04. tahun ajaran baru

33 7 3
                                    

Matahari merunduk dari balik cakrawala, memancarkan sinarnya untuk membantu aktivitas makhluk di bumi.

Di dapur, seorang wanita tengah sibuk dengan peralatan memasaknya. Ia memasak nasi goreng untuk menu sarapan pagi ini.

"ZAYYAN! LEXAN! SEANN CEPAT TURUN SARAPAN NYA SUDAH SIAP!!" Teriak wanita itu.

Suara grasak-grusuk dari anak tangga membuat wanita itu menghela nafas, jengah dengan kelakuan ketiga putranya.

"Pagi bunda," Sapa Zayyan dengan senyuman yang terpatri di wajahnya.

"PAGI BUNDAA!!" Teriakan Sean yang sangat memekakkan telinga membuat zayyan menutup telinganya dengan kedua tangan.

"Berisik Lo!" Ujar Lexan melirik Sean dengan tatapan sinisnya.

"Selamat pagi bunda," Lexan juga ikut menyapa bunda nya.

"Pagi juga anak-anak bunda," Bunda Jesika berbalik badan untuk menyambut pagi ketiga putranya itu dengan senyuman yang tulus.

Ia tersenyum melihat tumbuh kembang putranya, waktu terasa begitu cepat, hingga tak terasa ketiga putranya itu sudah beranjak dewasa dengan penuh cinta dari nya.

"Hari ini kalian sudah mulai masuk sekolah lagi, pokoknya di tahun ajaran baru ini bunda gamau denger kalian bolos-bolos lagi. Apalagi untuk Lexan, karena kamu udah kelas dua belas. Sean juga! Awas aja kalo kamu bolos lagi!"

Ujar bunda Jesika panjang lebar, ia menyendok kan nasi goreng ke atas piring yang berada di hadapan masing-masing remaja itu.

"Untuk bang Zayyan, bunda ngga menuntut kamu untuk terus-terusan mendapatkan peringkat satu, kalo kamu capek belajar, kamu istirahat ya jangan memaksakan."

"Iya bunda," jawab Zayyan. Ya, Zayyan adalah siswa berprestasi di sekolahnya, ia selalu mengikuti beberapa olimpiade, dan ia selalu masuk tiga besar.

"Bun ini nasi goreng udang?" Tanya Sean memperhatikan piring nya.

"Iya, kesukaan kamu kan?"

Sean mengangguk dengan kaku, "tapi bun, bang Lexan ga bisa makan seafood"

"Oh, iya kah?" Tanya bunda dengan raut kaget. Zayyan dan Sean mengangguk dengan kompak, sementara Lexan melihat makanan itu tanpa selera.

"Makan aja bang, gaakan mati juga kalo makan udang." Ujar bunda Jesika.

Alis Sean berkerut. Apakah bunda lupa kejadian beberapa tahun yang lalu, saat Lexan memakan udang saus tiram, dan saat itu Lexan nyaris kehilangan nyawanya karena sesak di dadanya.

Lexan ingin menuruti perintah bunda nya, ia mengambil sendok yang berada di atas piring itu dan ingin menyuapi ke mulut nya.

Sendok itu terlepas dari genggaman Lexan saat tangan Sean menghempas sendok yang sedang ia pegang, dan berakhir nasi yang berada di sendok itu berceceran di lantai.

"Lo mau mati?!" Tanya Sean dengan raut marah, mukanya memerah.

"Sean! Kamu apa-apaan hah?!" Bentak bunda berdiri dari duduknya.

"Bunda mau bunuh bang Lexan?! Dia bisa mati kalo makan makanan laut, bun!" Sean berujar dengan intonasi tinggi.

"Sean, udah." Ujar Lexan melerai ibu dan anak yang sedang penuh dengan amarah.

"Ayo bang, pergi." Ajak Sean kepada Zayyan yang sedari tadi menyimak.
Zayyan hanya mengikuti Sean, karena ia tidak tahu harus berbuat apa pada saat-saat seperti ini.

Di ruangan itu hanya tersisa Lexan dan bunda Jesika.

"Ini semua gara-gara kamu!" Ujar bunda lalu pergi menaiki anak tangga.

Lexan mengusap wajahnya kasar, lagi-lagi ia yang di salahkan.

*****

Halaman sekolah ramai dengan para murid yang akan menjalankan kegiatan MPLS di hari pertama.

Zayyan memperhatikan dari lantai dua, tepatnya dari depan kelas XII-IPA•1. Di sana ada beberapa siswi yang sedang mengobrol dengan asik, ada juga siswi yang tengah sendirian, melihat kesana-kemari entah sedang mencari apa.

Ia menuruni anak tangga untuk pergi menuju kantin, ia ke kantin untuk mengisi perutnya yang kosong karena tadi ia tak sempat sarapan.

Karena sudah tidak sabar, akhirnya ia berlari untuk menuju pintu kantin yang sudah berada di depan mata, namun sialnya ia menabrak punggung seseorang hingga ia mengaduh kesakitan.

Orang itu berbalik badan, dan mata tajam itu bertemu dengan mata teduh milik Zayyan. Zayyan memperhatikan penampilan cowok itu dan kulitnya yang putih pucat, jarang di miliki oleh orang indonesia.

"Kalo jalan pake mata." Ujar cowok itu, yang sepertinya peserta MPLS juga karena ia bisa melihat papan nama yang di kalungkan di lehernya.

Leonard chevalerd.

Nama itu yang berada di papan nama.

Cowok itu melangkahkan kakinya keluar dari kantin, mata Zayyan masih tertuju pada punggung lelaki itu.

"Nak Zayyan mau beli apa?" Suara itu mengagetkan Zayyan, ia adalah bibi kantin atau yang biasa di sebut Bi Kekey.

"Eh, mau beli nasi kuning Bi." Jawab Zayyan, dan Bi Kekey mengambilkan makanan yang di punya Zayyan.

"Udah nak mau beli ini aja?" Tanya Bi Kekey, menyerahkan nasi kuning itu ke arah Zayyan.

"Udah bi, jadi tujuh ribu ya?" Tanya Zayyan sambil mengeluarkan uang dari sakunya.

"Iya," jawab bi Kekey.

"Nih bi, kembalian buat bi Kekey aja." Ujar Zayyan menyerahkan uang sepuluh ribuan.

Setelah itu, Zayyan keluar dari pintu kantin, untuk sarapan di kelasnya.

****

"Selamat pagi anak-anak," sapa seorang wanita setengah baya yang berada di depan papan tulis.

"PAGI BU!!"

"Sebelumnya ada yang tidak kenal dengan saya?" Tanya wanita itu, ia bisa melihat beberapa murid yang sepertinya sedang kebingungan.

"Baik, perkenalkan nama saya Larasati, kalian bisa panggil saya Bu Laras. Saya disini sebagai wali kelas kalian," ujar guru itu tersenyum ramah kepada muridnya.

"Saya juga membawakan teman baru untuk kalian," ujar guru itu lalu berjalan keluar kelas.

Kelas yang tadi hening seketika langsung ramai oleh suara-suara yang menerka siapa orang yang akan menjadi murid baru di kelas ini.

Langkah kaki terdengar hingga kelas seketika hening kembali. Dari balik pintu,  dua perempuan berjalan beriringan.

"Ini teman baru kalian," ujar Bu Laras menunjuk seorang gadis yang tadi berjalan bersamanya. "Perkenalkan namanya Varsha crystal belova, kalian bisa memanggilnya Varsha ya anak-anak."

Gadis itu hanya tersenyum dan mengangguk.

"Kamu cari bangku kosong aja ya? Ibu mau pergi." Ujar Bu Laras dan lagi-lagi di angguki oleh varsha.

Varsha berjalan kearah bangku belakang yang masih kosong, ia menduduki bangku itu.

"Dia bukannya gadis waktu itu?"

*****

Jangan lupa vote and komenn🤗

Maaf banget kalo kata-katanya belibet, karena masih belajar bikin cerita, jadi mohon di maklumi yaahh

See you next chapter~~~~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Takdir Yang TertulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang