"Apa tanggung jawabmu sekarang Mas, Hanna masih membutuhkan kamu ke depannya! Jarang pulang dan bicara dengan Hanna apa kamu tidak bisa sedikit saja memberi perhatian padanya?" suara Mama terdengar ketika aku ingin membuka hendel pintu, karena mendengar suara itu aku mengurungkan niat dan menyisahkan tanganku menggantung di udara. Aku menghela nafas dalam, urat leherku menegang.
Sial! bahkan siang-siang seperti ini mereka perang mulut. Hal satu ini memang tidak pernah mengenal tempat dan waktu.
"Hanna sudah besar. Dia bisa mencari segala sesuatunya sendiri." Jawab Papa dengan santainya.
"Dia masih membutuhkan perhatian___apa kamu pikir perhatian sosok Papa bisa dia cari semudah itu? Jangan menjadikannya terlihat seperti haus perhatian lalu dia mencarinya dari orang lain." Seru Mama.
"Bukankah kamu sudah harus memberi laki-laki itu gelar Papa baru untuk Hanna? Agar dia tidak kehilangan kasih sayang seorang Papa."
"Mas...! Bisakah kamu tidak mengungkitnya? Tolong bergunalah setidanya untuk Hanna, dia anakmu. Saya bekerja keras dan menghasilkan uang lalu mana tanggung jawabmu sebagai Papa-nya?"
"Bukankah dia mempunyai Mama yang super? Lagi pula saya sudah tidak di butuhkan lagi di rumah ini olehmu, terutama. Hanna juga bisa mandiri sudah tidak membutuhkan saya lagi."
Tes air mataku tiba-tiba jatuh begitu saja. Ah! Ucapan itu seperti belati menghunus jantungku kata-kata yang tidak hanya menimbulkan rasa sakit tetapi juga berhasil merusak. Kata-kata tidak membutuhkan itu terlalu menyakitkan sebagai seorang anak satu-satunya. Kata tidak membutuhkan terlalu menyakitkan untukku yang telah di lahirkan dan memiliki orang tua lengkap bahwa nyatanya aku tetap membutuhkan sosok, figur seorang Papa sampai kapanpun. Aku tetap membutuhkan sosoknya. Sial! Rasanya begitu sesak sekali. Aku menepuk dadaku dengan gengaman tanganku.
"Sejak dua tahun terakhir, sudah tidak ada lagi tugas saya di rumah ini bahkan sampai sekarang dan jangan menyalahkan saya karena saya lebih memilih keluar dari rumah ini___ kamu punya andil besar dalam masalah kita, bermain di belakang saya!"
"Sekarang kita hidup masing-masing saja menikmati apa yang sudah kita peroleh. Kamu menikmati karir bersama laki-laki itu dan saya menikmati hidup tenang dengan perempuan lain pilihan saya yang lebih mengharapkan saya dan saya lebih di butuhkan di sana."
"Saya tidak pernah masalah untuk itu tetapi bagaimana dengan Hanna. Dia anakmu juga."
Aku tersenyum getir. Apa katanya tidak masalah dengan itu? Apa sebutan yang pantas untuk seorang Mama yang seperti itu? Dan itu artinya Mama benar-benar mengakuinya. Lalu___ untuk kalimat Papa? Apa papa benar-benar menerimanya? Kenapa sebagai kepala keluarga ia menyerah? Mungkin benar Papa sudah tidak di butuhkan lagi di sini dan lebih memilih menyerah mencari rumah yang baru, hangat, nyaman dan tenang yang paling penting membutuhkannya.
"Sampai kapanpun Hanna memamng anakku...dia lebih membutuhkan Mama-nya di bandingkan Papa-nya yang tidak punya karir yang bagus dan uang yang banyak, saya sudah membuatnya kecewa."
Kalimat ambigu apa lagi ini? Sejak kapan Papa memikirkan materi? Apa Papa menyesal menikah dengan Mama yang karirnya bagus sementara Papa hanya seseorang pengusaha biasa saja? Ah! Apa menikah dengan seseorang itu harus memperhitungkan derajat, derajat yang sama atau bisa di bilang setara soal materi, pekerjaan, terutama? Jika aku perhatikan Papa dan Mama adalah dua orang yang sangat berbeda. Rupanya cinta mengubah segalanya, saat itu. Rupanya cinta mengubah situasi yang sulit menjadi mudah karena saling mencintai, rupanya cinta yang menang banyak kala itu yang lambat laun membuat mereka terjerat dalam lingkaran setan.
Mama seorang hakim yang karirnya yang bagus bahkan sampai di nobatkan sebagai hakim termuda dan gigih di perusahaannya karena karirnya yang bagus membuat Mama sibuk. Sibuk dan sibuk. Lalu Papa? Papa hanya seorang pengusaha biasa saja bahkan kalau aku bilang Papa sering sekali gagal dalam membangun karirnya sebagai pengusaha. Kafe? Gagal. Lalu bermain saham, tertipu orang. Hidup Papa lebih banyak bergantung pada Mama, sebenarnya. Ya! Mereka seperti langit dan bumi tetapi cinta yang menyatukan mereka.