Di persimpangan waktu, aku melihatmu di sebuah taman kota. Dari kejauhan, terlihat kau yang duduk sendirian dengan segenggam buket bunga mawar di tangan. Maaf, aku tidak menghampirimu kala itu. Aku sengaja menjelma menjadi suara paling lembut untuk kau dengar dengan segenap kerinduanku. Aku mencoba untuk terlihat di pikiranmu saja, sebagai sosok laki-laki yang menemanimu, membawakan kue ulang tahun untuk mu dengan lilin berbentuk angka 20.
Nan, aku menulis ini bersama waktu yang kian membiru juga harapan yang tak lagi membisu. Pertama-tama akan ku genapi simpul senyuman yang pernah kau redupkan, demi seonggok daging yang terluka oleh ingatan rumpang yang tajam. Meski kau terdiam menahan perih dan nyeri di punggung tangan yang sama-sama terlukanya setelah mengobati sisa-sisa operasi kenangan yang runyam. Nan, apa telah sampai kepadamu pelukan hangat yang tak pernah ingin ku longgarkan?
𝑁𝑎𝑛, 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎𝑡 𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 ...
𝑆𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑎𝑚𝑏𝑢𝑡 𝑠𝑜𝑠𝑜𝑘 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑚𝑢 ...
𝑆𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑚𝑢 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑚𝑖 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑟𝑖 ...
Nan, aku melihatmu menangis tanpa suara. Bolehkah kutahu apa yang sedang kau pikirkan kala kau meniup lilin dan menerbangkan doa-doa?
Juli sudah beranjak tua, gemar luput dari serpihan kecil ingatan yang kau punya itu akankah bumi sedang merayakan Gala bunga Matahari? Nan, coba kau rebahkan riuh di punggung malam. Tanpa suara, duga dan rasa. Coba kau ukir hening yang menjelma kerinduan dalam bising, tanpa sua. Lalu, secuil senyuman yang terpendam biarkan menonjol di kedua lekuk pipimu. Biarkan basah mengalir seperti sungai-sungai menuju Hulu.
Kemudian, aku akan pinjamkan interlude puisi yang menari-nari lewat kedua kelopak matamu.
Nan, jauh dari pandanganmu, aku akan mereguk rindumu yang tersisa 'tuk memulangkan keberanian. Aku akan mengantarkan sekotak setia yang terkubur dalam lubang tanya, hingga binar matamu menatap sepasang tatapan dan berdiri dekat-dekat, berucap lirih "𝘏𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯, 𝘒𝘢𝘬, 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘶𝘵𝘪𝘶𝘱 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘭𝘪𝘭𝘪𝘯 𝘥𝘪 𝘣𝘶𝘭𝘢𝘯 𝘑𝘶𝘭𝘪 𝘴𝘪𝘭𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘨𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨𝘬𝘶𝘮 𝘬𝘦𝘵𝘢𝘣𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴𝘢𝘯?"
Nan, aku bahagia kala tabir rahasia menyingkap sapa di depan pintu yang kau buka. Tentang dirimu yang tak lagi bertaruh kapan seseorang itu akan pergi. Dia ada, untukmu, yang merawat bunga Matahari di taman hatimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Baskara! [ HIATUS ] ✅
РазноеCukup tersisa-akal sehat yang sering diburuk sangka. Tiba-tiba segalanya begitu kamu, maka goresan tinta yang sederhana ini bermula saat aku melepas rindu berlebih dan rasa cemas yang membelenggu. Tentangmu adalah rima puisi yang sama, sebagaimana...