Cemburu

111 11 6
                                    

Setelah kejadian di lantai dansa, Jungkook mengajak Jimin kembali ke ruang VIP di lantai dua, ruangan yang sebelumnya ia tempati. Jungkook duduk di ujung sofa dengan santai, tangannya tanpa sadar meraih botol whiskey di meja. "Btw, lo di sini sama siapa?" tanyanya sambil menatap Jimin dengan penasaran.

Jimin tersenyum kecil dan menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Aku ke sini sama temen-temen, sih," jawabnya ringan. "Tapi gak tau mereka pada kemana. Mungkin lagi cari mangsa,'" tambahnya sambil tertawa kecil. Ia lalu mengambil ponsel dari tas kecilnya dan menekan beberapa tombol, menelepon teman-temannya dan mengundang mereka untuk naik ke lantai atas, tepatnya ke ruangan nomor tiga.

Sementara Jimin sibuk menelepon, Jungkook menuangkan segelas alkohol dan mendorongnya ke arah Jimin. Jimin langsung meneguknya tanpa ragu. Ia menyimpan kembali ponselnya dan melirik Jungkook dengan raut penasaran.

Bagaimana tidak, sejak mereka duduk di sofa ini, Jungkook tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri. Wajahnya terlihat muram, dengan helaan napas panjang yang sesekali terdengar.

"Terus, temen kamu ke mana?" tanya Jimin dengan nada yang lebih lembut, suaranya penuh perhatian. "Kok kamu sendirian di sini?"

Jungkook tersenyum kecil, namun getir."Gue cuma lagi pengen sendiri aja, sih."

Jimin merespons dengan anggukan kecil, lalu dengan nada penuh kehati-hatian, bertanya lagi, "Kamu... baru aja putus, ya?"

Jungkook terdiam sejenak, memandang kosong ke arah gelas di tangannya. "Iya," jawabnya akhirnya, suaranya pelan namun penuh dengan rasa kecewa. Ia meneguk whiskey itu dalam sekali tegukan, merasakan kehangatan alkohol membakar tenggorokannya.

Jimin mendekatkan diri pada Jungkook, tangan lembutnya mengusap punggung Jungkook dengan hati-hati, "Patah hati kamu pasti akan berlalu kok, jangan khawatir," ucapnya dengan suara pelan, senyum kecilnya menguatkan. "Aku akan selalu ada di sisi kamu."

Jungkook memalingkan wajah, menatap Jimin dengan tatapan lembut. Di hadapannya, wajah yang begitu memesona membuatnya tak sanggup berpaling. Kulit putih Jimin terlihat begitu halus, bibirnya yang merah memancarkan daya tarik yang sulit diabaikan, dan mata onyx nya sangat sensual. Aura pria itu memancarkan pesona maskulin dan feminim secara bersamaan. Setiap inci wajah itu bagaikan sebuah lukisan yang memukau. Dan bagaimana pun Jungkook memandangnya, Jimin memang adalah sosok paling cantik yang pernah ia temui.

Tanpa sadar, wajah Jungkook mulai mendekat, perlahan, seolah ada magnet tak terlihat yang menariknya. Bibirnya nyaris bersentuhan dengan bibir Jimin, namun seketika momen itu pecah oleh suara riang yang menyapa mereka.

"Hei, Jimin-ah!" terdengar suara J-Hope yang datang bersama Taemin, mengacaukan suasana intim di antara mereka.

Jimin tersenyum lebar setelah melihat kedua temannya datang. "Kalian lama banget baru sampe."

"Gara-gara anak ini nih!" Taemin mengeluh sambil melingkarkan lengannya di bahu J-Hope. "Capek gue nyariin dia dimana-mana, tapi gak ketemu-temu."

J-Hope berdecak, namun rasa kesalnya hilang saat pandangannya tertuju pada Jungkook. Jungkook yang berada di samping Jimin menarik perhatian mereka berdua. Sosok pria yang memancarkan aura misterius dan ketampanan yang membuat keduanya sedikit terkesima.

Setelah mereka duduk, Jimin segera memperkenalkan kedua temannya pada Jungkook. "Kenalin, Kook, ini temen-temen aku, Taemin dan J-Hope."

J-Hope memandang Jimin dengan tatapan aneh, "Apaan sih lo pake 'aku-kamu,' jijik tahu nggak?!" ucapnya sambil terkekeh, mengisi ruangan dengan tawa.

Percakapan mereka terus mengalir dengan lancar, sesekali diselingi tawa ringan. Jungkook akhirnya merasa sedikit lebih baik saat mengobrol santai bersama mereka. Mereka membahas berbagai hal, mulai dari acara kampus yang akan datang, hingga obrolan ringan soal kehidupan masing-masing. Seiring berjalannya waktu, Jungkook bisa sedikit melupakan kegelisahannya.

The Queen Bee (Jikook)/(Kookmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang