Tanggung jawab?

125 21 6
                                    

Dengan menahan rasa sakit di kaki nya Arsya terus berjalan mengejar wanita yang sudah dengan berani nya membuat masalah dengan dirinya. Arsya menahan stang motor wanita tersebut menahannya untuk tidak pergi.

"Turun atau gue buat hidup Lo menderita?" Bukan pertanyaan tapi Arsya menekankan agar perempuan itu turun dari motornya.

"Gue ga takut sama ancaman Lo! Lepas atau gue teriakin Lo begal?" Ancam Aruna.

"Lo pikir ada yang percaya gue begal dengan penampilan gue kaya gini?" Tanya Arsya dan mengeluarkan kunci mobil nya lalu menyalakan mobil nya. "See? Ada begal dengan mobil kaya gitu?" Lanjut Arsya menunjukkan arah mata nya pada sebuah mobil mewah yang berada di depannya.

Aruna tercengang mendengar penuturan pria tersebut, Ia tidak berfikir bahwa seseorang yang ada di hadapan nya ini adalah seorang pengusaha kaya raya yang dengan mudah nya dapat melakukan apapun.

"Kenapa Lo diem? Turun Lo harus tanggung jawab atas apa yang udah Lo lakuin ke gue."

"Gu-gue ga salah yah. Gue ngelakuin itu karena gue balas dendam sama Lo!" Sahut Aruna dengan intonasi penuh dengan penekanan.

"Bales dendam apa maksud Lo?"

"Lo ga inget gue siapa? Hah?"

Arsya terdiam berusaha mengingat siapa perempuan yang ada di hadapan nya. "Lo Lo pelayan yang nabrak gue kemarin di hotel kan?"

"Anjir Lo udah ngelecehin gue semalam yah, dan Lo cuma inget gue pelayan?" Sahut Aruna.

Arsya masih terdiam berusaha mengingat apakah gadis yang di maksud oleh papa nya ini adalah dia?

Aruna turun dari motor nya. "Lo udah nyuri first kiss gue cowok mesum!" Ucap Aruna penuh dengan emosi dan memukul-mukul dada bidang laki-laki di hadapan nya.

"Eh gausah ngarang Lo cewek gila! Gue juga akan pilih-pilih cewek yah. Gamungkin gue mau ciuman sama cewek kaya Lo!"

"Brengsek Lo om om mesum!"

Arsya masih berusaha mengingat semuanya Ia memperhatikan wanita di hadapannya berusaha mencari jawaban apakah apa yang di katakan nya benar atau salah.

Bibir nya luka? Anjirr sya lo beneran udah cium dia? Batin Arsya.

"Arsya ada apa ini kenapa?" Tanya Bimo yang tidak sengaja melewati kafe dimana ada Arsya disitu.

"Papa? Gak gaada apa-apa pah. Ini cewek gila nuduh ga jelas."

"Kurang ajar Lo." Sahut Aruna kembali menginjak kaki Arsya.

"Awww anjir cewek gila Lo."

"Maaf dek ada apa yah? Anak saya salah apa yah?" Tanya Bimo dengan lembut kepada Aruna.

"Om tolong ajarin anak nya yah om, walaupun saya orang miskin tapi saya bukan cewek murahan yang bisa dia tarik-tarik terus dia cium seenaknya." Sahut Aruna penuh dengan penekanan, biarkan saja om om itu tahu kelakuan anaknya pikirnya.

"Jadi kamu yang semalam? Oke oke boleh saya minta alamat rumah kamu? Nanti saya akan suruh anak saya bertanggungjawab atas perbuatannya."

"Gak perlu om, saya udah puas. Saya pamit tolong kasih tau anak nya lagi yah om jangan mabuk sembarangan, dan jangan cium-cium cewek sembarangan." Ucap Aruna dengan tatapan mata yang tajam melihat laki-laki yang sedang kesakitan kakinya. "Saya permisi." Pamit nya dan berlalu pergi meninggalkan dua laki-laki kaya tersebut.

"Pulang ke rumah, jangan pulang ke apartemen. Papa mau bicara sesuatu sama kamu!" Ucap Bimo berlalu pergi meninggalkan Arsya.

Arsya menaiki mobil nya penuh dengan rasa kesal dalam dirinya. Merutuki dirinya sendiri dan juga kesal pada gadis gila menurutnya. Arsya mengacak-acak rambut nya menumpahkan segala emosi yang Ia rasakan.

"Argghhh sialan!"

Butuh waktu dua puluh menit Arsya kini sudah tiba di rumah orang tuanya. Ya sebenarnya sudah beberapa bulan yang lalu Ia memilih untuk tinggal di apartemen dengan alasan dirinya ingin lebih mandiri dan hari ini Ia akan pulang untuk pertama kali nya setelah Ia memutuskan untuk tinggal di apartemen miliknya.

Arsya sudah berada di rumah sang papa Langsung memasuki ruang kerja sang papa nya mengikuti arahan Bimo untuk masuk ke ruang kerja nya.

"Papa mau kamu nikahi gadis itu." Ucap Bimo ketika Arsya sudah memasuki ruangannya.

"Pah yang benar aja dong, masa cuma gara-gara Arsya ga sengaja cium dia terus harus nikahin cewek itu?" Kelak Arsya menolak permintaan Bimo.

"Kamu lihat ini." Ucap Bimo memberikan  selembar foto yang sudah Ia ambil dalam laci meja kerja nya.

"Maksud papa? Apa hubungannya sama foto ini?"

"Aruna nama gadis itu Arsya, dia anak almarhum teman papa."

"Terus apa hubungannya pah? Arsya tetep ga mau nikahin gadis sembarangan kaya dia! Arsya udah punya Bella."

"Sya ayah nya Dimas dia yang dulu bantu papa bangkit bangun perusahaan ini dan sekarang Dimas sudah gaada dan perusahaan nya bangkrut, karena itu papa mau kamu nikahi dia."

"Pah tapi ga bisa gitu dong, papa kan bisa bantu dia pake uang kenapa harus Arsya nikahi dia? Ini ga adil buat Arsya pah."

"Arsya papa mohon! Papa sempet mau bantu mereka tapi mereka menolak nya sya jadi sekarang hanya kamu harapan papa untuk menebus balas Budi kepada mereka."

"Enggak! Arsya tetap gamau! Kalaupun Arsya harus nikah itu cuma sama Bella pah Arsya cinta sama Bella!" Sentak Arsya dengan intonasi yang tinggi.

"Awwwwss." Keluh Bimo sambil memegang dada nya.

Arsya yang melihat Bimo kesakitan langsung menghampiri nya. "Pah papa kenapa? Nanti kita bahas lagi yah pah sekarang papa minum obat dan istirahat." Ucap Arsya dan membawa Bimo ke dalam kamarnya.

Bimo memang sudah memiliki penyakit jantung semenjak perceraian nya dengan sang istri hingga saat ini Bimo masih rutin untuk berobat.

Arsya segera memberikan obat untuk Bimo dan menyelimuti Bimo agar segera beristirahat. Setelah selesai Arsya akan meninggalkan Bimo di kamar nya.

"Sya tolong pikirkan lagi perkataan papa." Ucap Bimo menahan tangan Arsya.

Arsya mengangguk dan pergi meninggalkan Bimo.

Arsya menghempaskan tubuh nya di atas kasur, mengusap wajahnya dengan kasar. Memikirkan apa yang harus Ia lakukan. Ia tidak mungkin menikahi gadis asing itu karena saat ini Arsya mencintai kekasih nya Bella. Namun disisi lain Ia harus memperhatikan penyakit sang papa yang memiliki riwayat penyakit jantung.

Apakah Ia harus mengorbankan kebahagiaan nya sekali lagi? Mengingat dari dulu Arsya tidak bisa mendapatkan apa yang Ia mau dan lebih mementingkan keinginan sang papa. Arsya yang harus kuliah bisnis padahal Ia sangat menyukai musik, Arsya yang harus meninggalkan band nya demi mengurus perusahaan papanya, Arsya yang harus meninggalkan geng motor nya karena permintaan sang papa yang tidak ingin Arsya menjadi anak geng motor. Lalu sekarang apa Ia juga harus meninggalkan wanita yang Ia cintai dan menikahi wanita asing demi sang papa? Entah lah pikiran nya saat ini sangat kacau, otaknya sangat lelah untuk sekedar memikirkan nya apalagi harus menjalani nya?

"Aarggghhh sialaaan!!"

To be continue....

Gimana guys? Jangan lupa vote dan komen nya yah. Biar aku tambah semangat untuk lanjut terus cerita nya.

Arsya & ArunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang