9. Manipulative

146 31 52
                                    





•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flashback kemarin beserta lanjutan nya:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flashback kemarin
beserta lanjutan nya:

Langit cerah menyelimuti suasana riang di lapangan sekolah. Ujian akhir SMA baru saja selesai, dan para siswa bersorak kegirangan. Sebastian, dengan langkah santai dan senyum percaya diri, berjalan mendekati Jeanne yang sedang duduk bersama teman-temannya. Jeanne terlihat sibuk mencatat sesuatu di buku kecilnya, mungkin rencana masa depan atau sekadar daftar keperluan karyawisata mereka minggu depan.

"Hei, gwiyomi!" seru Sebastian, menarik perhatian Jeanne dan teman-temannya.

Jeanne mendongak, sedikit terganggu. "Apa lagi sih, Bas? Jangan panggil aku begitu!"

Sebastian menyeringai nakal. "Kenapa? Gwiyomi itu artinya 'imut' loh. Cocok banget buat kamu."

Teman-teman Jeanne tertawa kecil, sementara Jeanne mendengus, mencoba mengabaikan pria itu. Namun, wajahnya sedikit memerah. Jeanne tahu Sebastian selalu suka mengganggunya, mulai dari menyembunyikan kuncir rambut hingga menarik-narik ujung rambutnya di kelas.

Easton, yang berdiri tak jauh, hanya memperhatikan. Ia tahu Jeanne dan Sebastian sering bertengkar kecil seperti itu, tetapi ia juga melihat sisi lain. Jeanne, meskipun sering kesal, selalu tersenyum setelah digoda Sebastian. Easton tahu bahwa Sebastian menyukai Jeanne, dan ia menghormati perasaan sahabatnya. Namun, melihat Jeanne yang selalu hangat dan perhatian, sulit baginya untuk tidak jatuh hati.

Seminggu kemudian, seluruh siswa kelas mereka pergi karyawisata ke sebuah pegunungan indah. Perjalanan dimulai dengan tawa dan canda di dalam bus. Sebastian duduk di belakang bersama Jeanne dan Easton, seperti biasa membuat suasana heboh.

"Jeanne, kamu bawa jaket, kan? Di gunung dingin loh," kata Easton, dengan nada khawatir.

Jeanne tersenyum lembut. "Bawa kok, tenang saja. Aku tahu kamu selalu khawatir, East."

Hati Yang Di TakdirkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang