6 || Lunak

79 23 2
                                    

"Pagi adik, sini kita sarapan bareng." Dikara yang sedang memasak telur menggunakan apron berwarja biru tersenyum lebar saat melihat adik tirnya itu turun.

Rosiè tidak membalas dirinya malah menguap lebar, Melvin yang kebetulan akan duduk di meja makan refleks membekap mulut gadis itu yang tentu saja membuat Rosiè murka.

"Ditutup, nanti ada nyamuk masuk."

Rosiè memutar kedua bola matanya, "Gak mungkin ya!"

"Mungkin, soalnya Satria pernah keselek nyamuk gara-gara ngebuka mulutnya terlalu lebar." Jovan yang sedang memakan tortila menimpali di meja makan. Satria sendiri yang tadinya sedang anteng memainkan gadgetnya langsung menoleh kearah Jovan dengan tatapan sebal. "Itu aib! Gak usah dibahas lagi!"

Dan Jovan hanya tertawa.

"Cuci muka dulu gih, terus balik lagi buat sarapan. Hari ini sekolah kalian libur kan?" Joshua datang sembari membawa roti dan susu untuk diletakan di meja makan.

Rosiè tidak menjawab tetapi berlalu untuk mengikuti perintah. Semua yang ada disana saling bertatapan satu sama lain. "Tumben itu bocah gak tantrum dan nurut aja sama kita." Juan angkat bicara.

"Salah minum obat kali," Verrel menjawab tidak acuh.

"Jangan ngomongin adeknya." Satria mengatakan hal itu dengan nada biasa saja tapi mampu membuat semua orang disana menutup mulut.

Rosiè kembali dengan penampilan lebih segar, muka gadis itu tidak muka bantal seperti tadi, dirinya langsung menarik kursi disebelah Miguel dan duduk menopang dagunya.

"Mau sarapan sandwhich atau nasi goreng buatan Dika?" Joshua bertanya sembari membuat sandwich untuk Dion.

"Gue gak suka roti." Rosiè berkata dengan ketus.

Joshua meringis. "Ah maaf kalo gitu kamu mak—"

"Tapi kalo di panggang gue suka." Rosiè melanjutkan.

Miguel sudah menahan tawa melihat ekspresi aneh yang dikeluarkan oleh Joshua. Tapi tak lama pemuda itu bangkit dan mengambil dua slice roti. "Gue masukin toast buat lu, mau pake toping gak?"

Rosiè menggeleng. Dika ikut bergabung setelah selesai memasak telur terakhir, pemuda itu menarik kursi disebelah kanan Rosiè, kemudian mengupas beberapa buah.

"Hari ini Dion mau ke rumah temen ya bang!" Dion membuka suara.

"Rumah YZ?" Jovan bertanya saat teringat satu teman Dion yang sering bermain.

Dion mengangguk, nama aslinya adalah Yanuar Zulfikri tapi entah kenapa temannya itu lebih suka dipanggil YZ yang merupakan singkatan dari namanya itu."

"Jam 3 harus udah pulang di rumah lagi," Satria berkata final.

"Jam 5 deh, soalnya Dion mau ikut futsal nanti jam 3."

"Oke."

Rosiè hanya menyimak obrolan itu, mulutnya refleks terbuka saat Dika menyuapkan sepotong apel padanya.

Makan pagi yang berjalan cukup tenang karena Rosiè yang lebih pendiam dan penurut. Selesai dengan makan pagi, satu persatu mulai meninggalkan rumah untuk bekerja, kecuali Satria, Verrel, Miguel, Melvin, Dika, Rosiè dan Dion tentunya. Tapi orang seperti Miguel dan Satria tidak mungkin betah di rumah, terbukti dengan mereka yang sudah berpakaian rapih hendak keluar.

"Dion jadi keluar gak? Kalo jadi ayo gue anterin ke rumah YZ." Satria berteriak.

"Dion pergi di anter bang Dika ntar siang." Dan satria hanya mengangguk kemudian berlalu.

Rumah sebesar ini terasa sangat hening. Rosiè heran kenapa mereka tidak menyewa pekerja tetap dan malah memperkerjakan pekerja yang hanya datang lalu pergi?

Rosiè sampai di bagian samping rumah, ada sebuah kolam berenang yang cukup besar. Melihatnya Rosie jadi ingin berenang, hmmm apa dia harus mempertimbangkan untuk berenang pagi ini?

"Ngapain disitu?" Rosiè berjengkit kaget saat Melvin tiba-tiba saja muncul di permukaan air.

"Lu ngagetin tau gak?!"

Melvin hanya acuh tak acuh dan kembali melanjutkan aktivitas berenangnya.

Rosiè terdiam melihat Melvin yang berenang, dirinya bahkan tidak sadar ada Melvin disini saking terhanyutnya tadi.

"Lu bisa berenang gak?" Rosiè tersadar, dirinya mengernyitkan dahinya dengan bingung. Dia ingat cowok ini adalah yang paling acuh tak acuh padanya. Cukup mengejutkan mendengar pemuda ini mau mengajak ngobrol dan berinisiatif bertanya terlebih dahulu.

"Gue pernah dapet mendali emas,"

Entah mengapa alih-alih berkata iya, Rosiè malah mengatakan hal lain. Melvin mengangguk, "Mami pernah bilang lu jago volly sama Renang."

Rosiè menghela nafas, dirinya memilih duduk di pinggir kolam dan menjelupkan kakinya, menerewang jauh. Entah apa saja yang sudah Ibunya itu ceritakan.

"Gue tau ini mungkin keadaan berat buat lu, tapi gue minta tolong banget sama lu. Seengaknya jaga sikap dan hormati kakak-kakak gue, jangan seenaknya dan bersikap seolah-olah kami jahat."

Jantung Rosiè hampir saja keluar karena terkejut, terkejut karena tiba-tiba Melvin sudah ada dihadapannya. Posisi mereka cukup intens, orang mungkin akan salah paham jika melihat ini dari belakang atau dari samping.

"Sikap lu hari ini lebih baik dari pada sebelum-sebelumnya. Gue harap ini gak bertahan sehari aja, gue gak keberatan punya adek cewek kalo lu bisa bersikap baik." Setelah mengatakan hal itu Melvin langsung beranjak naik dan mengambil handuk.

"Kayanya itu bagus juga buat lu, punya tiga belas saudara gak akan semenyeramkan itu." Setelahnya Melvin pergi meningalkan Rosiè sendirian. Rosiè terdiam merenungkan ucapan Melvin barusan.

Pemuda itu ada benarnya, jauh dalam lubuk hatinya dia merasa hangat. Terbiasa tinggal sendirian dan tiba-tiba memiliki keluarga yang jumlahnya banyak tentu saja memberi perbedaan.

Dirinya tidak suka sendirian, dan ibunya telah memberikannya keluarga yang ramai yang hangat dan tidak seperti sebelumnya, tapi jujur sikapnya yang kasar adalah bentuk perlindungan dirinya. Dia tidak mau saat dirinya merasa nyaman dan terlena semua ini tiba-tiba berlalu. Dirinya tidak mau merasakan sakit ditingalkan dan di buang lagi. Dia hanya takut semia ini hanya sementara.

"Disini ternyata." Rosiè mendongkak menemukan Dikara yang tersenyum kearahnya.

"Mau ikut gue nganterin Dion gak? Baliknya kita bisa hangout atau kemana gitu, anggap aja siblings date. Gue pengen banget ngedate sama sodara gue dari dulu, sayangnya sodara gue semua cowok." Dika menjelaskan dengan panjang lebar.

Rosiè diam, tapi Melvin ada benarnya. Memiliki saudara tidak merugikannya.

Rosiè hanya mengangguk lalu bangkit. "Gue siap-siap dulu."

Dan dika langsung bersorak untuk itu. Pemuda itu bahkan mengayunkan tangannya dan berkata YES dengan keras.

Tanpa Dika sadari, Rosiè tersenyum tipis. Sangat tipis, yah tidak ada salahnya kan mencoba dekat dengan saudara-saudara barunya ini? Lagi pula mereka tidak seperti Ayahnya yang meningalkannya untuk keluarga barunya. Rosiè harusnya senang ibunya bisa mendapat dan di terima di keluarga yang hangat ini. Tidak ada salahnya untuk menerima...

Bersikap buruk hanya akan membuat ibunya semakin terlibat dengan masalah, dan rosiè juga bukan seorang trouble maker. Jadi sepertinya menjalin hubungan baik adalah solusi yang bagus untuk keharmonisan keluarga ini, semoga saja.

TBC

Kangen gak? hehehehe

UNEXPECTED BONDSWhere stories live. Discover now