ਏਓ⠀࣪𓈒 Empatsatu

1.5K 122 8
                                    

Jangan lupa vote.

"Gue nggak mau basa-basi, Jea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue nggak mau basa-basi, Jea. Apa tujuan lo ngawasin gue dan Airys?"

Jeana tertawa. Perubahan Ellen menjadi hal yang menggelitik. Bagaimana tatapan gadis itu dulu yang terkesan manis dan ceria justru kini menjadi begitu tajam penuh antipati. "Calm down, Ellen. Kenapa harus buru-buru? Apa lo nggak kangen sama mantan sahabat sejati lo ini?"

"Buat apa gue kangen sama lo?" Ellen berdecih. "Lo nggak seberharga itu buat gue, Jea. Kehilangan lo justru bikin gue sadar dan bersyukur. Kalo selama ini lo itu cuma parasite di hidup gue."

"Bangsat," geram Jeana. "Otak lo udah dicuci sama Airys."

"Ya, dan itu jauh lebih baik daripada gue berlama-lama di lingkaran pertemanan yang toxic." Ellen tersenyum. "Kalo otak gue nggak dicuci Airys, gue pasti masih dengan bodohnya menganggap lo sahabat terbaik."

"Bukannya gue memang sahabat sejati lo?"

"Sahabat nggak akan pernah memanfaatkan, Jeana. Selama ini hubungan pertemanan kita cuma sebatas simbiosis parasitisme. Lo untung, tapi gue rugi. Seharusnya sejak lama gue buang sampah semacam lo dari hidup gue."

"Lo benar, Ellen. Pertemanan itu omong kosong. Gue nggak pernah anggap lo lebih dari sekadar bidak catur supaya gue bisa mencapai kemenangan." Jeana tersenyum miring, ia mengangkat dagu Ellen kendati langsung ditepis gadis itu. Mengundang kekesalan di wajah Jeana. "Gue nggak peduli kalo pun lo nggak mendapat benefit apa pun selama berteman sama gue, karena yang terpenting adalah, gue dapat apa yang gue mau, Ellen."

Ellen memandang sengit. Ada sebenang kekecewaan yang berusaha ia tampik sekuat tenaga. Jauh di dasar hati.

"Gue mau hidup mewah? Gue tinggal minta sama lo. Gue mau barang branded? Apa yang nggak akan lo kasih? Semuanya lo kasih ke gue." Jeana terkekeh dengan tidak tahu malu. Ia ingat kenangan itu. Keluarganya memang melakukan korupsi besar, tetapi Sugondo adalah laki-laki tua yang cukup pelit. Hanya tahunya bermain wanita dan menghamburkan uang untuk egonya saja. "Lo bodoh, Ellen. Tapi gue justru senang dengan kebodohan lo. Dan hal yang paling menguntungkan dengan berteman sama lo adalah dengan kalung itu."

Ellen mengerutkan kening, ia baru akan bertanya, tetapi Jeana langsung merebut kalung di tangannya. "Apa maksud lo?!"

Jeana mengangkat alis, ia menjulurkan kalung cantik itu di depan wajah Ellen. "Bahkan lo nggak ngerti maksud gue tentang kalung ini. Biar gue kasih tau satu rahasia, Ellen. Dibanding gue yang bikin lo terlihat bodoh. Keluarga lo jauh lebih jahat karena menanamkan kebodohan sejak lo kecil."

"Lo ngomong apa, sih? Nggak usah bawa-bawa keluarga gue. Mulut lo nggak pantas───"

"Lo pikir kenapa lo nggak ingat masa kecil lo, Ellen?!" potong Jeana, gadis itu menatap Ellen tajam. "Lo percaya aja sama omongan nyokap lo yang beralibi ini-itu. Padahal, lupa akan semua memori masa kecil adalah hal yang janggal. Seharusnya masih ada beberapa kenangan masa kecil yang lo ingat. Tapi nyatanya? Nggak ada satupun, Ellen."

ANTAGONIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang