[5] chapter

393 56 2
                                    

"Ceritain."

Saat ini Feni dan Shani sedang berada di cafe yang tak jauh dari rumah sakit dimana tempat Gracia di rawat.

"gue juga gak terlalu pasti sih, tapi gue pernah denger ortu lo bicara tentang masa kecil lo, sekitar satu tahun yang lalu kalo gak salah."ujar Feni mengingat ngingat.

Shani menatap tajam kearah Feni,"kenapa lo gak pernah bilang hah?!"kalimatnya penuh dengan tekanan.

Feni menatap Shani malas. "heh, yang sibuk setaun kebelakang ini siapa hah? mentang mentang lo udah jadi OSIS gak ada waktu senggang buat main sama gue, makanya gue males bilang sama lo."sinisnya.

Shani mendengus pelan, "ck! tinggal ceritain ribet banget," ia melihat jam yang berada di pergelangan tangannya, "buruan, bentar lagi keburu malem."

"Suka lo sama Gracia?" ia tersenyum miring.

"Gue cabut." Shani yang hendak pergi dari sana pun tidak jadi karena Feni menahan pergelangan tangannya.

"Baperan banget lo setan."ucapnya, "yaudah duduk lagi gue ceritain."

"Jadi gini.."

••

"Ma, gimana sama Shani dia sering kambuh gak sakit kepalanya?" ujar seorang pria yang sudah berumur matang itu menatap datar istrinya.

Seorang gadis dengan rambut yang di kuncir kuda itu segera bersembunyi di balik tembok, saat ia mendengarkan sepasang suami istri yang seperti sedang bertengkar kecil.

Ia mengamati kedua orang itu dengan seksama dan telinganya yang senantiasa mendengarkannya, berusaha untuk tak membunyikan suara karena itu sama saja cari mati.

Wanita paruh baya yang masih terlihat muda itu menatap suaminya dengan khawatir, "kayaknya jarang, tapi mas. hentiin penggunaan obat penghilang sakit kepala itu, kasian Shani nya aku takut kenapa napa, udah lewat juga kan masalahnya? udah 11 tahun yang lalu loh mas."

Pria itu menatap tajam istrinya,"diem kamu! aku gak mau sampe Shani inget masalalunya dimana ia di tembak sampe koma beberapa bulan dan hilang ingatan! inget! aku selalu benci saat kamu minta untuk lupain kejadian itu."

"Tapi mas-"

"Udah lah, kalo kamu masih ngomong tentang keluarga yang bikin anak kita celaka, hanya buang buang waktu. sampai kapanpun aku gak akan pernah memaafkan mereka terutama anak mereka yang bikin Shani hilang ingatan!"tegasnya.

"Mas! jangan terlalu banyak menyimpan dendam! itu bukan salah mereka, kecelakaan itu takdir bukan di sengaja, inget mereka juga banyak jasanya di hidup kita kalau kamu gak inget! Tara anak kita mas kasian dia selama 11 tahun harus minum obat obatan yang kamu kasih! udah cukup ya kamu bikin anak aku menderita!" ujar wanita itu tak kalah tegas menatap tajam sang suami.

"Diam kau! dia Shani, bukan Tara, Tara yang dulu sudah mati! jangan pernah sebut nama itu di hadapan Shani atau kamu sendiri yang menanggung akibatnya!"sentaknya lalu pergi dari sana.

Feni yang mendengar itu syok, ia segera pergi dengan perlahan dari sana untuk menetralkan rasa keterkejutannya.

••

"Jadi gitu."ujar Feni setelah menceritakan apa yang terjadi.

"Tapi Shan, lo masih sering minum obat itu? gak baik lo minum kayak gitu."ujar Feni menatap Shani sedikit khawatir.

Entah apa yang di pikirkan Shani, dia mengepalkan tangannya erat hingga kukunya memutih lalu mengambil obat yang selama ini ia tahu bahwa itu obat vitamin dan melemparkan nya pada Feni.

"Sialan! selama itu gue di bohongin! apa yang sebenernya mereka coba tutupi dari gue!" ia memejamkan kedua matanya.

"Tapi yang pasti, mereka gak mau tau lo dulu pernah celaka dan dulu nama lo Tara bukan Shani. gue juga aneh tau, waktu bokap lo sebelum pergi abis debat sama nyokap ko bilang kayak gini," ia menjeda kalimatnya. "saya gak mau sampe Shani mengenal keluarga Harland! itu hanya membawa mala petaka."

Ketos: Shani Si Kutub EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang