aria.

"Kemana aja bisa." Jawab Marin dengan cuek.

"Hah?!" Aria tertawa dengan bingung.

"Hari ini club libur sih, aku juga gada kelas tambahan. Mau pulang bareng?" Jelas Marin lalu menawarkan pulang bersama, sambil tersenyum.

"Tapi arah pulang kamu kan.., bukan kesini?" Aria bertanya sambil kebingungan.

"Masih siang juga, jalan-jalan bentar gak papa." Jawab Marin dengan santai sambil melirik sekitar.

"Udah sore tau." Aria membalas perkataan Marin sambil kebingungan dengan tawa kecil

Mereka pun berjalan sambil mengobrol dan tertawa. Aria telah berubah pandangan terhadap Marin. Sebelumnya Aria berpikir Marin anak yang egois, tak suka membantu, dan membenci Aria. Namun Aria merasa bahwa mereka berdua sama.

"Ngeselin banget ya, tiap pulang sekolah Lian sama Finn sok sibuk terus. Aku juga pengin main sama mereka." Kata Marin.

"Hahahah, mereka pulang malem terus dimarahin ortu gak ya?" Aria becanda sambil tertawa.

"Gak peduli banget dimarahin apa nggak. Nggak boleh tidur dirumah juga bagus buat mereka." Ujar Marin dengan nada semangat dan lebih berekspresi.

"Haha... Padahal mereka keliatan gak suka hal yang ngrepotin tapi mereka tetep mau nglakuin dan ngebantu orang lain. Aku awalnya gak paham sama mereka, tapi mereka sebenernya baik ya." Kata Aria sambil tersenyum dan tetap melihat kedepan.

"Mereka?.... Yahh kita emang gak selalu bisa ngertiin orang lain." Ucap Marin. Saat mengatakannya Marin teringat dirinya yang salah menilai Aria.

Saat berada di gang masuk rumah Aria, seperti biasa Aria mengucapkan terima kasih. Namun Marin malah menjawab sesuatu yang berbeda.

"Makasih buat hari ini. Sampai besok." Ucap Aria sambil melambaikan tangan.

"Maaf... Dah ngebiarin kamu sendiri terus." Ucap Marin sambil menatap kebawah.

"Padahal selalu bareng, tapi gak pernah peduli. Mungkin yang sebenernya egois tuh aku." Ucap Marin sambil tertawa merendahkan diri sendiri.

"Aku mau kok pulang bareng terus." Ucap Marin kepada Aria.

Aria yang terkejut mendengar semua ucapan Marin, tak tahu harus berkata apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aria yang terkejut mendengar semua ucapan Marin, tak tahu harus berkata apa. Ia tak percaya akan ada yang mengatakan hal tersebut kepada dirinya. Aria yang tak ingin terlihat terbawa perasaan pun berusaha menjawab dengan tegar.

"Eum." Aria mengangguk dengan tersenyum ceria lalu segera meninggalkan Marin.

Sepulang SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang