•
•
•
•
•***
Jeanne merasakan ada yang mengikutinya. Perasaan merinding menjalar dari tengkuk hingga punggungnya. Ia mempercepat langkahnya tanpa sadar memasuki area jalan yang lebih sepi. Detak jantungnya semakin cepat seiring suara langkah yang membuntutinya terdengar semakin dekat. Hingga tiba-tiba, seseorang menubruknya dari belakang.
Brukk!
Jeanne terjatuh, lututnya terasa perih akibat aspal kasar. Ia mendongak dengan panik, siap berteriak jika itu memang penyerang. Namun, di hadapannya berdiri seorang anak laki-laki kecil, wajahnya penuh air mata. Anak itu, yang mengaku bernama Hiro, menangis tersedu-sedu sambil meminta maaf. "Aku takut... Aku tersesat... Aku tidak tahu jalan pulang," katanya terisak, sambil mencengkeram ujung gaun Jeanne.
Jeanne yang awalnya tegang langsung meluruh. Ia berjongkok, mengabaikan luka di lututnya. Dengan lembut, ia berkata, "Tidak apa-apa, Nak. Kamu aman sekarang." Ia menyeka air mata Hiro dengan tangannya. "Kamu tahu nama jalan rumahmu?" tanyanya pelan, tetapi anak itu hanya menggeleng keras, semakin tenggelam dalam tangis.
Sementara itu, di sisi lain, Sebastian yang sedang mengemudi merasa gelisah. Entah kenapa ia memikirkan Jeanne. Saat melewati jalanan, pandangannya tertuju pada sosok yang sangat dikenalnya. Jeanne, duduk di trotoar bersama seorang anak kecil. Wajahnya langsung berubah panik. Ia segera menghentikan mobilnya dengan rem mendadak, keluar, dan berlari menghampiri mereka.
"Jeanne! Apa yang terjadi?" tanyanya cemas, matanya langsung menangkap lutut Jeanne yang terluka. Tanpa menunggu jawaban, ia berlutut untuk memeriksa lukanya.
Jeanne terkejut dengan kedatangan Sebastian yang tiba-tiba. "Sebastian? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya, meskipun sebenarnya hatinya sedikit lega melihat pria itu.
"Aku yang harusnya bertanya begitu! Lututmu terluka," kata Sebastian, hendak menggendong Jeanne. Namun, Jeanne buru-buru menahan tangannya. "Tolong bantu anak ini dulu. Dia tersesat," katanya sambil melirik Hiro yang masih menangis.
Sebastian sempat terdiam, lalu akhirnya menuruti permintaan Jeanne. Ia dengan hati-hati mengangkat Hiro dan membawanya ke dalam mobil terlebih dahulu, lalu kembali untuk membantu Jeanne. "Ayo masuk," katanya singkat, menutup pintu setelah Jeanne duduk di kursi penumpang.
Di dalam mobil, Jeanne mencoba berbicara dengan Hiro, bertanya pelan-pelan tentang rumahnya. Tetapi anak itu tetap menolak memberitahu.
Dengan sabar, Jeanne bertanya alasan di balik penolakannya. "Aku bertengkar dengan Ibu... Aku marah... Dia selalu lebih sayang adikku. Adikku selalu mendapatkan hadiah yang lebih besar! Aku tidak mau pulang," ucap Hiro akhirnya, masih dengan suara kecil yang diselingi isakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Yang Di Takdirkan
Romance꒰ ˘͈ᵕ˘͈ ᥕᥱᥣᥴ᥆꧑ᥱ in my new story ! ini fanfiction soowon ya soobinies!