My Dear~4

401 163 35
                                    

Haloo, selamat dini harii🤗

2200 kata nih, mana votenyaa

Ada typo? Kasih tahu aku yaa

Happy reading👐

~

Paginya, Juwita tetap menyiapkan sarapan untuk Akbar seperti biasa. Sedongkol-dongkolnya hati Juwita, dia tak tega membiarkan Akbar memulai kegiatan dengan perut kosong.

Hah! Lihat, betapa sayangnya Juwita pada lelaki ini! Tapi lelaki ini sama sekali tak memberi celah agar Juwita bisa masuk ke hatinya. Dasar suami durhaka!

"Masak apa?" tanya Akbar tepat di samping telinga Juwita. Entah kapan datangnya, lelaki itu tiba-tiba berdiri di belakang Juwita dengan badan sedikit condong.

Hidung Juwita bahkan bisa mencium aroma sabun yang menguar dari badan Akbar. Air yang menetes dari rambut Akbar membuat Juwita berdebar. Dasar culun!

"Ish!"
"Ma-masak! Ya masak!" Lah malah gagap!

Akbar menatap sang istri, bibir mengerucut itu menjadi pertanda jika istrinya masih marah. Marah karena apa? Akbar belum tahu alasannya.

"Sini, biar aku-"

"Duduk aja, Mas! Mas ambil apel pagi, kan?" tanya Juwita menghentikan niat baik Akbar yang ingin meraih piring berisi masakan.

Akbar menurut, lelaki yang sudah rapi dengan baju loreng itu mengamati gerakan Juwita yang menyajikan masakan dengan cekatan.

"Tangan kamu kenapa? Kena minyak?" Akbar meraih tangan Juwita, lelaki itu menelisik pergelangan tangan sang istri yang terluka.

"Heem." Juwita diam saat Akbar sibuk mengelus luka akibat cipratan minyak di sekitar pergelangan tangan.

"Ck! Udah, Mas cepet sarapan! Luka ini enggak sebanding sama luka di hatiku!"

Akbar mendongak, lidahnya kelu. Perasaan dia tidak membuat salah! "Juwita, ada yang mengganggu kamu?"

Dada Juwita terasa sesak, dia jadi membayangkan wajah Fana Romadiyanti, mantan sang suami, dokter asrama di kesatuan ini! Argh! Kenapa harus di kesatuan ini seh?

"Mas jahat!"

Akbar menghela napas, tangan Juwita masih digenggam. Lelaki itu mendongak menatap ekspresi marah sang istri.
"Oke, tenang dulu, coba bicara Mas salahnya di mana? Biar Mas perbaiki."

Huh! Orang se-soft spoken ini adalah suaminya! Tapinya, kenapa si mantan harus datang di saat dia bahkan tak bisa memastikan bisa masuk ke hati sang suami.

"Mas, kenapa enggak bilang ke aku?"

"Bilang apa?"
Kening Akbar mengerut dalam, hidungnya yang mancung kembang kempis.

Juwita menggulir bola mata dengan malas. "Mas, pasti udah tahu, kan kalau-"

Kring!

Hah! Shibal! Siapa yang nelfon di pagi buta seperti ini?

Akbar seketika berdiri dan memburu ponselnya yang berteriak nyaring. Lelaki itu memasang sikap siap, seraya mengangkat panggilan.
"Siap, komandan!"

Ck! Lagu lama! Juwita jadi malas untuk membahasnya! Kenapa ada komandan di antara kita, Mas Akbar!!!

***

Gerimis tak membuat Juwita dan bu Edo membatalkan janji temu mereka dengan penjahit yang akan membuatkan baju untuk ibu-ibu menari.

"Saya selesaikan secepatnya ya, Bu. Nanti kalau sudah siap, saya langsung infokan."

"Terima kasih, Mbak. Maaf ya, merepotkan sekali." Bu Edo menepuk pelan pundak penjahit muda yang ada di sampingnya. Ya, karena persiapan singkat, bu Edo harus memanfaatkan gelarnya sebagai ibu persit agar penjahit ini mau disela antreannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 17 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Short Story: Our World IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang