Seseorang pernah berkata, hidupmu adalah suatu cerita dan kamulah pemeran utamanya. Perkataan ini akan langsung dibantah jika seseorang berkata di depan Regina. Gadis Hufflepuff dengan segala kesialan yang menggumpal di dalam darahnya. Salah besar, ia tak menjadi pemeran utama. Pemeran utama dihidupnya adalah Harry Potter. The Chosen One. Anak lelaki yang selamat dari kutukan tak terpatahkan yang dilempar oleh Voldemort.
Regina adalah teman seangkatan Harry, namun namanya nyaris tak pernah disebut. Mungkin sekali atau dua kali sebagai pemeran figuran yang mendukung penuh rencana Harry saat semuanya tak percaya. Hanya sekedar itu saja. Regina bersumpah ia akan menukar apa saja jika ia bisa menjadi pemeran utama, menikmati romansa seru, kabur dari hal hal berbahaya, atau sesuatu yang membuatnya tak bisa tidur semalaman! Menurutnya itu sangat keren.
Mimpi indahnya terpaksa hancur saat Joanne teman dekatnya mengetuk pintunya cepat. Mau tak mau Regina membuka matanya. Sinar terik masuk dari jendela asramanya, menyorot langsung ke mata abu abu Regina. Dengan rambut coklat acak acakan Regina bangkit dari tidurnya. Masih setengah sadar saat Joanne meneriaki bahwa Regina sudah terlambat masuk ke kelasnya.
Regina mendengus kasar, "terlambat ya sudah, lagipula siapa yang akan sadar kalau aku terlambat. Dasar Joanne konyol!" Regina menendang selimutnya dengan kesal.
Namun ia sudah bangun, dan tidur lagi adalah pilihan buruk. Meski hidupnya membosankan, Regina punya hobi "menonton" panggung yang diciptakan Harry Potter. Adegan favoritnya adalah melihat bagaimana Harry adu mulut dengan Malfoy. Sungguh lucu dan mendebarkan! Malfoy seperti Villain kecil yang berusaha jadi jahat namun selalu gagal.
Maka, Regina dengan malasnya bangkit. Pergi untuk berpakaian rapi dan segera keluar dari kamarnya. Tujuannya adalah Great Hall, meski cukup siang untuk sarapan, Regina tetap pergi kesana dengan perut keroncongan.
Ditengah perjalanan, dengan tak sengaja Regina menabrak seseorang. Matanya memang tak selalu terbuka saat berjalan, kadang Regina sibuk menyapa siapa saja yang berpapasan dengannya, bersikap sok kenal. Regina meringis kesakitan di lantai sambil memegang bahunya, hidungnya mencium bau yang tak begitu familiar. Aroma kayu dan spermint, dengan aroma khas parfum yang harganya selangit. Dengan panik Regina mendongak, ia terkejut dengan siapa yang baru saja ia tabrak.
Draco Malfoy dengan antek anteknya terlihat marah, Crabble dan Goyle membantu Draco berdiri sementara lelaki berambut pirang itu mengguman kesal. "Siapa sih, yang berani menabrakku!"
Regina berdiri, merapikan jubahnya dengan tergesa lalu menunduk. "Oh! Astaga! Aku minta maaf sekali Malfoy!"
Draco menatap Regina kesal, "siapapa namamu? Dari keluarga mana?"
Regina tersenyum kaku, "Yaxle, aku Regina Yaxle."
Draco menyipitkan matanya, memperhatikan Regina dari ujung kepala hingga ujung kaki. Nama belakang itu terdengar familiar, meskipun wajah Regina tampak seperti orang yang baru saja tersasar ke Hogwarts. Ia mengangkat alis, seolah berusaha mencari sesuatu yang penting dari gadis di depannya.
"Yaxle? Terdengar seperti nama dari keluarga darah murni. Tapi kau..." Draco melirik penampilan Regina yang sedikit berantakan, rambutnya masih kusut dan jubahnya terlihat lusuh. "Kau lebih mirip Muggle yang tersesat."
Regina terkekeh canggung, mencoba mencairkan suasana. "Ah, aku memang tidak secantik ibu peri, Malfoy. Tapi, ya, aku Regina Yaxle, dan kau... ya, kau adalah Draco Malfoy, pangeran Slytherin. Kita semua tahu itu."
Komentarnya membuat Crabble dan Goyle tertawa kecil, tapi Draco justru mendengus sebal. Ia benci saat seseorang mencoba mengimbangi sindirannya dengan bercanda.
"Kau pikir ini lucu?" Draco mendekat selangkah, membuat Regina meneguk ludah gugup. "Kau ceroboh, kau berantakan, dan kau baru saja menabrakku. Keluarga Yaxle seharusnya punya sopan santun lebih baik daripada ini."
Regina menunduk, merasa seakan disidang oleh profesor. Ia tak tahu harus berkata apa, jadi ia hanya bisa berkata, "Maaf, sungguh, aku tidak sengaja. Aku akan lebih berhati-hati ke depannya."
Draco melipat tangannya di dada, tatapannya dingin. "Kau lebih baik. Karena jika kau menabrakku lagi, aku takkan sebaik ini."
Regina mengangguk cepat, seperti anak kecil yang dimarahi. Begitu Draco melangkah pergi bersama gengnya, ia menghela napas lega. "Merlin, aku baru saja selamat dari amukan naga."
Joanne tiba-tiba muncul dari balik pilar, wajahnya penuh kekhawatiran. "Regina! Aku melihat semuanya! Astaga, kau benar-benar tabrakan dengan Malfoy? Apa dia bilang sesuatu yang buruk?"
Regina mengangkat bahu, masih sedikit gemetar. "Dia hanya... yah, Malfoy seperti biasanya. Sok penting dan sok menyeramkan."
Joanne melipat tangan. "Kau harus lebih berhati-hati, tahu. Kau mungkin Yaxle, tapi kau tidak punya kekuatan politik seperti dia. Draco Malfoy tidak pernah lupa siapa saja yang berani mengganggunya."
Regina memutar mata sambil berjalan menuju Aula Besar. "Jangan lebay, Joanne. Aku yakin dia akan lupa dalam satu jam. Toh, aku bukan siapa-siapa. Lagipula, dia lebih suka berperang dengan Harry Potter."
Joanne menatapnya skeptis, tetapi mengikuti di belakang. Regina mencoba mengalihkan pikiran dari kejadian memalukan tadi dengan memikirkan sarapan. Tapi di dalam hatinya, ada sedikit kegelisahan. Ia merasa Draco tidak akan melupakan kejadian tadi begitu saja. Mungkin, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia benar-benar masuk dalam radar seseorang yang penting—meski dalam konteks yang tidak ia harapkan.
Namun, bukankah itu yang ia inginkan? Sesuatu yang seru? "Mungkin ini tanda awal petualangan, ya?" gumamnya pelan, setengah bergurau pada dirinya sendiri. Joanne, yang berjalan di belakangnya, memiringkan kepala, tidak mengerti apa maksudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Get Draco Malfoy as Your Husband. | DRACO MALFOY X OC
FanfictionRegina Yaxle selalu hidup dalam bayang-bayang kejayaan orang lain di Hogwarts. Sebagai Hufflepuff yang "biasa saja," ia hanya menjadi pemeran figuran dalam kisah besar Harry Potter dan teman-temannya. Hidupnya berjalan datar hingga suatu hari, sebua...