Note. 1. JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR KALO SUKA CERITA INI.
2. TIDAK DIANJURKAN UNTUK YANG MEMILIKI KESABARAN SETIPIS TISU DIBAGI SEPULUH. (Karena alur cukup lambat).
3. PLAGIARISME TERCANTUM UU NO 28 THN 2014 TENTANG HAK CIPTA.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Welcome, Bastian." Jeana tersenyum manis dan hanya dibalas tatapan datar. Atensi Bastian lebih fokus kepada Airys. "Seperti yang gue janjikan, lo bisa lakuin apa pun ke Airys. Bukannya lo suka sama dia?"
Bisa melakukan apa pun. Demi Tuhan, Airys benci kalimat itu.
"Apa rencana kamu, Jea?" Jayendra berbisik. Ia cukup terkejut dengan kedatangan orang asing seperti Bastian tadi. Tetapi saat cowok itu menyebut nama Jeana, Jayendra memilih diam dan mengikuti alur. "Ini di luar rencana."
"Ini masih dalam rencana, Honey. Tapi aku memang sengaja nggak ngasih tau kamu lebih awal."
Jayendra mendesis tidak suka. Jea mengelus pipi cowok itu dan mengecup bibirnya sekilas. "Kamu tenang aja, Bastian sengaja aku undang karena dia punya tujuan sama kaya aku. Tuntasin dendam dia."
"Dendam?"
Jeana tertawa. Ia mengangguk. "Dendam karena cintanya ditolak sama Airys." Gadis itu lantas menarik tangan Jayendra untuk keluar ruangan. "Biarkan mereka berdua, Jay. Biarkan Bastian lakuin apa yang dia mau."
Jeana melirik Bastian sekilas. "Dan, Tian. Ada Ellen yang bakal nyaksiin kalian berdua. Tapi tenang aja, dia nggak akan berisik."
Jayendra mengeraskan rahang. Tatapan tajamnya menyorot Bastian. Ada perasaan marah dalam diri cowok itu. Tetapi Jayendra tidak bisa bertindak lebih sebab dari awal, ia hanyalah batu loncatan untuk kekasihnya mencapai kemenangan.
Kemenangan dalam menghancurkan Airys.
Sepeninggalan mereka, Bastian menyeringai. Ia melirik Ellen dan terkekeh. "Gue nggak nyangka nasib lo sekarang begini karena berteman sama Airys, Llen. Dari awal seharusnya lo setia sama Jeana."
Ellen menatap tajam. Ia memukul kaca akuarium. Wajahnya sedikit pias akibat kedinginan. Volume air bahkan hampir melewati dagunya.
Bastian mendengkus. "Lo liat apa yang akan gue lakuin ke sahabat baru lo, Ellen." Ia melangkah mendekat dan membuka ikatan tangan Airys juga kakinya. Saat tangan cowok itu berusaha meraih bibir Airys dan mengusapnya, ia terkejut saat Airys justru meludah.
"Sialan!"
"Jauhkan tangan lo dari gue, Bastian. Gue nggak sudi disentuh sama lo, sedikit pun."
"Bangsat," umpatnya. Ia meraih rahang Airys dan mencengkram kuat. "Gue harus nahan diri cukup lama dan ini balasan lo, Jalang?!"
"Jangan sentuh gue!" Airys berusaha menghindar, ia bangkit dan mencoba menjauh. Tubuhnya yang lemah ia paksa bergerak. "AH, LEPASIN GUE, BASTIAN! BERENGSEK!"