Malam itu, Hogwarts terasa lebih sunyi dari biasanya. Angin malam meniup pelan dedaunan, danau hitam memantulkan sinar bulan purnama yang bulat sempurna, sementara Regina Yaxle duduk memeluk lutut di atas batu besar di tepi air.Rambut cokelat bergelombangnya terurai berantakan, sebagian terjebak di sudut bibirnya karena angin. Namun, Regina terlalu sibuk dengan pikirannya untuk peduli. Dia menatap bulan dengan ekspresi melankolis.
"Hidupku...," ia mendesah pelan, "terlalu membosankan."
Sejujurnya, siapa pun yang melihat hidup Regina mungkin akan setuju dengannya. Di Hogwarts, gadis pureblood ini adalah definisi dari biasa. Tidak cukup cerdas untuk jadi Hermione Granger berikutnya, tidak cukup berani untuk jadi Harry Potter versi perempuan, dan jelas tidak cukup menyebalkan untuk bersaing dengan Draco Malfoy.
Regina adalah Regina. Gadis Hufflepuff yang paling dikenal karena selalu lupa jadwal kelas dan pernah tersesat selama tiga jam di tangga kastil yang berubah-ubah.
Ia menghembuskan napas panjang, melipat tangannya dan mendongak ke langit. "Tuhan, kalau Kau mendengar ini... bisakah Kau membuat hidupku sedikit lebih menarik? Tidak banyak, hanya cukup supaya aku tidak merasa seperti figuran di ceritaku sendiri."
Ia memejamkan mata, berharap doa ini entah bagaimana dikabulkan. Mungkin keajaiban akan turun, seperti tiba-tiba dia mendapat surat cinta misterius atau menemukan peta harta karun rahasia. Tapi saat ia membuka matanya lagi... tidak ada apa-apa. Hanya gelap dan angin malam yang dingin.
Regina mendesah lagi, berdiri dari tempatnya duduk. Ia bahkan belum melangkah jauh ketika terdengar suara aneh di belakangnya.
Plop!
Ia menoleh. "Apa itu?" gumamnya. Matanya membulat saat melihat seorang anak laki-laki berdiri tidak jauh darinya, seperti jatuh dari langit.
Regina berkedip beberapa kali, mencoba memastikan ia tidak sedang bermimpi. Anak itu memiliki rambut pirang pucat yang tampak berkilauan di bawah sinar bulan. Wajahnya terlihat sedikit bingung, tapi Regina bisa melihat ada sesuatu yang... aneh familiar pada ekspresinya.
"Hai... eh... Mum," kata anak itu, menyeringai kikuk.
Regina membeku. Dia terdiam selama beberapa detik sebelum akhirnya mengangkat tangannya. "Tunggu. Apa kau barusan memanggilku... Mum? Maksudmu ibu?"
Anak itu mengangguk pelan. "Ya. Aku Scorpius. Scorpius Malfoy."
Regina melongo. "Apa? Malfoy? Kau bilang kau siapa?"
"Scorpius. Aku anakmu," katanya dengan nada setenang mungkin, seperti ini adalah percakapan biasa.
"Anakku? Tidak, tidak mungkin," bantah Regina sambil tertawa gugup. "Aku bahkan tidak menikah! Dan kenapa namamu Malfoy? Malfoy?"
Scorpius menghela napas kecil. "Iya, ayahku adalah Draco Malfoy."
Regina merasa jantungnya berhenti. Matanya membelalak seolah mendengar lelucon paling gila di dunia. "Draco Malfoy? Orang paling sombong, menyebalkan, dan arogan di Hogwarts itu? Kau bilang dia ayahmu? Dan aku ibumu? Ini semacam prank, kan? Di mana kameranya?"
Scorpius menggeleng. "Aku serius. Aku datang dari masa depan. Aku harus ke sini karena... yah, ada misi penting."
Regina mengangkat tangannya, mencoba menghentikan anak itu bicara. "Tunggu, tunggu. Kita mundur sedikit. Jadi, kau bilang aku menikah dengan Malfoy?"
Scorpius mengangguk lagi.
"Dan aku... punya anak dengan dia?"
"Iya."
Regina memegangi kepalanya, hampir kehilangan keseimbangan. "Tuhan... aku memang minta hidupku jadi lebih seru. Tapi ini? Ini terlalu seru! Aku tidak meminta skenario mimpi buruk!"
Scorpius menatapnya dengan ekspresi bingung. "Kenapa kau menyebutnya mimpi buruk? Ayah itu keren, tahu."
Regina memelototinya. "Malfoy? Keren? Dia memarahiku saat menabrakku di koridor minggu lalu! Dia bahkan tidak ingat namaku, tidak tahu siapa aku."
Scorpius meringis. "Yah, itu hanya di masa sekarang. Di masa depan, kau berhasil membuatnya jatuh cinta. Dan percaya padaku, dia berubah."
"Berubah?" Regina tertawa sarkastik. "Mungkin kalau troll di toilet perempuan berubah jadi peri, Malfoy juga bisa berubah."
Scorpius mengangkat bahu. "Tapi aku ada di sini, kan? Itu berarti sesuatu."
Regina memutar matanya, mencoba mencari penjelasan logis. Tapi ketika anak itu mengeluarkan sesuatu dari sakunya, matanya terbelalak lagi.
"Ini foto pernikahan kalian," kata Scorpius, menyerahkan sebuah foto kecil.
Regina mengambilnya dengan tangan gemetar. Matanya langsung melebar ketika melihat dirinya sendiri mengenakan gaun pengantin putih, berdiri di samping Draco Malfoy yang tampak... yah, seperti dirinya, hanya sedikit lebih dewasa dan tidak terlalu menjengkelkan.
"Oh tidak..." gumamnya, wajahnya pucat.
Scorpius tersenyum kecil. "Lihat? Aku tidak bohong."
Regina menatap foto itu dengan ekspresi tak percaya. Kemudian ia memandang Scorpius, yang berdiri dengan senyum penuh keyakinan.
"Tuhan..." Regina menatap langit dengan putus asa. "Bukan ini yang kumaksud dengan hidup yang lebih seru!"
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Get Draco Malfoy as Your Husband. | DRACO MALFOY X OC
FanfictionRegina Yaxle selalu hidup dalam bayang-bayang kejayaan orang lain di Hogwarts. Sebagai Hufflepuff yang "biasa saja," ia hanya menjadi pemeran figuran dalam kisah besar Harry Potter dan teman-temannya. Hidupnya berjalan datar hingga suatu hari, sebua...