Bab 4.kedakan emosi

17 4 0
                                    





Hari Minggu, hari yang amat ditunggu orang-orang. Pada hari ini, banyak orang yang mengisi waktu mereka dengan beristirahat ataupun melakukan hal-hal yang tidak mereka biasa lakukan.

Begitu juga dengan Smile, gadis itu lebih memilih menghabiskan waktu liburnya dirumah. Saat ini, gadis itu tengah Membuat kue brownis. Entah kenapa setelah membersihkan rumah tadi, gadis itu terpikirkan ingin membuat kue brownis.

Gadis itu begitu fokus dengan kegiatannya, hingga sebuah suara ketukan pada pintu terdengar dari arah depan rumah. Seketika gadis itu menghentikan kegiatannya, dahi gadis itu mengkerut samar. Tanpa melepas celemeknya, gadis itu berjalan menuju sumber suara.

Ceklek

Tepat saat setelah gadis itu membuka pintu, gadis itu dikagetkan dengan sosok pemuda dengan keadaan yang bisa dikatakan tidak baik-baik saja.

Wajah pemuda itu babak belur, terlihat juga darah yang sudah terlihat mengering di sudut bibirnya. Seketika Smile menutup mulutnya. Ada apa dengan pemuda didepannya itu?.

"Gue boleh masuk?" Tanya pemuda itu disertai senyuman ringan.

Mendengar itu Smile seketika tersadar dari keterpakuannya. Gadis itu mempersilahkan pemuda itu untuk masuk. Namun, ketika melihat pemuda itu berjalan dengan tertatih, Smile dengan sigap mulai membantu memapah pemuda itu.

"Lo duduk dulu" ucap Smile setelah membantu pemuda itu untuk duduk pada kursi sofa. Pemuda itu menahan Smile dengan mencekal pergelangan tangan Smile saat gadis itu hendak beranjak.

"Virgo, gue cuman mau kotak p3k" ucap gadis itu dengan nada halus. Mendengar jawaban Smile, Virgo dengan perlahan melepaskan cengkraman tangannya.

Tak lama, Smile datang dengan kotak p3k ditangannya. Gadis itu kini tengah mengobati pemuda itu dengan diam. Namun,  keterdiaman itu justru membuat Virgo tidak nyaman. Biasanya gadis itu akan langsung mengomelinya tanpa henti.

Sedangkan Smile memilih diam menunggu pemuda itu menceritakannya sendiri padanya.

" Papa mukul gue lagi" ucap Virgo membuat gadis itu menghentikan aktivitasnya. Gadis itu menunduk namun bahunya bergetar. Ia tidak bisa menahannya.

"Smile?" Ucap pemuda itu kala melihat gadis didepannya itu menunduk dengan bahu yang bergetar.

"SMILE" Ucap pemuda itu lagi dengan nada panik kala merasakan basah pada tangannya yang masih gadis itu obati.

"Papa Lo jahat banget sih" ucap Smile. Gadis itu mendongak, wajah gadis itu sudah memerah dengan air mata yang tiada hentinya mengalir.

"Oh God, Smile" pemuda itu panik tentu saja. Jari jemari pemuda mengusap air mata yang mengalir pada pipi gadis itu. Sial, ia membuat gadis kecilnya menangis.

"Jangan nangis gue mohon" ucap Virgo dengan nada lembut. Pemuda itu membawa gadis itu pada dekapannya. Dapat ia rasakan masih ada sisa tangisan pada gadis itu.

Sejujurnya saja , ingatan Smile asli tiba-tiba terlintas pada pada pikirannya. di ingatan itu, ia melihat pemuda didepannya itu kerap mendapat kekerasan dari ayahnya entah itu kekerasan verbal maupun fisik.

Tidakkah mereka berdua memiliki nasib yang sama?. Rena merasakan kesedihan itu, Rena merasakan kesakitan itu. Pandangan gelap, apa pemuda itu juga merasakannya?.

Bagaimana dengan rasa kesakitan itu dia masih mampu menenangkan seseorang?.

Smile membalas dekapan pemuda itu dengan erat. Mereka memiliki takdir yang sama didunia yang berbeda.


***

Sementara itu ditempat lain, sepasang muda mudi tengah duduk berdua pada kursi taman. Kepala gadis itu ia sandarkan pada pundak tegap pemuda yang menggenggam tangan gadis itu dengan erat.

DETIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang