The Moments We Share

1K 117 12
                                    

Di kamar yang kini terasa sempit itu, udara menjadi semakin panas, penuh dengan ketegangan yang tak terucapkan. Galen berbaring di atas kasur, tubuhnya terasa terjepit oleh perasaan yang membingungkan—antara keinginan yang terpendam dan rasa takut akan apa yang mungkin terjadi selanjutnya. Matanya tak bisa lepas dari Chika, yang perlahan mendekat. Langkahnya tenang, namun setiap gerakannya seperti menciptakan getaran di udara yang mengelilinginya.

Chika, yang beberapa jam lalu masih berada dalam gaun pengantin, kini berbalut dalam pakaian sederhana, namun perubahan yang ada pada dirinya begitu terasa—entah karena rasa marah, bingung, atau justru sebuah keinginan yang baru muncul. Ia naik ke atas kasur, tubuhnya bergerak anggun namun penuh tekad. Sementara itu, Galen tak bisa menahan pandangannya dari gadis di depannya, terpesona oleh intensitas yang terbentuk di antara mereka. Rasa cemas bercampur dengan gelora yang tak mampu ia benarkan, namun begitu nyata.

Chika perlahan menuruni tubuhnya, mendekat lebih dekat, hingga akhirnya duduk di atas Galen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chika perlahan menuruni tubuhnya, mendekat lebih dekat, hingga akhirnya duduk di atas Galen. Posisi mereka kini semakin dekat, begitu intim, dan terasa penuh dengan ketegangan yang memanas. Galen bisa merasakan tubuh Chika yang begitu rapat di atas tubuhnya, napasnya yang kini saling beradu dalam jarak yang hampir tak ada. Ada rasa bergejolak di dalam dirinya, sesuatu yang melampaui sekadar kebingungan atau kekhawatiran. Entah mengapa, momen itu terasa begitu membekap, begitu menantang, seperti sebuah api yang perlahan membesar.

Galen: (suara sedikit gemetar, matanya penuh kebingungan namun ada rasa takut yang samar) "Kita... mau ngapain, Kak?"

Chika: (senyum tipis terbentuk di bibirnya, matanya tajam dan penuh tantangan) "Masa kamu nggak tahu, Len?"

Galen: (tertawa canggung, mencoba menutupi kegelisahan, tapi hatinya berdebar keras) "Ahahah... aku... nggak tahu deh."

Chika: (dengan langkah mantap, mendekat lebih dekat, suaranya sekarang lebih rendah dan penuh arti) "Kamu udah gagalin hari pernikahan aku, Len... jadi, kamu yang harus tanggung jawab, kan? Kamu harus jadi pasangan aku... malam pertama ini... milik kita berdua."

Suara napas mereka mulai saling bersaing dalam keheningan yang memikat, dan udara di sekitar mereka terasa begitu panas. Chika mendekat semakin dalam, matanya tak pernah lepas dari Galen, sementara Galen merasa tubuhnya seolah terbakar, terperangkap dalam ketegangan yang tak bisa ia hindari.

Chika menarik tubuhnya sejenak, memberi sedikit ruang antara mereka. Galen merasakan perubahan dalam udara—sesuatu yang tak terucapkan namun begitu kuat. Matanya tidak bisa berpaling, terperangkap oleh gerakan Chika yang begitu tenang, namun penuh dengan ketegasan. Ia melihat gadis itu menarik napas dalam-dalam, seolah sedang menenangkan dirinya, sebelum dengan perlahan melepaskan pakaian yang menutupi tubuhnya.

Galen sudah pernah melihat Chika sebelumnya, tetapi kali ini, semuanya terasa berbeda. Ada perasaan yang menyelimuti ruangan, mengubah segalanya menjadi lebih intim, lebih mendalam. Tubuh Chika yang dulu hanya sekadar bagian dari kenangan pahit, kini hadir di hadapannya dengan cara yang baru—begitu dekat, begitu nyata. Setiap gerakan Chika, setiap lekuk tubuhnya yang perlahan terlihat, semakin membuat jantung Galen berdegup lebih cepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 16 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Housemates!!🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang