Bab 5. melukis

14 3 0
                                    


Happy reading......




"Udah baikan?" Tanya seorang pemuda yang saat ini tengah menyandarkan punggungnya pada pembatas rooftoop. Didepannya ada seorang gadis yang tengah duduk terdiam memandangi sepatunya.

Mendengar pertanyaan dari pemuda itu, gadis itu mulai mengangkat kepalanya. Kemudian gadis itu mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Makasih ya" ucap gadis itu disertai senyuman tipis. Pemuda itu tidak menjawab namun mulai melangkahkan kakinya menghampiri gadis itu.

Gadis itu hanya diam mengamati sang pemuda yang berjalan menghampirinya. Pemuda itu berhenti tepat berada didepannya, kemudian berjongkok.

Gadis itu menatap heran pemuda didepannya, raut wajah  jelas nampak kebingungan.

"Lo kenapa ceroboh banget sih" ucap pemuda itu sembari meraih tangan gadis itu. Sebuah sapu tangan ia keluarkan dari sakunya kemudian mulai membersihkan tangan gadis itu.

"Lain kali jangan ceroboh,  Tante sama om bisa marah sama gue kalo nggak bisa jaga Lo" lanjutnya kemudian mengantongi kembali sapu tangan itu.

Gadis itu tersenyum ringan kemudian membalas genggaman tangan pemuda itu.

"Virgo maaf ya, gue nggak bisa ngontrol emosi gue tadi" Ucap Smile.

"Iya gak papa, lagian kenapa lo bisa lost control kaya tadi?" Tanya Virgo yang tidak mendapatkan jawaban apapun dari teman kecilnya itu.

Gadis itu membuang muka, enggan menatap pemuda itu. Virgo menghela nafasnya pelan, ia akan menunggu jawaban dari Smile.

Pemuda itu berdiri kemudian menepuk pucuk kepala gadis itu pelan.

"Lupain, ayo kembali. Kayaknya udah waktunya istirahat " ucap Virgo.

Smile menatap Virgo sejenak,

"Lo duluan aja, gue masih mau disini" ucap Smile disertai senyuman manis. Virgo tidak bisa menolak itu jadi ia hanya bisa mengangguk pasrah.

"Jangan lama-lama" ucap Virgo seakan memperingati gadis itu yang dibalas kekehan kecil dari gadis itu.

Melihat itu, Virgo ikut terkekeh kemudian melambaikan tangannya dan perlahan mulai hilang dibalik pintu rooftop.

Saat setelah kepergian Virgo, Smile menghela nafasnya berat. Gadis itu menunduk, menyembunyikan wajahnya disela-sela lututnya. Isakan mulai terdengar sedikit demi sedikit,  bahunya juga mulai bergetar.

Kemudian, isakan itu mulai terdengar jelas berubah menjadi tangisan. Gadis itu mendongak menatap langit biru itu dengan air mata yang sudah membanjiri wajah cantik gadis itu. Tangan yang ia gunakan untuk memeluk lututnya itu juga turut mengerat.

Apa ia harus menangis sekeras mungkin disini? Tidak tidak tidak nanti ada yang mendengarnya. Gadis itu memukul dadanya berkali-kali dengan sedikit keras.

'kenapa sakit sekali?' batin gadis itu.

Lagi, gadis itu menahan tangisannya. Tidak ada yang tahu sekuat apa kepalan tangannya menahan rasa sakit hatinya. Siapapun, jika melihat keadaan gadis itu sekarang akan melihat serapuh dan sehancur apa gadis itu.

Itu juga yang dirasakan seorang pemuda yang diam menatap Smile yang terlihat frustasi disebrangnya.





***




Saat ini Smile tengah berada dikelas melukis. Gadis duduk didepan sebuah kanvas yang berukuran sedang. Yah, gadis itu memilih menghabiskan waktunya jam kosongnya untuk melukis.

DETIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang