Regina menatap Scorpius penuh curiga setelah kegagalan "keanggunan" yang memalukan di Great Hall. Ia masih merasa malu, tapi rasa penasaran membawanya kembali ke meja operasi cinta."Oke," Regina mendesah. "Langkah selanjutnya apa? Tolong jangan melibatkan aku memakai sepatu siksaan lagi."
Scorpius mengangkat alis, senyumnya penuh percaya diri. "Langkah dua adalah tunjukkan kecerdasanmu, Mum. Ayah suka wanita pintar."
"Wanita pintar?" Regina menyipitkan mata. "Kau yakin itu benar? Aku tidak pernah melihat Draco bicara soal sesuatu yang lebih cerdas dari model sapu terbarunya."
Scorpius terkekeh. "Jangan salah, Ayah sebenarnya menghargai otak. Hanya saja dia tidak pernah menunjukkannya di depan umum karena... ya, dia adalah Draco Malfoy."
Regina memutar bola matanya. "Jadi, bagaimana aku menunjukkan kecerdasanku tanpa terlihat seperti Hermione yang menyebalkan?"
"Kita harus pelan-pelan," kata Scorpius. "Langkah pertama, kau harus membuatnya tertarik dengan diskusi yang memancing rasa ingin tahu."
Keesokan harinya, Regina duduk di perpustakaan, berusaha mempelajari buku mantra yang menurut Scorpius bisa memulai diskusi intelektual. Sayangnya, buku itu terlalu rumit, dan dalam lima menit, Regina sudah tertidur di atas meja.
"Bangun, Mum!" Scorpius mengguncang bahunya dengan panik. "Ayah sudah datang ke sini!"
Regina tersentak bangun, rambutnya acak-acakan. Ia buru-buru mengambil buku itu dan mencoba terlihat serius membaca, meskipun terbalik.
Draco masuk ke perpustakaan, berjalan dengan anggun seperti biasa. Pansy dan Blaise mengikuti di belakangnya, berbicara tentang sesuatu yang tidak penting. Regina mencoba mengatur napas, merasa darahnya berdesir.
"Sekarang apa?" bisik Regina pada Scorpius.
"Pancing dia ke sini," kata Scorpius, mendorongnya dari belakang.
Regina berdiri dengan canggung, mendekati meja Draco. "Hei, Malfoy," katanya dengan nada yang berusaha santai.
Draco menatapnya, sedikit bingung. "Yaxle? Apa yang kau lakukan di sini?"
"Oh, aku hanya..." Regina menatap bukunya dengan gugup. "Mempelajari sesuatu yang sangat menarik!"
Draco memiringkan kepalanya, terlihat curiga tapi juga penasaran. "Menarik? Tentang apa?"
Regina dengan cepat melirik halaman buku itu, mencoba menemukan sesuatu yang bisa diucapkan. "Eh, tentang... bagaimana mantra anti-levitasi bisa digunakan untuk memperkuat proteksi sihir."
Draco mengangkat alis. "Benarkah? Aku tidak tahu kau tertarik pada hal-hal seperti itu."
"Ya, aku..." Regina mulai bicara, tapi tidak menyadari bahwa Scorpius, yang bersembunyi di belakang rak buku, memberi isyarat liar padanya untuk berhenti. Sayangnya, ia tidak memperhatikan.
"Menurutku, sihir proteksi itu sangat penting!" lanjut Regina, mulai bersemangat. "Apalagi jika kita bicara tentang efek jangka panjangnya. Kau tahu, seperti..."
"Seperti apa?" Draco bertanya, nadanya serius.
"Seperti... melindungi gnome di kebun," jawab Regina tanpa berpikir.
Hening panjang memenuhi udara. Pansy, yang duduk di dekat Draco, tertawa kecil, mencoba menahan diri. Draco menatap Regina dengan tatapan bingung.
"Gnome di kebun?" ulangnya.
Regina langsung panik. "Eh, maksudku... itu hanya contoh kecil. Kau tahu, untuk... untuk memperjelas teori!"
Draco mengangguk pelan, meskipun ekspresinya masih terlihat skeptis. "Baiklah, Yaxle. Aku harus pergi. Tapi kau... tetaplah fokus pada gnome itu."
Saat Draco pergi, Regina menjatuhkan buku ke meja dengan frustrasi.
"Gnome di kebun?!" desisnya pada Scorpius, yang muncul dari balik rak. "Itu yang terbaik yang bisa aku pikirkan?"
Scorpius tertawa kecil, menepuk bahunya. "Santai, Mum. Itu baru langkah pertama. Ayah terlihat tertarik, meskipun sedikit bingung."
"Tertarik?" Regina mendengus. "Dia mungkin berpikir aku sudah gila."
"Gila atau tidak, kau membuatnya mendengar, dan itu kemajuan!" Scorpius berkata sambil tersenyum. "Selanjutnya, kita harus membuatnya benar-benar terpesona oleh kecerdasanmu."
"Merlin," Regina memijat pelipisnya. "Aku benar-benar tidak siap untuk ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Get Draco Malfoy as Your Husband. | DRACO MALFOY X OC
FanficRegina Yaxle selalu hidup dalam bayang-bayang kejayaan orang lain di Hogwarts. Sebagai Hufflepuff yang "biasa saja," ia hanya menjadi pemeran figuran dalam kisah besar Harry Potter dan teman-temannya. Hidupnya berjalan datar hingga suatu hari, sebua...