insiden ledakan itu terjadi. Alan mencoba mengingat kembali kejadian-kejadian sebelumnya, berharap menemukan petunjuk mengapa dia dijadikan target. Namun, pikirannya terasa kabur, seperti ada bagian dari dirinya yang hilang atau tersembunyi.
Saat malam semakin larut, seorang perawat masuk untuk memeriksa kondisi Alan. Tapi kali ini, tatapan perawat itu terasa berbeda. Mata tajamnya memindai ruangan dengan waspada sebelum mendekati tempat tidur Alan. "Anda merasa lebih baik, Tuan Alan?" tanyanya dengan nada lembut namun penuh arti.
Alan mengangguk perlahan, merasa ada sesuatu yang tidak beres. "Ya, sedikit lebih baik," jawabnya singkat sambil mengamati gerak-gerik perawat itu.
Sementara itu, di lorong rumah sakit, Conan yang belum kembali ke rumah Profesor Agasa melihat perawat tersebut keluar dari ruangan Alan dengan langkah tergesa. Instingnya langsung mengatakan ada sesuatu yang tidak biasa. Ia mengikuti perawat itu secara diam-diam, memastikan bahwa ia tidak melakukan hal mencurigakan.
Di ruang kontrol CCTV rumah sakit, Subaru Okiya yang menyamar tampak sedang memantau layar dengan serius. Ia menyadari gerak-gerik mencurigakan dari perawat tersebut sejak awal dan telah menginstruksikan tim FBI untuk bersiap jika terjadi sesuatu. "Conan pasti sudah menyadarinya juga," gumam Subaru sambil menghubungi Jodie melalui alat komunikasi mereka.
Kembali ke kamar Alan, setelah perawat tersebut pergi, Alan merasa lemas.
Alan menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. Namun, hatinya semakin yakin bahwa pria berbaju hitam itu bukan satu-satunya ancaman. Dunia baru yang ia masuki ini menyimpan lebih banyak bahaya daripada yang ia bayangkan.Di sisi lain, Conan berhasil menemukan perawat tadi sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon di luar gedung rumah sakit. Meski terlalu jauh untuk mendengar percakapan mereka, Conan berhasil menangkap ekspresi gugupnya.
Ia pun tanpa basa basi kembali menuju ruangan Alan.---
POV Conan
Conan berdiri di luar kamar rumah sakit, menatap pintu yang tertutup rapat sambil bergumam pelan, "Siapa Alan sebenarnya? Pria itu menyebutnya pengkhianat, tetapi ekspresi Alan tidak menunjukkan ketakutan, melainkan kebingungan. Apakah dia benar-benar tidak tahu, atau hanya berpura-pura tidak tahu?"
Conan mengingat percakapannya dengan Jodie Sensei sebelumnya. "Mereka selalu menyembunyikan sesuatu dalam bayangan," ujar Jodie, merujuk pada organisasi hitam. "Tapi teka-teki ini tidak akan terpecahkan hanya dengan mengamati dari jauh. Kau harus mencari potongan lainnya."
Conan merenung. Potongan? Apa yang ia lewatkan? Semua yang terjadi sejak pertemuan Alan dengan pria berjas hitam tampak seperti jebakan, tetapi untuk siapa? Alan? Atau justru orang lain?
Di dalam kamar, Alan terbangun dari tidurnya. Rasa nyeri di dadanya masih terasa, namun ada yang lebih mengusik pikirannya. Ia memandang ke luar jendela, mengamati bayangan pohon yang bergerak perlahan ditiup angin. Sebuah teka-teki terlintas di benaknya: "Jika aku seorang pengkhianat, apa yang sebenarnya telah aku khianati? Jika aku bukan, mengapa aku dianggap begitu?"
Saat Alan merenungkan pertanyaan itu, pintu kamar terbuka perlahan. Sosok pria dengan jas rapi berdiri di sana, memandang Alan dengan tatapan tajam.
"Apakah kau menemukan jawabannya?" tanya pria itu.
Alan menoleh, berusaha tetap tenang. "Jawaban untuk apa?"
Pria itu tersenyum tipis, seolah menikmati kebingungan Alan. "Teka-teki. Kau adalah bagian dari permainan ini, apakah kau sadar atau tidak. Dan dalam permainan ini, pemain yang tidak tahu perannya... biasanya kalah lebih cepat."
Alan tidak menjawab, tetapi otaknya bekerja cepat. Teka-teki apa yang pria itu maksud? Mengapa semua ini terasa seperti sebuah skenario yang sudah direncanakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
DETECTIVE CONAN| aku? Berpindah dunia?!
Misteri / Thrillercerita ini hanyalah fiksi belaka saja! Alan Drew Khasif, seorang fotografer dan seniman muda terkenal yg memiliki penyakit jantung yg tidak semua org ketahui, tiba-tiba mengalami serangan jantung yang membuatnya kehilangan kesadaran. Ketika ia bangu...