Kisah kelam

71 9 3
                                    

-Flashback On-

Jimin dan teman-temannya tertawa terbahak-bahak, gelak tawa mereka memenuhi sudut kecil kedai tteokbokki yang saat itu sedang sepi pelanggan. Di depan mereka, seorang pria muda dengan wajah pucat duduk kaku, memeluk tas sekolahnya yang sudah compang-camping. Jimin masih mengenakan seragam SMA, jas biru tua yang tidak ia kancingkan dengan dasi longgar berwarna merah yang menggantung sembarangan di lehernya. Wajahnya penuh kesombongan seorang anak yang merasa dunia adalah miliknya.

"Hey, sialan!" seru Jimin sambil menatap tajam ke arah pria itu, nada suaranya penuh emosi. Ia mengangkat tasnya yang basah kuyup dan menjatuhkannya ke meja dengan suara keras. "Lo tahu nggak tas ini harganya berapa?! Lo nggak punya otak apa?!"

Pria itu, Seungmin, gemetar. Dia menggigit bibir bawahnya, tidak tahu harus berkata apa. Tubuhnya membungkuk di hadapan Jimin dan teman-temannya yang mengelilinginya seperti sekawanan serigala yang menemukan mangsa.

"M-maaf, Jimin. A-aku bakal ganti kerusakannya," ucap Seungmin tergagap. Matanya berkaca-kaca.

Jimin menyipitkan matanya, seringai sinis muncul di wajahnya. "Ganti? Emang lo sanggup?" tanyanya sambil memutar bola matanya. "Gaji ortu lo tiga bulan aja nggak cukup buat beli ini. Jangan mimpi, deh."

Teman-teman Jimin tertawa mendengar ejekannya. Salah satu dari mereka, Hana, menepuk bahu Jimin sambil menambahkan, "Emang seharusnya sekolah kita ga nerima penerima beasiswa kayak dia. Bikin rusak citra sekolah aja."

Jimin menyeringai lebih lebar. Ia bersandar di kursinya dengan santai, satu tangan memutar gelas soda di meja, matanya tetap tertuju ke arah Seungmin. "Gue punya kenalan, nih," katanya, suarannya penuh tipu muslihat. "Mereka bisa kasih lo kerjaan yang gampang. Lo mau? Yah, kerjaannya sih... muasin tante-tante. Tapi gajinya lumayan, lho."

Ledakan tawa memenuhi meja mereka, sedangkan wajah Seungmin semakin memucat. Bibir pria itu bergetar, dan tangannya mencengkeram tasnya lebih erat.

"M-maaf, Jimin. A-aku pasti bakal ganti tas kamu, kok. Tolong maafin aku," ucap Seungmin akhirnya.

Wajah Jimin berubah, kali ini penuh amarah. Ia mengangkat tangannya, bersiap untuk memukul kepala Seungmin. Namun, sebelum tangannya benar-benar mengenai Seungmin, sebuah suara menginterupsi dari arah samping.

"Permisi, ini pesanan Anda."

Jimin menoleh, dan alisnya langsung terangkat tinggi ketika ia melihat sosok yang berdiri di sana. Pakaian seragam pekerja paruh waktu berwarna oranye yang dikenakan oleh orang itu terlihat kontras dengan wajahnya yang tampan.

"Taehyung?" Jimin mengerutkan dahi, matanya membesar karena terkejut.

Taehyung tampak sama terkejutnya. "J-Jimin?" gumamnya, suaranya sedikit gemetar. Ia tidak menyangka akan bertemu Jimin di tempat seperti ini.

Dalam hitungan detik, wajah Jimin yang tadi penuh amarah berubah total. Senyuman lebar menghiasi wajahnya, dan tanpa pikir panjang, ia berdiri dari kursinya dan melangkah ke arah Taehyung. Ia membuka tangannya lebar dan memeluk Taehyung dengan erat.

"Taehyung! Ya ampun, gue nggak percaya ini beneran lo!" katanya dengan penuh semangat, seperti anak kecil yang baru saja menemukan mainan kesayangannya yang hilang.

Taehyung tampak canggung, tangannya terangkat sejenak sebelum akhirnya membalas pelukan Jimin dengan ragu-ragu. "Iya... Lama nggak ketemu, ya," jawabnya dengan senyum kecil.

Jimin melepaskan pelukan itu dan menatap Taehyung dengan penuh antusias. "Lo ke mana aja selama ini? Gue kira lo udah pindah ke luar negeri," katanya cepat.

The Queen Bee (Jikook)/(Kookmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang