Bimbang

522 44 5
                                    

Ruangan kecil dengan single bad yang begitu sederhana Aruna terduduk di tepi kasur. Setelah bersiap dan memoles wajah nya dengan make-up tipisnya. Bingkai foto yang Ia letakkan tepat di sebelah tempat tidur nya, pandangan nya tidak pernah lepas, Aruna selalu memandangi bingkai foto itu sebelum Ia beranjak untuk pergi bekerja. Foto keluarga favorit nya dimana saat itu adalah momen terakhir nya bersama sang Ayah saat Aruna melaksanakan wisuda kelulusan SMA nya.

"Ayah Aruna kangen, doain Runa supaya Runa kuat dan bisa bahagiain Bunda dan Alisa yah." Ucap Aruna lirih sambil memeluk bingkai foto tersebut.

"Kak Alisa boleh masuk?" Tanya Alisa di balik pintu kamar Aruna.

"Masuk sa."

"Kenapa?" Tanya Aruna saat Alisa sudah berada di sebelahnya.

"Kakak udah gajian belum? Alisa belum bayar SPP ka Minggu depan ujian jadi kalau belum bayar Alisa ga bisa ikut ujian."

Aruna mengelus punggung sang adik dengan senyuman nya. "Iya lusa Kaka bayar yah? Kamu belajar aja yang bener sa."

"Maaf yah kak, nanti kalau Lisa udah lulus SMA Lisa mau langsung kerja aja kaya kak Runa."

"Big No yah Sa! Kamu harus kuliah! Udah sana berangkat atau mau bareng?"

"Mau bareng biar irit ongkos hehe."

"Okey let's go cil."

Setelah berpamitan dengan bunda nya Aruna dan Alisa menaiki motor butut kesayangan Aruna. Berboncengan dengan sang adik, meskipun jarak umur Kaka beradik ini hanya terpaut hampir dua tahun namun Aruna sebisa mungkin selalu menjadi sosok kakak yang bertanggung jawab. Aruna tidak ingin adiknya bernasib sama seperti dirinya, mengurungkan niat nya untuk kuliah karena masalah ekonomi keluarga nya.

Aruna sosok kakak perempuan pertama yang sekarang ini pun harus menjadi tulang punggung keluarga nya. Mengubur cita-cita nya untuk kuliah di luar negri dan memilih bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga nya.

Setelah mengantar kan Alisa ke sekolah nya, Aruna kembali menjalankan motor nya menuju tempat kerja nya. Hari ini Ia akan mengurus sebuah pernikahan di salah satu gedung di Jakarta.

"Na tolong bantuin gue bawain bunga-bunga itu ke sana yah." Ucap Dewi teman kerja nya.

Aruna mengambil bunga-bunga untuk dekorasi tersebut. Tangannya begitu penuh dengan bunga, Mata nya hampir tertutupi bunga yang Ia bawa. Memasang nya sesuai dengan arahan pada kerangka yang sudah rekan kerja nya arahkan. Aruna sangat menyukai bunga dan ini adalah hal favorit nya mendekor ruangan dengan penuh bunga kali ini Ia mendekor dengan di penuhi bunga mawar merah.

Gedung yang cukup besar ini besok akan menjadi tempat pernikahan seorang artis dan pengusaha. Maka dari itu Aruna dan tim nya berusaha sangat keras untuk mendapatkan kan hasil yang terbaik. Setelah selesai Aruna dengan sigap kembali menyusun bunga yang akan Ia taruh di setiap sudut ruangan tersebut.

"Hufttt semoga nanti gue bisa dapetin wedding dream gue. Pernikahan yang di dekorasi banyak bunga kaya gini." Ucap Aruna sambil menyusun bunga mawar merah di tangannya.

Bukan kah setiap orang berhak memiliki wedding dream nya? Namun apakah itu bisa untuk Aruna? Keadaan nya yang miskin bahkan teman-teman nya dulu banyak yang meninggalkan nya karena Ia jatuh miskin. Pacar? Aruna memiliki pacar sejak SMA nya namun setelah lulus Ia harus LDR karena sang pacar memilih untuk kuliah di Luar negeri. Namun entah lah mau di bawa kemana hubungan mereka, karena sudah satu bulan ini Aruna tidak mendapatkan kabar tentang kekasih nya.

****

Sementara itu di ruangan ber AC dan sudah di kelilingi berkas-berkas di meja nya Arsya sedang di pusingkan oleh pekerjaan nya. Belum lagi Ia harus berperang dengan pikiran nya karena permintaan sang papa untuk menikahi gadis asing yang tidak jelas asal usulnya menurut Arsya.

"Aarghhh ini semua karena kegoblokan Lo sendiri Arsya." Gerutu Arsya mengacak-acak rambut nya.

"Kalau aja malam itu Lo ga minum banyak semuanya gaakan kaya gini goblok." Keluh nya kembali merutuki dirinya sendiri.

"Sya Lo kenapa?" Tanya Nando yang tiba-tiba memasuki ruangan bos sekaligus sahabat nya tersebut.

Tidak ada jawaban dari Arsya. "Bella?" Tanya Nando kembali.

"Gue di suruh nikah sama bokap." Jawab Arsya yang sudah menyandarkan punggung nya di kursi kerja nya.

"Nikah? Yah bagus dong itu kan yang Lo mau buat nikahin Bella?"

"Bukan Bella."

"Hah terus siapa? Lo di jodohin?"

"Bukan, ini semua gara-gara ke goblokan gue karena mabuk saat acara pertemuan beberapa hari yang lalu."

"Iya terus apa hubungannya mabuk sama Lo nikah? Pas Lo mabuk kemaren bukannya aman-aman aja yah? Gue kan yang anterin Lo ke hotel."

"Lo juga bego kenapa ga anter gue sampe masuk kamar sih do? Kalau Lo anter gue sampai kamar hotel ini gaakan kejadian!" Sahut Arsya dengan penuh frustasi.

"Anjir ko jadi gue yang di salahin? Emang Lo kenapa? Cerita yang jelas bego."

"Gue bawa cewe ke kamar."

Nando terkejut dengan jawaban sahabat nya tersebut. "Apa? Serius Lo? Siapa? Lo nidurin cewek itu?" Tanya Nando yang kini sudah duduk tepat di hadapan Arsya.

"Hampir, dia langsung kabur dan gue udah ga sadar."

"Anjing gue kira Lo udah kelewat batas. Terus kenapa harus nikah? Kan Lo ga nidurin tuh cewek."

"Lo tanya sama bokap gue sana." Jawab Reno dengan ketus.

"Yeee, emang siapa cewek nya?"

"Pelayan."

"Hah pelayan? Anjir pelayan aja Lo sikat kalau lagi mabuk Sya?"

Mendengar pertanyaan Nando membuat Arsya semakin marah dan melemparkan pulpen tepat di dada bidang Nando. "Ga gitu bangsat! Ini pelayan nya beda pelayan angkuh yang udah nabrak gue, mungkin karena gue kesel sama dia makanya gue ga sadar mau bales dendam pas mabok."

"Bales dendam nya pake nafsu? Hahaha." Sahut Nando dengan tawa ledekan nya.

"Diem anjing." Sahut Arsya kembali melempar Nando dengan kertas yang sudah di remas.

"Lagian Lo ada-ada aja. Pelayan yang mana sih? Yang waktu itu nabrak Lo?"

Arsya mengangguk. "Anjir gila dia berhijab coy bisa-bisanya Lo yah. Tapi emang cantik sih Sya."

"Dia anak nya temen bokap gue."

"Nah kalau ini masuk akal kenapa Lo harus sampe nikahin tuh cewe padahal belom sempet Lo apa-apain kan?"

"Gue udah cium dia."

"Hah anjirr Arsya Lo bener bener yah. Tapi dia kaya masih bocil sya."

"Mana gue tau."

"Terus Lo mau nikahin dia?"

"Yah enggak lah gila. Gue udah punya Bella yang jelas jauh banget di banding cewek pelayan itu."

"Yah terus Lo mau gimana?"

"Gue punya rencana." Sahut Arsya mengangguk dengan senyuman liciknya.

To be continue....

Haaiii selamat Minggu pagiii. Pagi nya di temenin Arsya & Aruna yukkk.. jangan lupa vote dan komen nya share juga kalau boleh hehe biar tambah banyak yang baca. Makasih guyss yang udah baca cerita ku lop yu ol 💜

Arsya & ArunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang