04

41 4 15
                                    

Nusantara - Indonesia
17 Desember - 1901

Saat ini di ibukota Nusantara, seluruh mahasiswa dan organisasi masyarakat di Indonesia menggelar aksi demonstrasi pada pemerintah, karena krisis ekonomi yang terjadi pada negara namun bukannya memperbaiki ekonomi dan membantu masyarakat, pemerintah malah membuat menaikkan anggaran pertahanan yang untuk sekarang tidak terlalu penting menurut masyarakat, dan juga masyarakat memprotes pemerintah yang dianggap membuat kabar palsu soal fenomena anomali yang menyebabkan Indonesia dan Malaysia dipindahkan ke dunia yang aneh, walaupun pemerintah sudah memberikan bukti dan rakyat yang berada di perbatasan darat juga menjadi saksi, namun tetap sebagian masih masyarakat tak percaya dengan hal tersebut.

Terlihat para mahasiswa yang menggelar spanduk seraya menyuarakan suaranya, mereka membawa spanduk bertuliskan 'Hentikan kebohongan!' 'Jangan jadi Korut!' 'Rakyat mau dikasih makan peluru?' 'Adekku minumnya susu bubuk, bukan bubuk mesiu!' Sementara itu kepolisian pun menjaga dan mengawal aksi demonstrasi yang berjalan damai ini, para polisi pun tidak menggunakan alat-alat berat dan hanya menurunkan beberapa personil yang membawa pentungan. Seorang mahasiswa menyemangati kawan-kawannya, dari atas sebuah kendaraan dia menggunakan alat pengeras suara yang terletak diatas kendaraan.

"IBU PRESIDEN YANG TERHORMAT! RAKYATMU SEDANG SUSAH SEKARANG! TAPI KAU MALAH MENAIKKAN ANGGARAN MILITER YANG TIDAK BERGUNA!" Ucap mahasiswa tersebut dengan semangat yang menggebu-gebu, dan para mahasiswa lain bersorak mendukungnya.

"Kawan-kawan seperjuangan! Kita menjadi saksi dimana pemerintah menjadi gila! Mereka mengatakan, negara kita dan Malaysia dipindahkan ke dunia lain! Sungguh tidak masuk akal! Semuanya! Ini merupakan upaya negara kita dan tetangga untuk mengkorutkan diri! Kita sebagai pejuang demokrasi dan hak-hak rakyat! HARUS MELAWAN!!!" Seru mahasiswa tersebut, yang kembali disoraki dukungan oleh teman-temannya.

""BETUL!!!""

""HIDUP DEMOKRASI!!"

Para pendemo terus menerus menyuarakan aspirasinya, beberapa pendemo menaikkan papan yang disana ada gambar Presiden Aisyah dengan tulisan 'The New Soeharto' yang terpampang jelas di bagian bawah gambar Presiden Aisyah, walaupun begitu kepolisian tak bisa menangkap mereka karena itu bagian dari kebebasan berpendapat.

Demonstrasi tak hanya terjadi di dekat gedung istana kepresidenan, para pendemo juga menyerang tempat gedung Kedutaan Javeinda yang merupakan bekas gedung kedutaan Amerika di Nusantara. Penyerangan kedutaan asing ini, dilakukan para pendemo yang percaya pada perkataan pemerintah jika Indonesia dan Malaysia dipindahkan ke dunia lain, namun mereka tidak setuju pada pemerintah yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara siluman hewan yang dipercaya akan membawa kutukan bagi negara, para pendemo mayoritas adalah organisasi masyarakat yang berbasis keagamaan, dan beberapa masyarakat biasa.

"Pergi kalian dari sini! Dasar siluman terkutuk!" Ucap seorang pendemo yang melemparkan batu.

Sementara itu kepolisian anti huru-hara terus berupaya melindungi kedutaan, karena jika para pendemo berhasil masuk dan membuat kericuhan akan menimbulkan masalah yang besar, sehingga mereka terus berupaya untuk melindungi kedutaan.

Sementara itu di dalam kedutaan, terlihat seorang pria beastkin kucing yang memantau dari arah jendela, dia adalah Verdanz duta besar Javeinda untuk Indonesia. Dia menatap sinis kearah para pendemo yang menyerang tempat kedutaan besar Javeinda.

"Sudah kuduga, para manusia memang barbar..." Gumamnya, seraya memantau keadaan dari jendela.

Verdanz lalu tersenyum tipis, "Tapi bagus juga jika mereka menyerang kedutaan, Kaisar akan punya alasan yang kuat untuk menghancurkan kalian semua, dasar manusia lemah..." Verdanz pun menutup gorden jendelanya, lalu berjalan pergi meninggalkan jendela.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 20 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Indonesia - Malaysia Di Dunia Lain (Proses revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang