"Woyy bang!"
Suara itu mengagetkan seorang remaja yang sedang melamun di balkon kamarnya.
"Ck. apa?!" Tanya remaja itu dengan raut kesal. Dia Zayyan.
"Ngelamun aja lo, lagi mikirin apa si?" Tanya Sean.
Zayyan tidak menjawab, ia kembali melihat kearah luar, tepatnya kearah rumah yang baru selesai di bangun beberapa hari yang lalu.
"Rumah itu udah ada yang nempatin?" Sean mengikuti arah pandang Zayyan, ia melihat jendela kamar itu yang masih kosong.
"Belom kayaknya," jawab Zayyan.
Sean hanya mengangguk-anggukan kepala nya, dengan mulut yang berbentuk bulat sempurna.
"Temenin gue jalan-jalan yok bangg, bosen banget di rumah terus." Ajak Sean sembari menarik tangan Zayyan.
Mereka memang tidak kemana-mana semenjak libur sekolah setelah pembagian raport semester akhir. Mereka akan masuk sekolah beberapa hari lagi, dan dengan kelas yang baru tentunya.
"Mau kemana?" Tanya Zayyan, menaikkan sebelah alisnya.
"Ke taman yok bang, pasti banyak anak kecil." Seru Sean, dengan wajah yang berseri-seri. Sean memang sangat menyukai anak kecil.
"Bentar, gue ganti baju." Ujar Zayyan lalu pergi dari hadapan Sean tanpa menunggu jawaban dari remaja itu.
*****
Semilir angin menyapa permukaan kulit kedua remaja laki-laki yang sedang duduk di bangku taman. Mereka sangat menikmati cuaca sore ini di taman yang menjadi tempat bermain anak-anak.
Suara gelak tawa dari anak-anak membuat remaja itu terenyuh. Sungguh, ia sangat merindukan masa-masa itu.
"Bang, gua mau ke sana dulu." Ujar Sean menunjuk ke arah seorang anak perempuan yang sedang duduk sendiri. Tanpa menunggu jawaban dari Zayyan, Sean berjalan menghampiri anak perempuan itu.
Zayyan memperhatikan setiap pergerakan yang Sean lakukan. Dari mulai mengajak anak kecil itu berbicara, sampai ia mengajaknya bercanda.
Beberapa saat kemudian, Sean berhasil mengajak anak kecil itu untuk menghampiri tempat duduknya tadi.
"Woy bang! Ajak anak kecil ini dulu ya, gua mau beli es krim." Ujar Sean.
"Dia sendirian?" Zayyan memperhatikan anak perempuan itu dengan seksama.
"Ngga, katanya Kaka nya lagi beli kue. Mungkin sebentar lagi kesini." Sean berucap dengan beberapa kali melirik kearah anak perempuan itu, dan anak itu tertawa tidak jelas hanya dengan melihat wajah Sean.
"Oh, yaudah sana," jawab Zayyan dengan tangan yang ia kibaskan gerakan mengusir.
"Lea mau rasa apa es krim nya?" Tanya Sean dengan lembut.
"Coklat!!" Ujar anak perempuan itu dengan semangat yang menggebu.
"Lo mau nitip ga bang?!" Ujar Sean.
"Coklat."
Setelah mendengar jawaban dari Zayyan, Sean berjalan dengan setengah berlari menghampiri kedai es krim yang tak jauh dari taman.
Zayyan menatap lembut kearah anak kecil itu, dan anak itu juga menatapnya dengan tatapan yang polos.
"Nama kamu siapa?" Tanya Zayyan.
"Nama aku Alea, biasanya orang manggil aku Ale, tap bang Sean malah manggil aku Lea." Cerocos anak itu panjang lebar.
Zayyan tersenyum mendengar celotehan Alea.
"Nama Abang siapa?"
Belum sempat ia menjawab pertanyaan dari Alea, Zayyan di kagetkan dengan kehadiran seorang gadis yang sudah berdiri di depan mereka dengan berkacak pinggang.
Tangan gadis itu bergerak-gerak, seperti sedang berbicara bahasa isyarat, dengan raut marah.
Alea yang sedang di marahi hanya menundukkan kepala nya.
Gadis itu beralih menatap kearah Zayyan yang sedari tadi memperhatikannya.
Tangan gadis itu kembali bergerak, sepeti mengatakan
"Kamu siapa? Kamu kok bisa bersama Alea?"
Zayyan mengernyitkan dahinya karena tidak mengerti apa yang di maksud gadis itu, ia menatap Alea dengan raut wajah bertanya.
Alea yang peka akan kebingungan yang tertera di wajah Zayyan, berujar "Kata kak aca, kamu siapa? Kamu kok bisa sama Ale, gitu."
Zayyan mengangguk-anggukkan kepalanya, "gue Zayyan, tadi adek Lo di ajak kesini sama adek gue karena sendirian."
Gadis itu mengangguk mengerti, ia lalu menggandeng tangan mungil Alea.
Gadis itu kembali menggerakkan kedua tangannya, dengan badan yang sedikit membungkuk. Alis Zayyan tertaut, bingung dengan apa yang di maksud gadis itu.
"Ale pulang dulu abangg!!" Ujar Alea dengan menampilkan deretan gigi rapihnya, sembari melambaikan tangannya kearah Zayyan.
Zayyan tersenyum menatap punggung kedua gadis itu yang semakin mengecil di pandangannya, dan tubuh itu menghilang di balik pohon besar yang ada di taman.
Sean berlari kecil dari seberang jalan, ia melihat kesana kemari untuk mancari keberadaan gadis kecil itu.
"Bang! Lea mana?!" Tanya Sean pada Zayyan.
"Pulang lah," jawab Zayyan.
"Lah sama siapa?"
"Di jemput sama kakaknya,"
"Terus ini es krim nya buat siapa?!"
"Buat gue aja," jawab Zayyan dengan enteng mengambil dua es krim yang berada di tangan Sean.
*****
See u next chapter~~~
Guyss bab 2 dan 3 ada sedikitt revisi yaaaa,
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Tertulis
Ficção GeralFOLLOW DULU SEBELUM BACA❗❗ Dulunya, dua orang Kaka beradik saling menumpu satu sama lain. Dulunya, mereka saling menguatkan satu sama lain. Tetapi, itu dulu. Semenjak penculikan itu mereka terpisah. Tidak ada lagi kaka beradik yang selalu bersama...