A Trauma

2.4K 162 19
                                    

Pukul 01.20 lewat, dan Galen masih terjaga, mata setengah terpejam namun tetap fokus pada layar laptop yang memantulkan cahaya biru dingin. Ia tengah sibuk menyiapkan rundown untuk ospek besok, setiap detil harus sempurna, dan malam yang sepi ini seolah memberi ruang baginya untuk berkonsentrasi. Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama.

Tiba-tiba, suara mengeong yang familiar menginterupsi kesunyian malam. Meeeowww!

Galen menoleh ke arah pintu kamar, matanya melebar sejenak. Siapa lagi kalau bukan Bubu, kucing Zee yang sejak beberapa waktu lalu selalu datang entah kenapa jika ia tengah terjaga larut malam. Kucing kecil itu, dengan bulu halusnya yang mengkilap, masuk ke dalam kamar Galen dengan langkah ringan, lalu mulai mengeong-neong seolah ada yang ingin disampaikan.

Galen: "Kamu laper Bu?"

Bubu: "Miaaaww~"

Galen: "Zee mana, kok kamu ga dikasih makan?"

Bubu: "Meoongg~"

Galen: "Hmmm... yaudah sini ikut aku"

Galen melangkah ke kamar Zee, berharap untuk menemukan tempat makanan kucing yang biasanya tersembunyi di sudut ruangan. Namun, begitu pintu kamar terbuka, ia berhenti sejenak. Zee terlihat tertidur di meja belajarnya, posisi tubuhnya terkulai dengan kepala terjatuh di atas tumpukan lembar absen maba. Tangan Zee masih memegang pulpen, seolah-olah ia terhenti di tengah kalimat terakhir yang belum sempat ditulis. Keheningan di ruangan itu terasa begitu kontras dengan kegelisahan Galen yang tadi masih terjaga. Lihat saja, Zee terlelap dalam kelelahan, tanpa sadar telah tertidur begitu dalam di tengah tugas yang belum selesai.

Galen: "Yeuu si kocak keriduran, belom selesai lagi lembar absennya"

Galen menggendong tubuh Zee dengan hati-hati, membawa gadis itu ke tempat tidur. Tubuh Zee yang tertidur dengan tenang membuat Galen merasa sangat lembut, dan ia berhati-hati agar tidak membangunkannya. Ketika menatap wajah Zee yang tertidur lelap, Galen tak bisa menahan diri untuk tersenyum kecil.

"Cantik..." pikirnya, penuh perhatian.

Meskipun Zee tertidur dengan tenang, Galen menyadari bahwa dia hanya mengenakan celana dalam dan tank top hitam. Dengan khawatir, Galen memperhatikan tubuh Zee yang hanya ditutupi sedikit pakaian, merasa bahwa gadis itu pasti akan kedinginan.

Galen kemudian mengambil selimut dengan hati-hati dan menutupi tubuh Zee dengan lembut. Dia memastikan selimut itu menutupi seluruh tubuh Zee, memberikan kehangatan yang dibutuhkan.

Ketika Galen hendak beranjak untuk keluar, langkahnya terhenti. Zee sedikit terbangun, matanya masih setengah terpejam, tampak bingung. Galen segera berhenti dan mendekat dengan lembut, tak ingin mengganggu tidur Zee.

Zee: (dengan suara lembut, penuh keletihan) "Len...?"

Galen: (melihat Zee dengan wajah penuh perhatian) "Kenapa, Zee?"

Zee: (berusaha membuka mata, tampak bingung) "Lu yang pindahin gue?"

Galen: (mengangguk dengan senyum, mencoba menenangkan) "Iya, dah tidur lagi sana. Jangan mikirin yang lain dulu."

Zee: (dengan suara pelan dan lelah) "Tapi lembar absennya belum kelar..."

Galen: (menyentuh lembut tangan Zee, meyakinkan) "Udah, gue aja yang lanjutin. Lu istirahat aja."

Zee: (mata mulai terpejam) "Hoaaahhmm~ thank's ya, Len..."

Galen: (berbicara pelan, hatinya hangat melihat Zee yang mulai rileks) "Iyaa, tenang aja."

Sejenak, Galen duduk di samping tempat tidur Zee, mengusap pelan rambut gadis itu, memastikan dia tertidur lagi dengan nyenyak.

Galen: (sambil tersenyum lembut, berbisik di dekat telinga Zee) "Sweet dreams, Zee."

Housemates!!🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang