___
Jihoon terseyum miring menatap pemuda yang berdiri disebelahnya. Rautnya yang dingin itu tak dapat membohonginya jika ia sebenarnya ingin menemui sosok pemuda yang berada tak cukup jauh didepannya, yang tak lain adalah adik dari pemuda berambut hitam sedikit panjang itu.
"Kau yakin tidak mau menemuinya meskipun sebentar?"
Sosok itu membuka kain yang menutupi wajahnya, lalu menatap Jihoon dengan raut wajah datarnya.
"Kau tahu aku tidak bisa."
"Tapi, bukankah kau sangat merindukan adikmu itu?" Tanya Jihoon dengan nada menggodanya.
"Kapan aku bilang begitu?"
Jihoon semakin mengembangkan senyumnya, "heh, kukira setiap saat kau selalu membicarakan tentangnya. Bukankah itu sudah cukup bahwa kau sangat merindukannya?"
Hendery menghembuskan napasnya dengan keras, lalu berkata. "Belum waktunya untuk menampakan wajahku dihadapannya."
Lalu berbalik arah dari sana seraya berjalan meninggalkan Jihoon. "Lagipula, sepertinya dia juga tidak akan mau melihat wajahku lagi. Sejak terakhir kali dia mencoba menghabisiku."
Jihoon tertawa pelan, sungguh nasib pria itu tak ada bedanya dengan nasib yang ia alami, mungkin karna itu juga mereka menjadi akrab meskipun dengan segala hal yang sama sekali tak cocok antara keduanya.
Jihoon pun berlari kecil menyusul pemuda jangkung itu yang kini berjalan menuju sisi lain dari atap gedung itu, bersiap mengambil ancang-ancang untuk melompat.
"Lalu, bagaimana denganmu sendiri? Kapan kau akan memberi tahu kebenarannya pada anak itu." Kata Hendery yang membuat langkah Jihoon terhenti mengejarnya.
Hendery pun menatap balik kearahnya karna tak mendapat jawaban dan melihat Jihoon kini terdiam membeku ditempatnya, dia pun melangkah mendekatinya dan batal melompat dari sana untuk pergi.
"Aku belum siap untuk itu." Kata Jihoon pelan yang kini menunduk namun dengan raut wajah yang berubah serius.
"Lalu apa yang akan kau lakukan untuk selanjutnya?" Tanya Hendery yang kini memilih duduk di tepi pembatas gedung dari beton itu.
"Entahlah. Yang pasti aku harus bersiap untuk kemungkinan terburuknya."
Hendery hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Lalu Jihoon pun mendekat dan duduk disebelahnya.
"Apa kau mau mendengarkan ceritaku, tentang apa yang sebenarnya terjadi dihari itu?"
Semilir angin pun berhembus kencang tiba-tiba, menerpa wajah dan rambut keduanya. Menyapa suasana dingin yang tengah menyelimuti, seolah angin pun setuju dengan ucapan pemuda itu.
"Tentu."
***
Saat ini Jisung masih berada diatap rooftop kediaman pemburu. Setelah kepergian Jungwoo dari hadapannya, Jisung masih belum juga berniat melangkahkan kakinya untuk pergi dari tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Ties | Jaemsung
FanfictionPark Jisung adalah seorang anggota pemburu vampir. Suatu hari dia menjalani misi dengan menyamar untuk mengincar salah satu sosok vampir yang menjadi targetnya. Namun, belum sempat mencapai buruannya, dia malah diculik dan dipaksa melayani sesosok...