"Hanna..."
Aku menghentikan langkahku ketika seorang berseragam SMA dengan balutan cardigan hitamnya. Rambutnya panjang, bibirnya berkedut tersenyum penuh ketidaksukaan ah, tepatnya sekarang ia sedang menyeringai dengan tatapan meremehkan. Katrina salah satu murid teladan tingkat ke-3 di SMA Tunas Bangsa.
"Aku sudah membiarkan kamu dekat dengan Vano, sekarang kamu mulai mendekati Ed. Dasar serakah!" pekiknya dengan ketidaksukaannya.
Apa lagi ini, Tuhan. Mengapa orang-orang suka sekali mengusikku.
"Apa kamu sengaja mendekati Ed?"
"Aku? mendekati Ed?" jawabku dengan alis bertaut.
"Selama ini aku sudah bermurah hati karena membiarkan kamu dekat dengan Vano tapi aku tidak akan biarkan kalau kamu dekat dengan Ed."
Katrina mencondongkan tubuhnya ke arahku tatapannya dingin dan tidak bersahabat tetapi bagiku tatapan seperti itu adalah tatapan yang sangat biasa dan aku tidak takut justru semakin membuat aku mengintimidasinya. Apa dia lawanku, sekarang? Setelah Yura. Astaga!
"Aku akan buat hidupmu seperti di neraka___"
Aku tergelak mendengarnya "Apa itu ancaman?"
"Bukan, itu peringatan."
Aku tersenyum kecut. Mendekati Vano? Kami menjadi dekat karena memang ia sekretaris sekaligus MC di berbagai kegiatan di organisasi selama menjadi ketua OSIS tentu saja pekerjaanku akan selalu dekat dengannya, namun Ed? Siapa lagi, tuh? Manusia mana yang memiliki nama Ed, aku merasa tidak mengenalnya bahkan bertemu dengannya saja tidak bagaimana bentuk wajahnya, aku tidak tahu.
"Apa kamu sudah bosan menjadi murid teladan? Sampai membuat kamu beralih profesi jadi iblis neraka?" alih-alih bertanya siapa Ed aku lebih tertarik dengan kata neraka dan itu jelas membuat adrenalin ku semakin meningkat.
Ah! Aku jadi ingat Kang Bitna iblis dari neraka yang hinggap di tubuh seorang hakim di dunia manusia. Tapi Katrina bukan Kang Bitna begitupun kami sedang tidak syuting film sekarang, apa ia akan menghajar ku habis-habisan? Secara gamblang?
"Kalau begitu, kamu membutuhkan tenaga yang super__" Aku memperhatikan setiap inci wajah Katrina yang memerah menahan kesal setengah mati, nafasnya jelas menggebu dan siap meledak aku menyukai lawan seperti Katrina mudah terusik, kesal dan marah.
Tunggu, apa yang membuatnya marah?
Karena Ed? Atau karena aku menyebutnya iblis dari neraka? Kemungkinan Ed-lah yang lebih mendominasi kemarahannya sekarang atau ini karena wajahku yang cantik yang tidak punya rasa takut? Atau ketiganya?
"Dasar jalang!" Katrina meraih rambut panjangku yang sengaja aku kuncir kuda dengan seenaknya di tarik begitu saja seolah gantungan kunci motor. Aku meringis, secara tiba-tiba kulit kepalaku terasa seperti terbakar sudah aku pastikan wajahku kembali memerah.
"Kamu sengaja menggoda Ed, kan?"
"Dasar jalang tidak tahu diri!"
Katrina menarik rambutku dengan kuat. Aku yang mendapat serangan mendadak masih berusaha mengimbangi posisiku yang pas untuk melawan saat jambakan yang ketiga mulai aku rasakan, aku menginjak kaki Katrina dengan kuat sampai ia benar-benar melonggarkan cengkeraman rambutku, benar saja Katrina melepaskan dan ia mengadu kesakitan. Dan seperti yang kalian tahu tentu saja aku balik menyerangnya karena sudah berani mengataiku jalang.
BUGH!
BRAKKK!
Aku terus mendorong tubuh Katrina dengan kesal membenturkan pada pintu WC yang terbuat dari plastik beruntung pintu plastik, kalau terbuat dari kayu sepertinya kepala Katrina sudah pendarahan sekarang, tentu saja sesekali menjambaknya dengan kencang yang kemudian di balas oleh Katrina tetapi hal itu tidak membuat aku gentar. Aku terus memukul mulutnya yang kurang ajar. Siang yang berkeringat semakin membuat aku berkeringat, sial!