Hujan deras mengguyur kota malam itu. Di sebuah apartemen sederhana, Arya baru saja pulang dari kantor. Ia melempar tas kerjanya ke sofa, menghela napas panjang. Hari yang melelahkan, seperti biasa.
Tiba-tiba, terdengar ketukan di pintu. Arya mengernyitkan dahi, tidak mengharapkan tamu di jam selarut ini. Ia membuka pintu dan terkejut melihat seorang wanita muda berdiri di hadapannya.
"Maaf mengganggu," ujar wanita itu, suaranya lembut namun tegas. "Saya Rina. Boleh saya masuk?"
Arya terpaku. Rina, dengan outer tebal yang basah kuyup, menatapnya dengan senyum hangat. Ada sesuatu yang berbeda dari wanita ini - auranya seolah memancarkan kebahagiaan di tengah hujan deras.
"Oh, tentu. Silakan masuk," Arya akhirnya berkata, masih bingung.
Begitu masuk, Rina langsung beraksi. Ia melepas outer basahnya dan mulai membersihkan apartemen Arya yang berantakan. Arya hanya bisa terdiam, takjub melihat energi positif yang terpancar dari Rina.
"Kamu pasti lelah. Duduklah, akan kubuatkan teh hangat," ujar Rina sambil bergegas ke dapur.
Arya menurut, masih tidak mengerti situasi ini. Namun anehnya, ia merasa tenang. Kehadiran Rina seolah mengusir segala kepenatan yang ia rasakan sepanjang hari.
Saat Rina kembali dengan secangkir teh, Arya memberanikan diri bertanya, "Maaf, tapi... siapa kamu sebenarnya?"
Rina tersenyum misterius. "Aku memiliki apa yang orang sebut 'happy hormone'. Tugasku adalah membawa kebahagiaan pada mereka yang membutuhkan."
Arya tertawa kecil, "Jadi kamu semacam... peri kebahagiaan?"
"Bisa dibilang begitu," Rina mengangguk. "Kamu sudah berjuang keras, Arya. Kamu pantas mendapatkan kebahagiaan."
Tanpa aba-aba, Rina memeluk Arya. Awalnya Arya kaku, namun perlahan ia merasakan kehangatan menjalar ke seluruh tubuhnya. Entah karena 'happy hormone' atau apa, tapi Arya merasa bebannya terangkat.
"Terima kasih," bisik Arya, air mata menggenang di pelupuk matanya. "Aku tidak tahu aku membutuhkan ini."
Rina melepaskan pelukannya, tersenyum lembut. "Ingatlah, Arya. Kamu tidak sendirian. Ada kebahagiaan yang menunggumu di setiap sudut kehidupan. Kamu hanya perlu membuka hati untuk menerimanya."
Malam itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Arya tertidur dengan senyum di wajahnya. Ketika ia terbangun keesokan paginya, Rina sudah tidak ada. Namun kehangatan dan energi positif yang ditinggalkannya masih terasa, memberi Arya kekuatan baru untuk menghadapi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Warm To Warn
Short StorySekumpulan cerita pendek dari semua berita, fenomena, pantauan, pandangan dari penulis akan keresahannya di masyarakat. Mulai dari hal remeh, cinta-cintaan, yang biasa ditemui, sampai yang mustahil terpikirkan oleh orang awam. Notes: Tulisan dibantu...