Darah Penawar

242 65 5
                                    





"Ini sebenarnya cukup langkah, pasien mengalami muntah darah dengan bekas melepuh pada bagian dada padahal pasien bahkan tak memiliki riwayat kekerasan ataupun meminum minuman berbahaya"

Mereka semua sedang mendengar dengan serius apa yang disampaikan dokter.

Jeno menatap sedih kearah renjun yang kini telah berbaring dengan skanula terpasang pada hidung renjun. Mendengar penjelasan dokter membuat hatinya tak tenang, bagaimana bisa renjun mengalami hal seperti itu.

"Saya sudah menyuntikkan anti biotik pada tubuh pasien, semoga sakitnya tak kembali lagi, kalau begitu saya permisi" dokter tersebut telah menyuntikkan anti biotik pada tubuh renjun, semoga sakit renjun tidak kembali lagi.

Jeno menghela nafas dengan berat, dengan kasar ia mengusap wajahnya, keadaan renjun bahkan baik-baik saja kemarin, ia bahkan masih sempat bertengkar dengan anak itu, lalu mengapa tiba-tiba renjun mengalami kejadian buruk itu.

"Jangan khawatir, kita akan menjaga renjun, kau istirahatlah" Mark menyuruh jeno untuk istirahat, mark tahu, jeno bahkan tak memiliki waktu banyak beristirahat sejak semalam.

Mereka begadang hingga pagi menjemput untuk menjaga renjun, tapi lain dari itu semua, jenolah yang lebih membutuhkan tidur dari mereka semua sebenarnya.

"Aku tidak bisa tidur disaat renjun bahkan belum menunjukkan tanda-tanda untuk bangun" Jeno tak akan tenang jika renjun belum baik-baik saja.

"Kalian pulanglah, kalian yang seharusnya beristirahat, restoran tak usah buka dulu sampai renjun membaik, kalian juga memiliki kesibukan masing-masing, gunakan waktu libur ini dengan baik" Jeno tak mungkin membiarkan teman-temannya ikut kesulitan karena keadaan renjun.

"Kami akan menemanimu jen, kau akan kesulitan jika menjaga renjun sendirian" jelas lucas, mereka tak akan diam saja ketika melihat saudara mereka dalam kesulitan seperti ini.

Jeno hanya diam tak menjawab, ia juga sebenarnya pening dengan hal ini, tak mengatakan apapun lagi, jeno segera beranjak, duduk di sisi bangsal renjun.

Tangan besarnya menggenggam tangan mungil berinfus itu dengan pelan, matanya memejam saat rasanya tangan renjun begitu dingin seperti salju.

Apa yang sebenarnya terjadi pada renjun, anak itu begitu kesakitan bahkan memuntahkan banyak darah, kata dokter renjun bahkan tak memiliki riwayat sakit atau apapun itu, tapi mengapa hal mengerikan itu terjadi pada renjun.

Ini sudah berjalan satu bulan lamanya ia tinggal bersama dengan renjun, ia mulai terbiasa dan mulai nyaman dengan anak ini, meskipun renjun itu kadang mengesalkan ketika meminta sesuatu tapi tak ia turuti dan berakhir renjun akan pundung lagi sehingga jeno harus menuruti keinginan anak itu, tapi jeno tetap menyayangi renjun seperti adiknya....mungkin.

Anak manja yang ia temukan didalam hutan itu begitu menyulitkan hidupnya, tapi juga membahagiakan hidupnya dalam satu waktu, ketika renjun dilanda kesakitan dan ia tak bisa menyembuhkan, rasanya ia begitu gagal menjadi orang yang menjaga renjun.

"Tolong jangan membuat hidupku semakin kesulitan dengan kau yang seperti ini, anak nakal ini bahkan kemarin mengajakku bertengkar karena aku tak membiarkannya memakan kuah hotpot yang pedas itu, kenapa sekarang kau menjadi seperti ini"

Jeno agaknya sedikit menyesal telah melarang renjun memakan sesuatu yang anak itu inginkan, lihat keadaan renjun sekarang, bahkan jika ia memberikan segala yang renjun ingin makan, anak itu bahkan tak bisa lagi makan karena tak kunjung sadar dari pingsannya.

Tak ada yang bersuara lagi setelah mendengar penuturan jeno barusan, satu bulan mengenal renjun membuat mereka mulai akrab juga nyaman bersama renjun, anak itu begitu ceria meskipun terkadang sedikit aneh.

Red Thread (Gumiho) //NoReN//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang