[6] chapter

215 41 0
                                    


Seorang gadis yang tengah tertidur itu perlahan pengerjapkan kedua matanya kala cahaya matahari masuk menelisik ke sela sela jendela, ia menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Orang itu Gracia, ia mencari seseorang yang tadi malam tidur bersama dengannya.

"Kemana dia?" Gumamnya bertanya tanya, tanpa berpikir panjang ia pun dengan pelan turun dari brangkar sembari membawa infusan yang menggantung di tiang besi, Gracia terlebih dahulu mengambil baju gantinya di dekat sofa lalu menuju kamar mandi.

Selang beberapa menit, Gracia keluar dari kamar mandi dengan wajah yang nampak lebih fresh juga pakaian yang ia kenakan adalah seragam sekolah, suara seseorang yang ia kenalnya tiba tiba ada di belakangnya membuat Gracia tersentak.

"Darahnya naik, bukan tungguin gue dulu. Emang udah kuat sekolah?"ujarnya  yang tengah bersandar di tembok dengan bersikedap dada.

Gracia mendengus perlahan ia hanya menatap sekilas orang yang berada di belakangnya itu yang sudah siap dengan seragam sekolah nya ia pun memutuskan untuk melanjutkan jalan nya itu.

"Udah kok, lo duluan aja nanti gue naik taxy."jawabnya sembari membenahi pakaian kotornya ke dalam tas kecil dan membereskan bekas tempat tidurnya.

Shani menghentikan pergerakan Gracia dengan cara memegang sebelah pergelangan tangannya yang tengah di Infus membuat Gracia mendengus.

"Apa apaan si! Lepasin gue mau beresin ini dulu." Ujarnya menatap Shani sinis, Shani yang di tatap itu malah menatap nya balik. "Gue bilang diem, darah lo naik."

Suara pintu di ketuk membuat kedua gadis itu menolehkan kepalanya menatap ke arah pintu yang ternyata adalah dokter dan juga seorang perawat membawa nampan dengan nasi juga lauk untuk pasiennya.

"Aduh nona, kenapa darahnya sampe naik gitu?"panik dokter itu menyuruh Gracia untuk duduk di atas brangkas di bantu oleh Shani, sementara perawat itu menaruh nampan itu di atas nakas.

Dokter itu pun dengan telaten dan gesik membuka infusan yang bertengger di tangan pasiennya di bantu dengan perawat yang ia bawa.

"Saya sudah boleh pulang kan dok?" Tanya Gracia dokter perempuan yang berusia sekitar 35 Tahuan lebih.

"Saya coba periksa dulu ya," ijinnya ia menggunakan alat stetoskop untuk memeriksa denyut nadi, setelah melakukan beberapa serangkaian Gracia akhirnya di ijinkan untuk pulang dengan syarat rawat jalan karena kondisinya yang belum stabil.

Dokter itu sebenarnya belum mengizinkan pasiennya untuk pulang namun Gracia memaksanya dengan segala cara yang akhirnya di setujui.

Setelah pemeriksaan dokter dan perawat itu keluar dari ruangan, Shani membantu Gracia membawakan tas juga beberapa barang yang penting.

"Sebelum keluar, lo makan dulu itu yang udah di bawain perawat. Sama minum obatnya biar cepet sembuh." Shani menarik pinggang Gracia setelah ia meletakkan tas nya di atas sofa.

"Lepasin gak!"sentak Gracia saat pinggangnya di peluk dengan tangan berurat milik Shani membuatnya sedikit merasakan getaran yang aneh?.

"Galak banget sih. Lagi Dateng bulan ya?"bisiknya tepat di telinga Gracia membuat sang empu memerah malu.

"Nggak ya! Lepasin ah gue bisa makan sendiri." Usirnya sembari melepaskan tangan Shani yang bertengger di pinggang rampingnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketos: Shani Si Kutub EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang