Jimin berdiri tak jauh dari kerumunan, menyilangkan tangan dengan tatapan mendelik kesal ke arah dua pria yang sedang sibuk mempersiapkan balapan mereka. Dalam hatinya, ia mengutuk situasi ini. Dua orang idiot itu, pikirnya, masih saja berusaha memperebutkannya seolah ia hanyalah piala kemenangan.
Namun ia tidak akan membiarkan situasi yang merugikan dirinya begitu saja. Dengan mudah, Jimin melepaskan diri dari pandangan mereka. Ia melangkah ke salah satu sudut gelap di mana para penjual narkoba berkumpul, membawa barang dagangan mereka dalam tas kecil atau saku jaket. Salah satu dari mereka, seorang pria dengan hoodie yang menutupi sebagian wajahnya, tengah sibuk mengobrol dengan pembeli lain. Jimin melihat celah.
Tanpa ragu, ia berjalan ke arah pria itu dan dengan sengaja menabraknya cukup keras. "Aww, sorry," desis Jimin meminta maaf. Tangannya bergerak cepat, mencuri sebuah bungkus kecil kokain dari kantong pria itu sebelum ia sempat menyadari apa yang terjadi. Gerakan Jimin begitu mulus hingga pria itu hanya mengangguk malas, tidak menyadari barang dagangannya telah berpindah tangan.
Jimin menyeringai tipis, jemarinya menggenggam erat bungkus kecil itu. Ia berbalik dengan langkah tenang, berjalan menuju mobil milik Yoongi yang sedang diperbaiki oleh seorang mekanik. Mobil itu, sebuah sedan merah dengan mesin yang telah dimodifikasi, terparkir dengan jendela terbuka.
Sambil memastikan tidak ada yang memperhatikannya, Jimin mendekat. Dengan gerakan cepat ia menyelipkan bungkus kokain itu di kursi belakang, tepat di bawah jaket kulit yang tergeletak di sana.
"Mau siapa pun yang menang, gue ga bakal mau kembali ke Yoongi." gumam Jimin dengan senyum penuh kemenangan. Ia melangkah pergi tanpa menoleh ke belakang, meninggalkan mobil itu dalam kondisi yang siap membawa bencana bagi pemiliknya.
.
.
.Di sisi lain, Jungkook bersandar santai pada motornya, dikelilingi oleh teman-teman Jimin. Suasana antara mereka cukup cair; lelucon ringan dilemparkan, dan tawa mengisi udara malam yang penuh keseruan menjelang balapan. Jungkook dengan karismanya, mampu dengan cepat membaur di antara mereka.
Tak lama kemudian, Jimin melangkah menghampiri Jungkook. Dengan wajah yang mencerminkan kekhawatiran, ia berdiri di depan Jungkook yang masih bersandar santai pada motor balapnya. "Kook-ah," panggil Jimin. "Apa kamu udah nemu mobil buat balapan? Kalo belum, kamu pinjem mobil temen aku aja," tawarnya, sambil melirik ke arah beberapa mobil modifikasi yang diparkir tak jauh dari mereka.
Jungkook mengangkat alis, lalu tersenyum kecil-senyum manis yang mampu membuat Jimin jatuh cinta pada pandangan pertama. "Ga perlu, Sayang," jawab Jungkook santai. Tangannya yang besar dan hangat terulur untuk mengelus kepala Jimin dengan lembut. "Aku bakal balapan pake motor ini," lanjutnya, menepuk motor kebanggaannya.
Ekspresi Jimin bingung. "Hah? Kamu mau balapan pake motor? Kamu mau mati, ya?! Di body dikit, kamu bakal mental dan masuk rumah sakit, tau gak?!" Nada suara Jimin naik satu oktaf, mencerminkan betapa khawatirnya dia. Namun, Jungkook hanya terkekeh kecil, tidak terlalu menanggapi dengan serius.
"Haha, itu ga mungkin terjadi," jawab Jungkook. "Gue pembalap motor nomor satu di Seoul. Jadi, jangan khawatir," lanjutnya lagi dengan penuh percaya diri.
Sebelum Jimin sempat membalas, beberapa orang mendekat untuk memberitahu bahwa balapan akan segera dimulai. Jungkook, yang tampaknya sama sekali tidak terpengaruh oleh suasana tegang di tempat itu, menarik tangan Jimin mendekat dengan lembut.
Tanpa peringatan, Jungkook menunduk dan mencium bibir Jimin singkat. Sentuhan itu hangat dan lembut, membuat Jimin terdiam dalam sekejap, matanya melebar imut karena sedikit terkejut. Sebelum Jimin bisa bereaksi, Jungkook sudah melepas ciumannya dan melangkah mundur dengan senyum kecil di wajahnya.
"Doain aku menang ya," ucap Jungkook ringan sambil memasang helmnya. Lalu, dengan percaya diri, ia menaiki motornya dan melaju menuju arena balapan, meninggalkan Jimin yang masih terpaku di tempat.
Jimin menyentuh bibirnya dengan ujung jari, merasakan sisa kehangatan dari ciuman itu. "Apa-apaan ini?" gumamnya pelan, perasaan aneh mulai merayap di dadanya. Ia mencoba mengabaikannya, meyakinkan diri bahwa itu hanya kekhawatiran karena keputusan sembrono Jungkook. Tapi, ada sesuatu yang lain-sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Setelah membenahi rambutnya yang sedikit berantakan, Jimin pun kemudian melangkah menuju arena balapan. Kerumunan semakin padat di sepanjang trotoar Pandora Street. Orang-orang berdiri berdesakan, berteriak dan bersorak penuh semangat. Di tengah semua itu, Jimin berdiri agak di belakang, matanya mengamati Jungkook yang tengah bersiap di atas motornya di garis start. Lampu-lampu jalan yang redup tak cukup menutupi gemerlap cahaya dari dalam arena.
Jungkook, dengan helm hitam pekatnya, terlihat percaya diri seperti biasa. Ia melirik ke arah Yoongi yang berada di dalam mobil sport berwarna merah mencolok. Keduanya saling menatap, Jungkook mengangkat alisnya sedikit, menunjukkan kesombongan yang halus, sementara Yoongi membalas dengan seringai licik. Ketegangan terasa jelas di udara.
Suara deru mesin menggema, memanaskan suasana. Seorang gadis berambut panjang, mengenakan pakaian minim yang memeluk tubuhnya, berdiri di tengah jalan dengan bendera di tangan. Sorak-sorai dari kerumunan semakin menggila saat gadis itu mulai menghitung mundur.
"Bersiap! 3... 2... 1... Go!" teriaknya sambil mengibarkan bendera tinggi-tinggi.
Hampir bersamaan, Jungkook dan Yoongi menancapkan gas. Motor Jungkook melesat cepat, meninggalkan suara raungan yang memekakkan telinga, sementara mobil Yoongi menyusul dengan kecepatan yang tak kalah. Di awal balapan, motor Jungkook terlihat mendominasi, kecepatannya melesat jauh di depan mobil Yoongi. Kerumunan yang tadinya meragukan Jungkook mulai berubah haluan, bersorak mendukungnya. Namun, Yoongi tidak tinggal diam.
Di putaran kedua, Yoongi mulai menunjukkan kekuatannya. Dengan setiap belokan tajam, ia mendekati Jungkook, membuat jarak mereka semakin tipis.
Saat putaran keempat dimulai, motor Jungkook kembali mendominasi, membuat jarak antara dirinya dan Yoongi semakin jauh. Yoongi mengumpat keras di dalam mobilnya, amarah terpancar dari raut wajahnya. "Sialan!" geramnya. Dengan gerakan cepat, ia menekan tombol merah di dashboard mobilnya, mengaktifkan turbo yang menjadi andalannya. Kecepatan mobilnya melonjak tajam, menyalip beberapa detik yang hilang sebelumnya.
Jimin memperhatikan dengan tajam. Ia melihat pergerakan agresif Yoongi dan segera menyadari apa yang sedang direncanakan pria itu. Dengan napas tertahan, ia bergumam, "Apa yang mau dia lakuin sekarang? Jangan-jangan..." Kekhawatirannya berubah menjadi rasa takut yang nyata.
Jimin mengambil ponselnya dari saku, ia lalu menelepon 911. "Halo, saya mau melaporkan balapan liar," ucapnya cepat. "Ini di Pandora Street, ujung selatan Seoul. Banyak orang di sini, jadi tolong bawa seenggaknya lima mobil polisi, dan... ambulans juga. Sepertinya bakal ada kecelakaan besar." Setelah memastikan petugas di ujung telepon memahami situasinya, Jimin memutus panggilan dan menyimpan ponselnya. Matanya kembali fokus pada balapan.
Benar saja, di belokan terakhir, Yoongi mengambil tindakan nekat. Dengan sengaja, ia mengarahkan mobilnya ke arah motor Jungkook. Kecepatan mereka yang sangat tinggi membuat detik-detik itu terasa seperti adegan lambat. "Mati lo, bangsat!" teriak Yoongi sebelum membanting setir.
Benturan keras tak terelakkan. Mobil Yoongi menghantam motor Jungkook dari samping, menyebabkan keduanya terpental. Mobil nya menabrak trotoar dengan keras, meluncur beberapa meter sebelum akhirnya berhenti, sementara motor Jungkook nyaris tak terlihat di balik kepulan asap yang tebal.
"JUNGKOOK!!!"
Jangan lupa support aku dengan cara vote dan komen ya! Thanks💜

KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Bee (Jikook)/(Kookmin)
FanfictionPark Jimin, dikenal sebagai "The Queen Bee" di HYBE University, adalah sosok yang diidamkan banyak pria, terutama karena pesona dan daya tariknya yang sempurna. Namun, di balik wajah manisnya, Jimin adalah tokoh antagonis yang licik dan kejam. Apa p...