05: siapa dia?

87 16 10
                                    

Hallo semuanya!

Masih ada yang nungguin cerita ini nggak yaa?

Maaf banget baru update, soalnya kemarin-kemarin akun nya bermasalah

Happy reading❗💚

Hembusan angin menerpa wajah seorang remaja laki-laki yang kini berada di rooftop sekolah, ia adalah Lexan.

Pagi ini ia memutuskan untuk tidak masuk kelas, karena suasana hatinya masih kurang bagus. Lagipula hari ini pasti tidak akan belajar, karena para guru sibuk mengurusi kegiatan MPLS.

Ia duduk di atas bangku yang sudah tidak layak untuk di pakai, Lexan menatap lurus kedepan. Kilatan memori masalalu nya mampu membuat hatinya meringis, seperti membuka lembaran lama yang telah usang.

Sedari kecil, orang tua nya sudah memperlakukannya berbeda dengan Sean. Lexan tidak mengerti kesalahan apa yang ia perbuat sampai-sampai ia harus mendapatkan perlakuan berbeda.

*Flashback on

Lexan yang saat itu berusia empat tahun bermain di bawah pohon besar, dan Sean selalu mengikuti nya kemana pun ia pergi.

Lexan bermain mobil-mobilan sedangkan Sean bermain dengan anak kucing jalanan, sesekali berlari untuk mengejar anak kucing itu.

"Aaaa kucing jangan lali-lali ishh, susah tau ngejal nya!" Sean kecil terus mengoceh saat ia tak dapat mengejar anak kucing itu, ia berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya.

"Sean jangan lari-lari, nanti jatuh, terus bunda marah." Ujar Lexan, pandanganya masih terfokus pada mainannya.

Sean tak menghiraukan itu, ia lanjut mengejar anak kucing yang larinya semakin gesit. Karena terlalu bersemangat, ia sampai tak sadar kalau di depannya ada akar pohon yang menghalangi jalannya.

Sean pun tersandung akar pohon itu dan terjatuh.

"Aduh, Abang sakit hiks.." Sean menangis karena merasakan perih di lututnya. Dengan Segera Lexan menghampiri adiknya yang masih terlungkup di atas tanah.

"Ayo bangun, kita pulang." Ujar Lexan memapah tubuh Sean. Sedari kecil Lexan bukan tipe anak yang cerewet.

Dua anak kecil itu sampai di rumah, dan di sambut oleh teriakan histeris dari Jesika saat melihat lutut Sean yang mengeluarkan darah.

"Astaga! Sean kamu kenapa berdarah?" Tanya Bunda dengan raut panik di wajahnya. Ia mengambil alih Sean dari Lexan, dan menggendong nya menuju sofa.

Seorang pria keluar dari ruangan kerjanya saat mendengar suara histeris istrinya.

"Ada apa?!" Tanya pria itu dengan raut paniknya.

"Lutut Sean berdarah, tadi dia main sama Lexan." Ujar Bunda.

Lexan menunduk, ia sudah tau apa yang terjadi selanjutnya, pasti ia yang akan di salahkan.

Pria itu berlutut, untuk menyamakan tinggi nya dengan Lexan.

"Kenapa bisa adikmu terluka?"

"Tadi Sean lari-lari, terus jatuh." Jawab Lexan.

"Kenapa kamu tidak menjaga dia? Kamu Abang nya seharusnya kamu menjaga dia!" Sentak Zeki dengan urat leher yang menonjol. Sean yang sedang di obati Bunda hanya bisa menatap kejadian itu, ia tidak bisa menolong Abang nya karena ia sendiri pun takut kepada ayahnya.

Takdir Yang TertulisWhere stories live. Discover now