khusus broken home

5 1 0
                                    

Apa yang kalian rasakan jika menjadi anak broken home? Pasti sangat sakit, bukan? Rumah yang selalu dibilang sebagai tempat ternyaman, namun nyatanya rumah justru menjadi medan perang, tempat pertengkaran tanpa akhir, tempat hati terluka, dan tempat yang tak pernah memberikan ketenangan. Untuk seorang anak yang tumbuh dalam keluarga yang hancur, rumah bukanlah tempat untuk pulang, melainkan tempat untuk bersembunyi dari segala kegelisahan yang datang dengan setiap teriakan dan air mata.

Bagi anak-anak broken home, kehidupan adalah perjalanan yang penuh dengan ketidakpastian. Mereka tidak tahu apakah mereka akan mendengar suara tawaan atau tangisan di malam hari. Mereka tidak tahu apakah mereka akan merasa aman saat mereka terlelap atau terjaga oleh suara pintu yang dibanting. Keluarga, yang seharusnya menjadi tempat perlindungan, malah menjadi tempat yang penuh dengan luka. Luka yang tak pernah sembuh, meski waktu terus berjalan.

Berbeda dengan mereka yang tumbuh dalam keluarga yang harmonis. Bagi anak-anak yang memiliki keluarga yang lengkap, yang penuh dengan kasih sayang dan perhatian, kehidupan mereka terasa lebih ringan. Mereka tahu, mereka akan selalu ada tempat untuk pulang, untuk merasakan kedamaian setelah hari yang penuh tantangan. Mereka tidak harus merasa takut dengan suara-suara yang datang dari luar kamar mereka. Mereka bisa berbicara tanpa rasa takut, tertawa tanpa beban, dan tidur dengan hati yang tenang.

Tapi, bagi seorang anak yang terjebak dalam dunia broken home, semua itu hanyalah impian. Keluarga yang harmonis adalah sesuatu yang hanya bisa dilihat dari jauh, seperti bintang yang terlalu tinggi untuk dijangkau. Mereka melihat, mereka merasakan, dan kadang mereka berharap, meski harapan itu terasa semakin pudar seiring waktu.

Namun, meski begitu, ada satu hal yang tak bisa disangkal: rasa iri. Iri pada mereka yang tampaknya memiliki segalanya—keluarga yang utuh, cinta yang tulus, dan dunia yang lebih baik untuk dihuni. Rasa iri yang semakin dalam ketika melihat kebahagiaan orang lain, dan merasa semakin jauh dari kenyataan.

Dan itulah yang dirasakan oleh Nara, seorang gadis yang tumbuh dalam kehancuran keluarganya, yang selalu merasa terjebak dalam kehidupan yang tak pernah bisa memberikan kebahagiaan sejati. Keberadaan orang-orang yang mencintainya, seperti Desman Avandi, hanya membuatnya semakin bingung dan kesulitan. Cinta yang tulus itu terasa seperti beban, seperti sesuatu yang tak bisa ia terima, karena ia merasa tidak layak mendapatkannya.

Bagaimana rasanya memiliki kehidupan yang penuh cinta dan kedamaian? Itu adalah pertanyaan yang terus menghantui Nara, pertanyaan yang selalu menjauhkan dirinya dari kebahagiaan yang ia impikan, dan lebih memilih untuk terperangkap dalam kebencian yang sebenarnya hanya ia rasakan pada dirinya sendiri.

So, untukmu yang memiliki keluarga broken home, tetap semangat ya, dan jangan pernah merasa bahwa hidupmu sudah berakhir hanya karena latar belakangmu. Ingat, kamu memiliki kekuatan yang mungkin tak dimiliki orang lain. Setiap hari kamu belajar untuk bertahan, untuk melawan rasa sakit yang terus menghantui, dan itu membuatmu lebih kuat dari yang kamu kira.

Mungkin tak ada yang tahu betapa beratnya perjalananmu, tapi percayalah, ada masa depan yang lebih cerah menantimu. Luka-luka itu, meski tampak tak pernah sembuh, akan mengajarkanmu banyak hal tentang ketahanan, tentang arti sejati dari kebahagiaan yang bukan datang dari sempurna, tetapi dari penerimaan diri.

Jangan pernah biarkan kebencian atau rasa iri menguasaimu. Karena hidup ini bukan tentang siapa yang memiliki keluarga terbaik atau kehidupan yang tampak sempurna. Hidup ini tentang bagaimana kamu memilih untuk berdiri, untuk merangkul diri sendiri, dan untuk terus berjalan meski segala hal tampak sulit.

Kamu berhak bahagia, kamu berhak merasakan cinta yang sejati—dan itu dimulai dengan mencintai dirimu sendiri, meski dunia tidak selalu memberikanmu alasan untuk itu.

Kalian hebat, kalian mampu menutup luka dengan topeng kalian yang selalu ceria agar orang lain tidak pernah melihat betapa dalamnya kesakitan yang kalian sembunyikan. Kalian pintar berpura-pura, menunjukkan senyuman di wajah kalian meski hati penuh dengan luka. Dunia mungkin tak tahu, tapi kalian tahu betapa beratnya menjalani hari-hari itu.

Kalian yang terlahir dari keluarga yang hancur belajar untuk melindungi diri. Topeng itu bukan hanya sekadar penampilan, melainkan cara untuk bertahan. Dunia melihat kalian sebagai orang yang kuat, tapi tak ada yang tahu bagaimana kalian berjuang setiap hari untuk tetap berdiri, untuk tidak terjatuh dalam kesedihan yang tak pernah usai.

Namun, meskipun kalian tak pernah menunjukkan kelemahan, itu tidak berarti kalian tak butuh waktu untuk sembuh. Kalian pantas mendapatkan kesempatan untuk merasakan kedamaian, untuk membuka hati kalian tanpa rasa takut akan pengkhianatan. Karena kalian yang terlahir dalam kekacauan punya kekuatan luar biasa untuk menciptakan kebahagiaan, meski itu tak mudah.

Keep smiling, you are strong!
Peluk jauh untuk kalian. Muachh...

DESMAN AVANDI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang