||07||

312 45 4
                                    






Setelah kejadian di lapangan tadi, Jane memilih untuk kembali ke kelas di ikuti oleh Joy dan Rose. Saat ketiganya sampai di kelas, dan duduk pada tempatnya masing-masing, Joy dan Rose sempat saling lirik, melihat Jane hanya diam membuat Rose bersuara.

"Lo, nggak papa kan Jane?"

Jane menatap kearah Rose dengan pandangan bertanya. "Aku? Aku kenapa?"

"Nggak usah pura-pura nggak tau, Jane. Gue tau, lo pasti kepikiran kan soal tadi yang di lapangan, Jisoo lebih milih minuman dari Jennie." ucapnya.

Jane balas tersenyum kecil. "Oh, nggak kok. Aku nggak papa, lagian tadi juga kan Jisoo juga ambil minuman yang aku kasih, dia malah ambil punya aku duluan kan, tadi?"

"Iya sih, tapi kan habis itu apa lo nggak liat?" Rose mendekatkan kursinya pada Jane agar lebih enak bercerita. "Jisoo jelas-jelas langsung gercep buat ngambil minuman dari Jennie yang Wendy ambil tadi, lo nggak curiga?"

"Nggak kok, wajar aja kan? Jisoo pasti haus banget habis main, apalagi cuaca lagi panas banget kaya sekarang, iya kan?"

"Jane, ayolah!" Rose menunjukkan ekspresi gregetnya pada Jane.

"Aku percaya sama mereka."

"Jangan naif banget Jane. Nggak ada yang nggak mungkin, lebih baik lo suruh mereka buat jaga jarak aman sebelum mereka kebablasan." kali ini, Joy bersuara yang mendapat anggukan setuju dari Rose.

"Bener tuh! Gue tuju sama mbak Joyie."

"Aku tetap percaya, sama mereka. Terutama Jennie, saudara Aku." ucapnya, meskipun Jane mulai merasa ragu dengan apa yang baru saja diucapkannya.

Rose dan Joy menatap ke arah Jane dengan tatapan tidak percayanya. Mereka jadi ragu, sebenarnya Jane ini polos atau bodoh? Semua kemungkinan bisa saja terjadi, termasuk dengan kemungkinan bahwa Jennie bisa saja merebut Jisoo darinya.

"Jane-"

Joy memegang lengan milik Rose, menggeleng pelan guna menghentikan Rose. "Biarin aja."

Sementara itu, kini Jisoo dan Jennie tengah berada di rooftop setelah tadi Jennie menunggu Jisoo. Keduanya memilih duduk di atas pembatas rooftop dengan kedua kaki yang di biarkan menjuntai bebas ke bawah.

"Kamu mainnya bagus banget tadi." Jennie beralih menatap Jisoo yang menatap lurus kedepan.

"Makasih."

"Iya." balasnya. "Oh iya, kapan lagi kamu ikut gabung balapan sama temen-temen kamu yang lain?"

"Aku nggak tau, Jane mungkin nggak bakalan bolehin Aku buat ikut." terdengar helaan nafas pelan dari Jisoo.

"Kenapa harus dengan persetujuan Jane?"

"Aku cuma nggak mau dia marah."

Jennie terkekeh pelan mendengar jawaban dari Jisoo. "Oh, ayolah Jisoo. Kalian itu baru pacaran, apa hak dia buat ngelarang kamu ngelakuin hal yang kamu suka?" kali ini berhasil, Jisoo beralih menatap ke arahnya membuat senyum miliknya mengembang sempurna.

"Ini hidup kamu Jisoo, kamu berhak." tangan Jennie terangkat mengusap lembut wajah milik Jisoo. "Lagian, sebelum kenal sama Jane, motor dan balapan itu dunia kamu, kan? Jadi kenapa harus berhenti kalau cuma buat nyenengin orang lain doang?"

"Aku tau, aku cuma nggak mau ribut sama Jane."

Jennie memejamkan matanya pelan, menahan kesal karena Jisoo yang seperti selalu menjaga perasaan dari saudari kembarnya itu.

"Nggak akan Jisoo, aku bisa jamin."

"Tapi-"

"Aku yang bakalan nemenin kamu, dan pastiin kalau Jane nggak bakalan tau kalau cuma itu yang kamu takutin. Percaya sama aku, selama ada aku, kamu pasti bisa ngelakuin hal apapun yang kamu suka." ucapnya, memotong perkataan dari Jisoo.

SKYLANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang