Don't forget to ⭐ and 💬
Semakin banyak kalian meninggalkan jejak, semakin cepat updatenya😋
Happy reading 🌊°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
Seminggu setelah pertemuan Haigan dan Moza yang diketahui oleh Nala. Kini Nala dibuat pusing dengan rengekan Haigan sepanjang hari, anak tampan itu terserang demam. Biasanya Haigan tidak sesulit ini untuk ditenangkan, bahkan cenderung diam memendam rasa sakit di tubuhnya.
Sepertinya kali ini Haigan menunjukkan semua emosi dalam dirinya yang sudah lama terpendam.
"Sayang dengarkan bunda, anak tampan bunda ini mau apa hmm?" tangan Nala tidak pernah berhenti mengelus surai anaknya dan mengompres guna menurunkan panasnya suhu tubuh Haigan sejak satu jam yang lalu.
Haigan hanya merespon dengan gumaman tanpa arti, Nala menghela nafasnya pelan. Terkadang Nala masih bingung mengahadapi situasi tiba-tiba seperti ini, tapi selama empat tahun ini ia belajar banyak tentang cara mengurus diri dan anaknya dengan baik.
Haigan adalah hidupnya, porosnya. Semua akan Nala usahakan untuk jagoan kecilnya, walau terkadang Nala harus merasakan sakit terlebih dahulu.
Seperti rengekan Haigan sekarang yang meminta ingin bertemu orangtua alphanya. Nala lagi-lagi merasakan sakitnya ketika ia belum bisa mengabulkan keinginan Haigan.
Nala merasa dirinya begitu jahat memisahkan anak dari orangtuanya. Empat tahun sudah cukup membuat Nala yakin untuk mencoba memberi tau Moza tentang kehadiran Haigan.
Tapi dirinya masih takut, takut bila hatinya merasakan patah hati lagi untuk kedua kalinya jikalau alpha Moza tidak menginginkan kehadiran Haigan.
Sehancur apa Haigan saat tau jika ibu alphanya tidak mengharapkan kehadirannya? Apakah mental anak yang biasanya terlihat ceria akan baik-baik saja?
Pikiran-pikiran buruk selalu mengisi otak dan hati Nala sejak ia tau dirinya hamil pada saat itu.
Moza tidak bisa untuk berdiam diri lebih lama, setelah berperang batin dirinya pergi menuju Gultafuri. Siapa lagi yang Moza cari kalau bukan anak laki-laki tangguh itu?
Moza akan memastikan apakah firasatnya benar bahwa Haigan merupakan anaknya. Jika memang dugaannya benar, Moza akan membawa anaknya ke kediaman pemimpin Jiriyah ini.
Beberapa jam sudah Moza tempuh untuk sampai ke depan rumah sederhana milik omega yang ia curigai pernah tidur dengannya.
Sekarang alpha dewasa itu sudah berdiri tepat di depan pintu masuk rumah, bertepatan dengan pintu rumah yang terbuka. Dua pasang mata yang sudah lama tidak saling bersinggungan kini kembali bertemu setelah 4 tahun lamanya.
Tidak hanya Nala yang terkejut tetapi Moza juga sama terkejutnya. Kenapa Nala ada di rumah Haigan? Batin Moza.
"M-moza?" suara Nala tampak terbata saat menyebut nama alpha di depannya. Sudah sangat lama Nala tidak melihat rupa menawan alpha yang ia cintai, kecantikan serta ketampanan Moza tidak memudar sama sekali. Bahkan alpha itu tampak lebih dewasa dan matang.
Tak terasa sebulir air mata menetes dari kedua pelupuk mata indah Nala. Moza tampak tercekat, melihat Nala menangis sesuatu di dalam dirinya meraung sedih.
"Sudah lama aku tidak melihatmu, bagaimana kabarmu?" pertanyaan sederhana namun mengandung sejuta makna meluncur begitu saja dari belah bibir Moza.
"A-aku baik-baik saja, b-bagaimana denganmu?" Nala berusaha menjawab dengan nada yang tidak bergetar, dirinya memohon pada Tuhan agar ia bisa mengendalikan tubuh dan jiwanya yang sedang terguncang saat ini.
"Baik, sangat baik." jawab Moza tenang. Matanya berusaha melirik kedalam rumah itu, ia tak menemukan keberadaan Haigan ataupun mama anak itu.
Nala hanya dapat menganggukan kepalanya kaku, sebisa mungkin ia tersenyum ramah.
"Nala!! Suhu tubuh Haigan meningkat lagi!!" teriakan Renka memutus suasana canggung diantara mereka.
Nala dengan panik berlari kedalam menuju kamar Haigan diikuti oleh Moza dari belakang.
Kening Moza mengerut melihat kondisi Haigan yang tidak menyenangkan hatinya, Haigan tampak bergerak gelisah dalam tidurnya. Tak lupa dengan keringat dingin yang terus keluar dari tubuh kecil itu.
Saat dirasa Nala dan Renka tidak bisa menangani Haigan, Moza mendekat secara naluriah ke arah Haigan terbaring. Tangannya terulur ke dahi Haigan, Moza mencoba menyalurkan energi dan feromone-nya ke dalam tubuh Haigan.
Moza tidak yakin, namun ia berusaha abai jika nantinya tubuh Haigan tidak bisa menerima energinya masuk. Namun beberapa menit terlewati dan Haigan tidak menunjukkan reaksi penolakan, bahkan rona wajahnya perlahan membaik serta suhu panas di tubuhnya menurun.
Nala hanya bisa menatap dalam diam, melihat Moza merawat anak mereka tanpa disadari oleh alpha itu. Sedangkan Renka menatap bingung, ia tau jika tidak semua energi dan feromone cocok untuk disalurkan ke yang bukan sedarah.
Moza menyudahi semuanya saat melihat Haigan membaik, kemudian ia melihat ke arah Nala dan Renka yang juga menatapnya. Seakan tau jika mereka pun memikirkan hal yang sama dengannya.
"Aku kesini memiliki tujuan untuk berbicara secara pribadi denganmu Renka." ucapan Moza membuat Nala menatap penuh tanya ke arah Renka, dan Renka merespon dengan gelengan tanda tak tau ke arah Nala.
Moza tau siapa nama mama dari Haigan karena saat mencari tanaman penawar racun Renka sempat memperkenalkan diri.
"Ikuti aku." Renka memimpin jalan menuju ruangan pribadi agar pembicaraan mereka tidak menembus keluar.
Langsung saja Moza menanyakan pertanyaan yang membuat jantung Renka seakan lepas dari tempatnya saat mereka sudah berada di satu ruangan.
"Apa kita pernah tidur bersama?" Renka tentu terkejut mendapat pertanyaan yang seperti tudingan itu.
"Apa maksudmu? Tentu saja tidak alpha Moza." mendengar jawaban lugas dari Renka yang sangat terlihat meyakinkan membuat Moza kembali ragu jika Haigan adalah anak kandungnya.
"Lalu siapa orang tua alpha Haigan?" mata Moza menatap serius ke arah mata Renka, Renka dibuat gelagapan untuk menjawab pertanyaan alpha Moza.
"Kurasa alpha Moza tidak perlu tau dan apa hubungannya denganmu sehingga kau datang jauh-jauh kemari hanya sekedar menanyakan asal usul Haigan?" Renka perlu menindak tegas alpha yang pernah dirinya tolong.
"Aku hanya ingin memastikan sesuatu, ternyata dugaanku salah. Terimakasih atas kerjasama-mu." Moza berjalan keluar meninggalkan ruangan itu dan berniat pulang ke Jiriyah.
Saat dirinya keluar ruangan, Moza disambut dengan tatapan Nala yang sangat intens. Tapi Moza masih bisa melihat kegugupan di mata jernih itu, apakah Nala ingin menyampaikan sesuatu?
"Apa kau ada waktu? Aku ingin menyampaikan sesuatu. Menginaplah, waktu sudah terlalu larut untuk kau pulang." tawar Nala dengan gugup, beberapa detik Moza berpikir lalu merespon dengan anggukan kepala.
Entah apa yang merasuki Moza, ia cukup penasaran dengan apa yang akan Nala bicarakan. Tawaran menginap itu sedikit membuat Moza tertawa dalam hati, sejak kapan ia memikirkan waktu untuk pergi kemana saja?
Nala tidak menyangka Moza akan mengiyakan tawarannya dengan mudah, waktunya ia menyiapkan keteguhan hati untuk memberi tau fakta apa yang ia sembunyikan sejak empat tahun lalu.
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
Kira-kira apa yang akan terjadi nanti?
_RIUSGURL_

KAMU SEDANG MEMBACA
Female Alpha Dominan [END]
RomanceApa jadinya jika male omega tertarik dengan female alpha dominan? Kejadian tak senonoh yang terjadi sewaktu kecil membuat mereka seakan terikat benang merah tak kasat mata. Nala tidak pernah merasa setertarik ini dengan female alpha di sepanjang hid...