Perundungan

68 8 7
                                    

-Flashback On-

Suatu sore, di belakang gedung olahraga, sekelompok siswa dari tim basket memojokkan Taehyung yang sendirian. Salah satu dari mereka mendorong Taehyung ke dinding hingga tersungkur, memaksanya untuk menunduk patuh.

"Lo pikir lo siapa? Berani-beraninya orang miskin kayak lo sok penting di sekolah ini," ujar salah satu dari mereka sambil menyeringai.

"Lo nggak pantes di sini," tambah yang lain sebelum melayangkan tinju ke arah Taehyung. Pukulan itu mendarat tepat di pipinya, membuat Taehyung sedikit terpental.

Beberapa waktu sebelum kejadian ini, Taehyung merupakan pusat perhatian di SMA Internasional Seoul. Sebagai seorang murid pindahan, sikapnya yang hangat dan supel membuatnya disukai banyak orang. Popularitasnya melonjak dengan cepat, dan banyak siswa siswi yang ingin menjadi temannya karena wajah tampannya.

Namun, perhatian yang didapatkan Taehyung justru menimbulkan rasa tidak nyaman bagi Jimin. Sebagai orang yang selalu menjadi pusat dunia Taehyung sejak mereka kecil, Jimin merasa tergantikan. Setiap kali Jimin mengajak Taehyung untuk menghabiskan waktu bersama, jawaban Taehyung selalu sama: "Sorry Jim, gue ada kerkel," atau, "Gue ada rapat OSIS siang ini."

Perasaan terabaikan ini perlahan berubah menjadi bara cemburu dan meledak menyerang Taehyung. Jimin tidak akan membiarkan Taehyung mengabaikannya. Jika perhatian Taehyung sudah terbagi pada orang lain, maka Jimin akan memastikan semua orang menjauhinya. Dan cara yang paling tepat untuk melakukan itu adalah sebuah rumor.

Rumor itu menyebar dengan cepat, seperti api yang membakar rumput kering. Rumor yang berisi fakta keluarga Taehyung sudah bangkrut sejak lama dan ia adalah orang biasa. Dan benar saja, dalam hitungan hari, reputasi Taehyung berbalik drastis. Teman-teman yang dulu mendekatinya mulai menjauh, tatapan kagum berubah menjadi pandangan penuh ejekan. Di SMA itu, kekayaan dan status sosial adalah segalanya. Dan kabar bahwa Taehyung berasal dari keluarga miskin menjadikannya target empuk untuk dirundung.

Hinaan dan pukulan datang bertubi-tubi, membuat tubuhnya gemetar kesakitan. Taehyung hanya mampu meringkuk di tanah, melingkarkan tangannya untuk melindungi wajah dan kakinya, sementara serangan dari enam orang itu terus menghujaninya tanpa henti.

Hingga sosok Jimin muncul dari balik tembok. Wajahnya tampak kaget—atau setidaknya dia berusaha terlihat demikian. Dengan langkah cepat, Jimin mendekat, menghentikan aksi perundungan itu.

"Taehyung!" Jimin berteriak dan segera menarik perhatian semua orang yang ada di sana. Ia segera berdiri di antara Taehyung dan para siswa itu untuk menjadi sebuah perisai manusia. "Kalian semua udah gila, ya?!" bentaknya marah.

Para perundung itu terkejut. Mereka tahu siapa Jimin—pewaris Daeyoung Group, seseorang yang tidak ingin mereka lawan. Seperti sekawanan hiena yang pengecut, mereka lebih memilih untuk meninggalkan tempat itu, membiarkan Jimin dan Taehyung berdua di dalam keheningan.

Jimin berlutut di samping Taehyung, wajahnya dipenuhi simpati. "Lo nggak apa-apa, Taehyung?"

Taehyung mengusap darah di sudut bibirnya dan tersenyum kecil. "Makasih, Jimin. Kalau lo nggak datang, gue nggak tahu apa yang bakal terjadi," ucapnya lirih. Wajahnya membiru karena memar. Ia berusaha keras menahan tangis yang hampir jatuh, tidak ingin terlihat lebih lemah dari ini.

Mata Jimin berkaca-kaca saat ia membersihkan kotoran dari baju sahabatnya. "Jangan tahan tangis kamu," ucapnya, menarik Taehyung ke dalam pelukan yang erat. Tubuh Taehyung melemas, dan air mata yang sedari tadi ia tahan mulai mengalir tanpa bisa dihentikan. Di tengah dinginnya malam, mereka berdua menangis, berbagi luka dan kehangatan yang tulus.

The Queen Bee (Jikook)/(Kookmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang