Pagi hari ini Lavanya sudah berkeliling sekolah untuk mencari pria yang waktu itu menolongnya di cafe. Dia ingin mengembalikan jaketnya, Lavanya tau orangnya tapi tidak tau nama dan kelas nya jadi dia bingung.
Sampai akhirnya bel pertanda jam pertama akan dimulai berbunyi, Lavanya memutuskan untuk mencarinya lagi nanti saat jam istirahat.
Lavanya duduk di tempatnya dan tak lama gurupun datang, memulai jam pertama dengan tenang.
Kelas mulai terdengar ricuh saat sang guru mengumumkan tanggal camping nanti. Kelas semakin ricuh karena bertepatan pula dengan bel istirahat berbunyi, guru mempersilahkan para murid untuk istirahat.
Lavanya langsung bergegas pergi sambil membawa Tote bag berisi jaket, dia bahkan meninggalkan teman temannya.
Saat tiba di kantin Lavanya langsung mengedarkan pandangannya ke segala arah untuk menemukan pria yang entah siapa namanya itu.
Tapi sayang dia tidak menemukan nya, Lavanya pergi membeli beberapa camilan dan minuman, lalu dia masukkan ke dalam Tote bag yang dia bawa tadi.
Dia tidak akan menyerah begitu saja, Lavanya lanjut mencari ke perpustakaan, tapi saat melewati lapangan dia melihat pria itu.
Lavanya bergegas menghampiri dan menunggu di tepi lapangan, pria yang sedang bermain sepak bola itu melihat ke arah Lavanya dan langsung menghampirinya karena Lavanya melambaikan tangannya.
"Lavanya ya?" ucap pria itu.
"Iya kak, ini mm.... Aku mau balikin jaket kakak yang waktu itu, makasih ya" ujar Lavanya sedikit gugup, pasalnya pria itu menatap nya dengan dalam.
"Ohh iya, santai aja kali" pria itu lantas mengambil Tote bag yang di sodorkan Lavanya.
"Oh iya nama kakak siapa?," tanyanya, sebenarnya dia sedikit ragu untuk menanyakan hal itu.
"Hmm....kita belum sempat kenalan ya waktu itu?, padahal udah beberapa kali ketemu ya" ujar pria itu, "Garvi Alsaki" lanjutnya berucap.
"Ok kak Garvi, aku Lavanya" ucapnya memperkenalkan diri juga.
"Udah tau," ucapnya sambil mengusak kepala Lavanya gemas.
"Loh tau dari mana?" tanya Lavanya heran.
"Adalah, udah mending kita ke kantin aja yuk" ajaknya untuk mengalihkan pembicaraan.
"Ehh" kaget Lavanya karena di tarik pergi dari lapangan menuju kantin, dan banyak para siswa-siswi yang melihat hal itu sepanjang jalan.
"Kak Garvi ihh lepas" keluh nya.
"Kenapa?"
"Ga enak, banyak yang liatin" jawab Lavanya, sebenarnya dia risih dengan beberapa tatapan yang dilayangkan kearahnya oleh beberapa kakel perempuan.
"Risih?" tanya Garvi lembut dan diangguki oleh Lavanya, Garvi lantas melepaskan genggamannya dan berjalan lebih dulu dengan diikuti Lavanya dibelakangnya.
Sesampainya di kantin, Garvi langsung menghampiri stan penjual siomay, "mau gak?" tanya Garvi .
"Gak ... kak Garvi aja, masih kenyang aku mah" jawabnya.
"Emang udah makan?" lanjutnya bertanya.
"Tadi pagi sih, tapi masih kenyang"
"Ok kalo gitu" ujar Garvi, setelah mendapatkan pesanannya dia duduk di meja pojok yang kosong.
"Kenapa ngajak aku buat ke kantin?" tanya Lavanya heran dan dia baru sadar kenapa dia menurut pada ajakan pria di depannya ini.
"Kenapa gak boleh?," bukannya jawaban yang di dapat Lavanya malah pertanyaan balik dari lawan bicara.
"Gapapa sih, cuman ya heran aja kan kita baru kenal" ucap Lavanya sambil memainkan jam tangan yang dia pakai.
"Kata siapa baru kenal, aku mah udah tau lama kali" ucapnya dengan nada yang menurut Lavanya itu adalah mengejek.
"Udahlah, makan aja tuh siomay. Bentar lagi masuk" ujar Lavanya yang sedikit kesal.
Garvi tidak menjawab lagi dan lanjut makan, dia tidak ingin membuat gadis di depannya ini merajuk dan kesal kepadanya, bisa bahaya nanti.
.
.
.
.Di kelas Lavanya saat ini sedang jamkos jadi sangat berisik tak karuan, Lavanya hanya diam melamun di saat teman teman yang lainnya sedang berkumpul dan bergosip.
Arsha menghampiri meja Lavanya dan duduk di sebelah, kebetulan teman sebangku Lavanya sedang berkumpul dengan yang lainnya.
"Ai kamu tadi pas istirahat ka mana?" tanya Arsha, bisa Lavanya tebak bahwa saat ini Arsha kesal kepadanya.
"Balikin jaket punya nya kak Garvi" jawab Lavanya malas.
"Garvi Saha ai kamu" tanya lagi.
"Yang waktu itu nolongin aku pas aku hampir jatuh terus pas di kedai jus tea ning" jelasnya.
"Ohh... Naha ni lama atuh, aku nungguin di warung belakang sampe ka kesel na, yaudah we aku teh balik ke kelas lagi aja" ujar Arsha kesal.
"Maaf atuh... Tadi teh yaa aku nyari dia dulu terus pas udah ketemu dianya ngajak ke kantin, minta ditemenin makan dianya, jadi lama" ujar Lavanya menjelaskan, "aku ge karek tau nama na" lanjutnya.
"Ohhh pasti nu tadi di gosipkeun ku kakel teh kamu deh kayanya" celetuk Arsha dengan mimik wajah yang langsung berubah, dari kesal menjadi sedikit datar.
"Apa gitu?" tanya Lavanya penasaran.
"Nih yaa mereka bilang gini ,'gatel banget sih sama si Garvi' terus ada juga yang bilang gini 'dih berani banget nih dekkel' gitu yang aku dengar mah" ujar Arsha dan tidak tertinggal pula mimik wajah yang meniru para penggosip itu.
"Hah...udahlah biarin aja, lagipun mereka gak tau yang sebenarnya" ucap Lavanya.
Ya Lavanya sudah menduga ini akan terjadi, secara yang dia tau Garvi itu cukup ah bukan, tapi sangat terkenal di sekolah, karena dia tampan dan cukup pintar juga.
Sebenarnya Garvi itu adalah murid pindahan dari China waktu dia kelas sepuluh, dia itu keturunan Sunda–China, Ayahnya dipindah kerjakan ke Bandung, jadi otomatis Garvi juga ikut pindah.
Ayah Garvi asli Bandung, dan ibu Garvi yang berasal dari negeri tirai bambu, Garvi sendiri lahir dan tumbuh di Bandung tapi sekitar umur 6 tahun Garvi pindah dan tinggal di China, dan sekarang kembali lagi ke tempat di mana dia lahir.
Happy new year.......
Semoga tahun ini lebih baik dari sebelumnya, dan segala keinginan dan harapan bisa terkabul di tahun ini. Ayo hidup lebih baik lagi :)
See you again.....
Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka
Teen FictionLavanya Anasera Apriliani atau lebih akrab di panggil Vanya. Si anak tengah yang keras kepala tapi cengeng ini harus berurusan dengan ketua pramuka di sekolahnya. Mavendra Aziz Naradhipta, si ketua pramuka yang terlihat dingin dan cuek. Memiliki ju...