02. Penyuka hujan

88 14 3
                                    

Awan hitam bergerombol, menutupi cahaya matahari. Tetes demi tetes air hujan turun membasahi bumi. Di tengah jutaan tetes air hujan, seorang remaja laki-laki sengaja membasahi tubuhnya oleh air hujan.

Kepala nya menengadah, membiarkan tetesan hujan membasahi wajah tampan nya. Ia menikmati dinginnya air hujan ketika menyentuh kulit nya.

Lelaki itu menyukai hujan, tetapi tidak dengan petir nya.

Luas nya lapangan hanya diisi dengan remaja lelaki itu, tak ada seorang pun selain dia.

Remaja itu, Zayyan.

Zayyan kini sudah beranjak dewasa di kediaman keluarga Jazziel, ia di besarkan dengan penuh cinta oleh kedua orang tua asuhnya.

Tetapi, meskipun ia sudah hidup enak, pikiran nya tetap tertuju pada adik nya. Ia masih tidak bisa lepas dari ingatan tentang adiknya. Memori 9 tahun silam, membuatnya merasa sangat bersalah.

Mengapa takdir begitu kejam pada kedua adik kakak itu? Apakah takdir menyuruh mereka untuk tetap kuat, meskipun tanpa saling merangkul?

"ARGHHH"

Zayyan berteriak, melampiaskan sesak di dadanya. Sudah ia tahan sedari dulu, tetapi semakin ia tahan rasa rindu ini semakin membuncah.

Bahkan ia tidak tau adiknya masih hidup atau tidak. Tetapi, ia selalu berdoa pada Tuhan untuk selalu melindungi adiknya, di manapun dia berada.

Zayyan menangis di tengah hujan, membiarkan hujan menyamarkan air matanya.

Namun tiba-tiba, air hujan sudah tidak mengenai tubuhnya. Ia melihat ke atas apakah hujan nya memang sudah berhenti?

Yang ia lihat justru payung kuning yang di pegang oleh seseorang. Zayyan melihat orang itu,

"Ngapain Lo masih di sini?" Tanya orang itu dengan suara yang samar, karna suara hujan.

Dia adalah, Seandra jazziel. Anak kandung dari bunda Jesika dan ayah Zeki.

"Pulang, bunda nyariin." Ujar Sean.

Sean mengulurkan tangannya, untuk membantu Zayyan berdiri. Meskipun mereka dari rahim yang berbeda, tetapi mereka saling menyayangi layaknya saudara kandung.

"Bang," panggil Sean Karna uluran tangannya tidak di tanggapi, Zayyan hanya memandangi uluran tangan itu.

"Ayo bang cepat, bang Lex udah nunggu di dalam mobil." Ujar Sean.

Zayyan dan Sean, hanya selisih satu tahun. Tetapi Sean tetap memanggilnya abang.

Zayyan lalu menerima uluran tangan itu, dan bangkit dari duduknya. Matanya merah, dengan kulit pucat akibat kedinginan.

Mereka berdua jalan beriringan menuju mobil yang berhenti di pinggir jalan.

Mereka masuk ke dalam mobil berwarna hitam, yang di kendarai oleh Lexan. Sean dan Zayyan duduk di bangku belakang, sementara Lexan duduk di kursi pengemudi.

Sean dan Lexan memang saudara kandung, tetapi tidak bisa di pungkiri bahwa Sean lebih dekat dengan Zayyan.

"Lo kenapa basah-basahan, Jay?" Tanya Lexan.

"Gua suka hujan," jawab Zayyan.

"Tapi kalo terlalu lama bisa bikin Lo sakit," ujar Lexan. Ia menatap lurus ke depan.

Tidak ada jawaban apa-apa dari Zayyan, ia hanya melihat kearah luar jendela mobil. Melihat dengan jelas tetesan air hujan yang membasahi jalanan.

"Lo kangen Leo lagi?" Tanya Lexan tepat sasaran. Lexan ini memang sangat peka.

Zayyan terkejut, dan menatap Lex lewat kaca spion mobil. Tatapan mereka bertemu.

"Sabar Jay, kita lagi berusaha buat dapatin informasi tentang dia. Ayah juga udah bayar beberapa orang kepercayaan nya, tapi tetap aja belum ketemu." Ujar Lexan.

"Foto terakhir Leo juga kan waktu dia umur lima tahun, jelas jauh berbeda dengan dia yang sekarang." Sambung Lexan.

"Tapi masih ada kesempatan kan, untuk gue bisa ketemu dia lagi?" Tanya Zayyan dengan penuh harap.

"Masih, berdoa aja pada tuhan. Karna tuhan ga pernah tidur."

Sean hanya menyimak obrolan kedua kakaknya itu, ia tidak tahu harus berbicara apa.

****

Mobil yang di kendarai Lexan sudah sampai di kediaman keluarga Jazziel.

Mereka bertiga keluar dari dalam mobil dengan berbarengan. Mereka berjalan ke depan pintu rumah mewah itu.

Zayyan menggosokkan kedua telapak tangannya untuk menciptakan rasa hangat.

Lexan membuka pintu rumah mewah itu dan di sambut oleh wanita yang sedang duduk di sofa.

Wanita itu menghampiri mereka bertiga dengan raut wajah khawatir.

"Zayyan, kamu baik-baik aja?" Tanya wanita itu dengan wajah cemasnya.

"Aku baik-baik aja, bunda." Jawab Zayyan.

"Kulit kamu pucat, cepat mandi air hangat, bunda akan membuatkan bubur ayam untuk mu." Ujar bunda nya, masih dengan wajah cemasnya.

Lexan yang melihat perlakuan bunda nya kepada Zayyan merasa sedikit iri, karena jika ia sakit sekalipun bunda nya itu tidak akan pernah peduli.

Lexan pergi meninggalkan ibu dan anak itu, sementara Sean mengganti pakaiannya yang basah.

Zayyan menuruti perintah bunda nya, dengan segera ia pergi ke kamar untuk mandi.

Sementara wanita yang di sebut bunda, pergi ke dapur untuk membuatkan bubur.

Di sisi lain, Lexan menjatuhkan tubuh nya dengan kasar di atas tempat tidur.

Ia memejamkan matanya untuk melupakan adegan tadi, yang membuatnya merasa sangat iri kepada Zayyan.

Bagaimana pun ia tidak boleh membenci Zayyan, apalagi bunda nya. Maka dari itu ia mencoba melupakan semua perlakuan bunda kepadanya.

****

Di negara yang berbeda, tepatnya di inggris.

Seorang remaja laki-laki duduk di dalam ruangan yang tamaram. Tatapan matanya tajam, dengan kulit putih pucat.

Ia menatap kosong ke depan, menetap pada kesendirian dan berteman pada kesunyian.

Remaja berusia lima belas tahun itu mencoba untuk menerima takdir nya, memberi ruang untuk dirinya sendiri untuk terbiasa pada garis takdir.

Remaja lelaki itu, Leonard chevalerd.

Ia kini sudah berusia lima belas tahun. Ia tumbuh di dalam penjara yang menyiksanya. Rumah itu ia anggap sebagai penjara, karena sangat menyeramkan dan menakutkan.

Tok..tok..tok

Pintu ruangan itu di ketuk oleh seseorang dari luar. Leon bangkit dari duduknya untuk membukakan pintu itu.

Leon melihat orang yang mengetuk pintu itu tadi, dan ternyata itu adalah wanita yang ia panggil ibu.

"Leon, beberapa bulan lagi kamu akan kelulusan sekolah menengah pertama. Dan setelah kelulusan kamu akan saya terbangkan ke indonesia, untuk melanjutkan sekolah mu. Karena di sini sudah tidak aman untukmu." Ujar wanita itu panjang lebar.

"Aku akan tinggal sendiri di indonesia?" Tanya Leon.

"Iya, tetapi tenang saja saya akan mengirimkan mu uang setiap bulannya." Ujar wanita itu.

"Yasudah, jika itu yang terbaik." Ujar Leon.

Wanita itu lalu pergi dari hadapan Leon, dengan langkah anggun nya.

Huftt

Suara helaan nafas terdengar, sepertinya remaja itu sudah lelah dengan permainan semesta.

****

To be continued..

Thank you for reading guyss

Jangan lupaa vote and komen di setiap paragraf yaa hehe

See you all💚

Takdir Yang TertulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang