7 || Siblings Date

49 21 7
                                    

"Ini nanti baliknya mau di jemput lagi apa gimana?" Dika bertanya begitu sampai diperkarangan rumah teman adiknya -Dion-

Dion sempat berfikir, tapi kemudian menggeleng. "Nanti kayanya Dion di anterin aja, kalo enggak paling balik sama Bang Miguel. Soalnya tempat futsal Dion deket sama tempat billiardnya bang Miguel."

Dika hanya mengangguk, setelahnya Dion berpamitan kepada Rosiè dan Dika.

Setelah peninggalan adik bungsunya, Dika menoleh kearah Rosiè kemudian nyengir. "Lu suka main arcade gak?"

Rosiè mengangguk. "Terakhir gue main itu kayanya kelas lima sd."

Dikara tentu saja terkejut mendengarnya. "Apa kita ke dufan aja?"

Dan Rosiè hanya mengangguk kembali. "Atur aja, gue ngikut."

Dan Dika meringis, tapi tak ayal dirinya mulai melajukan mobilnya menuju tempat tujuan.

Karena hari ini weekday tidak terlalu banyak orang disini, tapi tetap saja Dika tidak akan membiarkan mereka berlama-lama mengantri. Dirinya membeli dua tiket vip dan langsung memasuki area permainan.

Sebelum mulai berpetualang mereka berdua terlebih dahulu membeli topi dan juga minuman dingin, cuaca kebetulan cukup terik. Rosiè sendiri untungnya memilih memakai kaus santai berwarna putih dan celana selutut, Dikara sendiri juga mengenakan kaus senada dengan celana jeans. Mereka terlihat seperti pasangan yang berkencan alih-alih saudara.

"Jadi buat pemanasan gimana kalo kita naik itu dulu aja?" Rosiè menoleh kearah permainan yang ditunjuk oleh dika. Kora-kora. Gadis itu hanya tersenyum tipis, "Yakin?"

Dikara mengangguk dengan semangat. "Yakin lah, mau duduk paling ujung gak?"

Rosiè suka tantangan jadi tidak berfikir lama dirinya langsung mengiyakan ajakan Dikara untuk duduk di paling belakang.

Hasilnya? Dikara berteriak lebih kencang daripada Rosiè, sedangkan Rosiè sendiri hanya tertawa merasa terhibur.

Rosiè mengusap air matanya yang keluar karena tidak berhenti tertawa, Dikara sendiri sekarang sedang berjongkok. "Bentar, ini dunia gue kenapa muter gini." Berhenti tertawa Rosiè ikut berjongkok dan mengusap punggung Dikara.

"U okay?"

Dikara menoleh kemudian mengangguk. "Oke, kok! Yuk mau naik halilintar gak?"

Rosiè mengernyit menatap Dikara dengan tidak yakin. "Naik kora-kora aja lu udah kepayahan kaya gini. Meningan kita main tembak-tembakan disana, gue pengen boneka itu." Dikara menoleh kemudian mengangguk.

"Gue bakal dapetin itu buat adik gue ini."

Rosiè memutar kedua bola matanya. "Bisa gak berhenti manggil gue adik?"

Dikara menggeleng. "Kenapa sih? Lu kan adik gue."

"Tapi panggilan itu terkesan kaya gue anak kecil, gue seumuran ya sama lu!"

Dikara cemberut. Rosiè yang melihatnya hanya menghela nafas. "Oke, kalo lu bisa dapetin boneka itu lu boleh manggil gue adik."

"YOSHAAA!! AYO GUE BUKTIIN KEHEBATAN GUE!!"

***

"Rosiè kemana?" Adalah pertanyaan yang di tanyakan  pertama oleh Harsa saat kembali ke rumah.

Verrel dan Melvin sedang asyik dengan kegiatannya masing-masing. Melvin dengan bukunya dan verrel dengan legonya.

"Main." Melvin menjawab dengan singkat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 12 hours ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

UNEXPECTED BONDSWhere stories live. Discover now