Regina duduk di bawah pohon besar di halaman Hogwarts, wajahnya terlihat penuh strategi—atau lebih tepatnya, penuh kebingungan. Di sebelahnya, Scorpius terlihat sibuk mengunyah apel sambil memikirkan langkah berikutnya untuk operasi mereka."Scorpius," bisik Regina dengan penuh misteri, "aku punya ide brilian."
Scorpius menoleh dengan malas. "Oh tidak, apa lagi kali ini, Mum?"
Regina mendekatkan wajahnya seperti sedang menyusun rencana rahasia paling penting di dunia. "Aku akan pura-pura sakit. Draco pasti akan memperhatikan dan merasa kasihan. Itu saatnya dia menunjukkan perasaannya padaku!"
Scorpius menatap ibunya dengan tatapan kosong selama lima detik. "Mum... itu ide paling bodoh yang pernah kudengar."
"Tidak, dengarkan aku!" balas Regina dengan penuh semangat. "Pria mana yang bisa mengabaikan seorang gadis lemah yang butuh pertolongan?"
Scorpius menggeleng, menutup wajahnya dengan tangan. "Baiklah, Mum. Aku tidak akan menghentikanmu. Tapi jangan salahkan aku kalau ini jadi bencana."
Aksi Dimulai
Regina berdiri dari tempat duduknya, mengambil napas panjang, dan melangkah dengan penuh percaya diri menuju tempat Draco duduk di bawah pohon di seberang halaman. Sambil berjalan, ia melirik ke arah Scorpius dan berbisik, "Perhatikan baik-baik, anakku. Ini akan menjadi momen yang epik."
Setelah sampai di radius pandang Draco, Regina mulai beraksi. Ia memegang perutnya, lalu mendadak jatuh ke rumput dengan suara keras.
"AHH! Tolong! Aku merasa pusing!" serunya dengan dramatis.
Draco, yang sedang membaca buku (atau lebih tepatnya, pura-pura membaca untuk menghindari berinteraksi dengan siapa pun), menoleh sekilas. Alisnya terangkat sedikit, tetapi hanya itu reaksi yang dia berikan sebelum kembali menatap bukunya.
Regina, yang masih berbaring di rumput, membuka satu mata untuk melihat apakah ada reaksi lebih lanjut dari Draco. "Astaga, dia bahkan tidak mendekat!" gumamnya pelan.
Namun, sebelum ia bisa mengutuk lebih jauh, seorang bayangan besar menghampirinya. Itu adalah siswa Ravenclaw yang kemarin memaksa Regina berdiskusi tentang teori bintang.
"Regina! Oh tidak, kau baik-baik saja?" tanya siswa itu dengan nada khawatir.
Regina membeku. Oh, tidak. Kenapa dia yang datang?
Sebelum Regina bisa menjawab, siswa itu berlutut di sampingnya, memegang tangan Regina dengan lembut. "Aku tahu ini terjadi karena stres akademik! Jangan khawatir, aku di sini untuk membantumu!"
"Stres akademik?" Regina bingung, tapi sebelum dia bisa membantah, siswa Ravenclaw itu sudah sibuk berbicara sendiri.
"Aku sudah lama memperhatikanmu. Kau selalu terlihat seperti tipe yang terlalu keras pada diri sendiri. Kau membutuhkan seseorang yang bisa mendukungmu. Jangan khawatir, aku akan membawamu ke Hospital Wing sekarang!"
"Eh, tidak perlu sebenarnya—"
Namun, siswa itu sudah bersiap menggendong Regina. "Aku akan membantumu. Jangan bergerak terlalu banyak!"
Adegan Kacau
Regina panik saat merasa tubuhnya mulai terangkat dari tanah. "Tunggu! Tidak perlu sampai digendong!" katanya dengan nada setengah menjerit.
Namun, siswa Ravenclaw itu tampaknya tidak mendengarkan. Dia benar-benar mengangkat Regina dari tanah, meskipun dengan usaha yang terlihat cukup berat.
"Astaga, kenapa kau cukup berat?" keluhnya sambil terengah-engah.
Regina, yang merasa harga dirinya hancur, meronta-ronta di pelukan siswa itu. "Turunkan aku! Aku bisa jalan sendiri!"
Sementara itu, di kejauhan, Scorpius hampir jatuh dari bangku karena tertawa. Ia menepuk-nepuk pahanya sambil terbahak-bahak. "Mum, ini luar biasa! Kau berhasil mencuri perhatian... orang yang salah!"
Regina menatap Scorpius dengan marah dari atas bahu siswa Ravenclaw itu. "Ini semua salahmu karena tidak memberitahuku bahwa dia ada di sekitar sini!"
Siswa Ravenclaw itu tampaknya tidak peduli dengan protes Regina. Dia berjalan dengan langkah mantap (dan terengah-engah) menuju kastil. Namun, mereka melewati Draco dalam perjalanan.
Draco akhirnya menoleh lagi, kali ini dengan ekspresi yang campuran antara kebingungan dan kejengkelan. "Apa yang terjadi di sini?" tanyanya dengan nada datar.
Siswa Ravenclaw itu berhenti sejenak, lalu berkata dengan penuh keyakinan, "Dia butuh bantuan! Jangan khawatir, aku akan memastikan dia baik-baik saja!"
Draco hanya mengangguk pelan, menatap Regina selama sepersekian detik, lalu kembali ke bukunya tanpa berkata apa-apa lagi.
Regina hampir meledak. Dia bahkan tidak peduli?! pikirnya.
Akhir yang Konyol
Setelah berhasil kabur dari siswa Ravenclaw (dengan cara memaksa dirinya turun dari gendongan), Regina kembali ke tempat Scorpius sambil mengomel.
"Ini bencana! Bencana besar! Kenapa semua orang yang peduli padaku adalah kutu buku yang suka teori bintang?" keluhnya.
Scorpius, yang masih tertawa, hanya mengangkat bahu. "Kau harus akui, Mum. Itu sangat lucu."
"Lucu? Aku hampir kehilangan harga diriku tadi!"
Scorpius menyeringai. "Tapi lihat sisi positifnya. Draco memperhatikanmu lagi, kan? Bahkan kalau hanya sebentar."
Regina memutar matanya. "Ya, kalau memperhatikan artinya menatapku seperti aku adalah masalah matematika sulit."
Scorpius menepuk bahu ibunya. "Jangan khawatir, Mum. Kita akan coba langkah berikutnya. Aku yakin kau akan berhasil... akhirnya."
Regina menghela napas panjang. "Langkah berikutnya? Semoga ini tidak seburuk pura-pura sakit."
Scorpius hanya tersenyum misterius. "Percayalah padaku. Aku punya ide brilian untuk berikutnya."
Regina hanya bisa menggelengkan kepala. Apa lagi yang akan dia rencanakan kali ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Get Draco Malfoy as Your Husband. | DRACO MALFOY X OC
FanfictionRegina Yaxle selalu hidup dalam bayang-bayang kejayaan orang lain di Hogwarts. Sebagai Hufflepuff yang "biasa saja," ia hanya menjadi pemeran figuran dalam kisah besar Harry Potter dan teman-temannya. Hidupnya berjalan datar hingga suatu hari, sebua...