Frist

202 23 6
                                    

Berbeda dengan kediamannya yang dulu di penuhi oleh batu marmer, kamar nya yang luas, rumah nya yang besar kini Aruna hanya tinggal di sebuah kontrakan sederhana bersama ibu dan juga adik perempuan nya. Meskipun begitu tidak membuat mereka menyerah untuk menjalani kehidupan nya. Meskipun awalnya sangat sulit untuk menerima keadaannya seperti sekarang namun Aruna tidak ingin membuat ibu dan adik nya terus menderita, Aruna bertekad Ia akan bekerja keras agar hidup nya kembali membaik seperti dulu.

Tepat enam bulan yang lalu sang ayah meninggal dunia karena terserang jantung, dan disaat itu pula Aruna kehilangan semua aset yang di miliki oleh orang tuanya. Hinga saat ini Ia harus menjalani kehidupan nya yang sangat amat sederhana jauh dari kata kemewahan yang selalu Aruna dapatkan sejak kecil.

"Aruna bangun ini udah jam 7 pagi sayang." Panggil Fazira bunda Aruna.

"Hah jam 7 mati gue telat. Iya sebentar bunda Runa Bangun." Jawab nya dan langsung bangkit dari tempat tidur nya bersiap untuk segera pergi bekerja.

"Bunda Runa berangkat dulu yah udah telat." Ucap nya sambil menyalimi Zira yang sedang menyiapkan bekal untuk Runa.

"Eh eh ini bawa bekal nya Aruna, kamu belum sarapan jadi harus bawa bekal." Jawab Zira mengejar Aruna yang sudah menaiki motor Scoopy butut kesayangannya.

"Iya bunda makasih. Byee Runa berangkat." Jawab nya dan langsung mengendarai motor nya.

Mengendarai motor nya dengan tergesa karena hari ini Ia hampir telat. Bekerja sebagai event organizer sedang Aruna jalani saat ini, selain itu Aruna pun bekerja di salah satu kafe untuk mengisi reguler nya dengan bernyanyi, tidak setiap hari hanya seminggu tiga kali. Pikirnya lumayan untuk menambah penghasilan nya.

"Runa bantu gue dong beresin piring-piring disana." Pinta Novita teman kerja Aruna.

"Oke siap." Jawab nya dan pergi menghampiri Novita yang sedang menyusun piring di atas meja yang memanjang.

"Vit emang nya perusahaan apa aja nanti yang ikut acara ini?" Tanya Aruna sembari tangan nya bergerak merapikan piring-piring.

"Kurang tau sih gue yang jelas ada sekitar 10 perusahaan yang masuk daftar." Sahut Novita.

Aruna mengangguk, Ia memikirkan apakah perusahaan Ayah nya pun akan mengikuti acara ini? Ah entah lah yang jelas perusahaan itu sudah beralih tangan bukan lagi milik keluarga nya.

"Kenapa na?" Tanya Novita yang melihat Aruna tiba-tiba terdiam.

"Gue cuma kepikiran aja kira-kira gue bisa rebut perusahaan bokap gue lagi ga yah?"

"Na Lo yang sabar yah? Pasti berat banget buat Lo jalanin ini semua apalagi Lo ga pernah kerja kaya gini kan? Tapi gue yakin kalau emng itu rezeki keluarga Lo pasti akan ada jalannya perusahaan itu balik ke tangan Lo na." Jelas Novita mengelus punggung Aruna.

"Thanks Vit gue ga berharap lebih sih, gue cuma pengen hidup yang gue jalanin sekarang lancar-lancar aja gaada kendala apapun." Jawab Aruna memberikan senyum nya.

"Wishhh mantep kali teman gue ini." Ucap nya dan mencolek dagu Aruna.

"Ish apasih jijik banget Lo."

Waktu semakin berlalu kini sudah pukul tujuh malam dimana acara akan segera di mulai. Aruna sudah berganti pakaian Ia akan membantu bagian catering untuk menyuguhkan makanan dan minuman kepada para tamu yang hadir.

"Gila Na ternyata banyak ceo muda nya, pada ganteng lagi." Ucap Novita yang kini berada di samping Aruna.

Aruna tidak menjawab menurut Aruna para CEO itu biasa saja di matanya.

"Liat deh itu na CEO itu ganteng banget." Celetuk Novita menunjuk seorang laki-laki tampan memakai jas hitam dengan kemeja putih yang kancing nya terbuka sampai dada hingga terlihat bahwa pria tersebut memiliki bulu halus di dadanya.

"Suuut berisik vit di tegur pak Reno tau rasa lu." Jawab Aruna memperingati Novita karena terlalu berisik takut-takut akan di tegur oleh atasannya pak Reno.

Aruna dan Novita memencar sambil membawa nampan yang berisi beberapa gelas minuman untuk di suguhkan kepada para tamu yang hadir. Saat sedang fokus berjalan dengan membawa nampannya tanpa sengaja Aruna di tabrak oleh seseorang hingga nampan itu terjatuh dan minumannya terkena baju Aruna dan juga sosok pria tersebut.

"Aww anjirrrr." Ucap Arsya yang terkejut karena melihat baju nya terkena noda minuman.

"Aduhh bapak makanya kalau jalan tuh jangan sambil main handphone pak." Ucap Aruna.

Ya begitulah Aruna Ia tidak akan meminta maaf jika dirinya tidak merasa bersalah sekalipun seseorang itu ceo atau atasannya sekali pun. Menurut Aruna dia yang membuat kesalahan maka dia yang harus meminta maaf. Entah lah pemikiran nya seperti itu, entah Aruna baru merasakan hidup sulit sehingga Ia tidak memikirkan dampak nya jika Ia melakukan hal tersebut.

"Anjir Lo berani marah-marah sama gue hah? Jadi pelayan aja belagu." Jawab Arsya yang tidak terima mendapat Omelan dari seorang pelayan.

"Pak meskipun saya pelayanan saya juga bekerja mencari uang bukan ngemis-ngemis, dan kalaupun saya salah tadi saya akan minta maaf tapi ini kan salah bapak. Bapak yang tiba-tiba nabrak saya sambil main hp kan?" Sahut Aruna setelah membereskan minumannya yang sudah tumpah berceceran.

"Kurang ajar Lo..." Jawab Arsya yang sudah mengangkat tangannya untuk menampar Aruna yang berada di hadapannya namun seketika di tahan oleh seseorang.

"Arsya Lo apa-apa an sih? Jelas-jelas Lo yang salah juga." Ucap Nando rekan kerja sekaligus sahabat Arsya.

"Argghhh songong banget Lo pelayan murahan!" Sentak Arsya dan meninggal kan Nando dan juga pelayan tersebut.

"Sorry yah temen gue memang begitu. Lo tenang aja nanti gue bantu ngomong sama bos Lo kalau tadi bukan kesalahan Lo." Jelas Nando.

"Iya terimakasih pak." Jawab Aruna menunduk kan kepala nya dan tersenyum.

"It's oke. Lo lanjut kerja nya." Jawab Nando dan langsung pergi meninggalkan Aruna.

"Ishh dasar cowo angkuh. Apa susah nya minta maaf dia yang nabrak dia juga yang marah-marah. Tiati dapet mens lu." Gerutu Aruna ketika Nando sudah pergi meninggalkan nya sendiri.

Waktu semakin larut dan para tamu sudah mulai pergi meninggalkan hotel. Aruna dan para karyawan segara merapikan tempat yang sudah di pakai acara tadi. Hari ini adalah hari terberat Aruna sepertinya. Bekerja dari pagi sampai hampir tengah malam Ia masih berada di hotel. Setelah semua pekerjaan selesai Aruna berganti pakaiannya dan bersiap untuk pulang dan pergi menuju basement untuk mengambil motor nya.

"Aduhh anjirr gue lupa Vit. Kunci motor gue ketinggalan di ruangan tadi." Ucap Elisa ketika menyadari Ia tidak memegang kunci motor nya.

"Yaudah sana Lo ambil dulu."

"Iya gue mau ke atas lagi Lo balik duluan aja gapapa gue bisa sendiri."

"Yakin Lo yah? Yaudah hati-hati Runa." Jawab Novita.

Aruna kembali menaiki lift nya menuju lantai atas untuk mengambil kunci motor nya yang tertinggal.

"Huftt untung aja Lo ga ilang kunci." Ucap Nya ketika sudah mendapatkan kunci motor nya.

Aruna bergegas untuk menaiki lift untuk pergi ke basement. Namun saat menunggu lift di buka Aruna di kaget kan dengan sosok pria yang tidak asing di matanya. Ya ceo angkuh yang membuat hari nya menjadi buruk malam tadi.

"Anjir dia ngapain ngeliatin gue kaya gitu? Ko dia kaya mabok dari gerak geriknya. Wah anjirr makin Deket. Duh lift cepet kebuka dong." Gerutu Aruna pelan tanpa bisa di dengar oleh pria yang tidak jauh sedang berjalan ke arahnya.

"IKUT GUE!"

To be continue....

Gimana guys? Hehe selamat membaca cerita ke dua aku yaa.. semoga sukaaa 😁 di tunggu vote dan komennya. Yang kasih vote dan komen ku doakan rezeki kalian lancar dan cepet dapet jodoh hehehe piisss ✌️

Arsya & ArunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang