Harry meraba nakasnya, mencari kacamata bundar yang senantiasa bertengger indah di hidung mancungnya. Pengelihatan Harry sangat buruk tanpa kacamata kesayangannya, seluruh pandangannya kabur dan remang-remang.
Berapa kalipun Harry mencoba meraba nakas, Harry tetap tidak menemukan kacamatanya. Harry sangat yakin ia meletakkannya disana semalam, Harry tak mungkin menyulitkan dirinya sendiri, maka dari itu Harry selalu menempatkannya disana.
Harry yakin dirinya sudah sangat terlambat untuk menyiapkan sarapan, Harry semakin mencari kacamatanya dengan tergesa-gesa. Membuka laci-laci dan meraba hingga ke lantai, terus menerus meraba bak orang gila. Matilah dia kalau sampai kacamatanya hilang.
Tok tok
Sebuah ketukan pintu mengambil alih fokusnya, sebuah suara muncul dari balik pintu kamarnya.
"Harry? Draco akan bangun dalam 30menit." Theodore rupanya, Harry merasa terselamatkan.
"Theo? Theo, masuklah! Tolong aku!" Setelah meneriakkan itu, Harry mendengar suara pintu di buka dengan sangat kasar dan terkesan tergesa-gesa.
"Ada apa Harry?!" Dalam landangannya yang sangat buruk Harry dapat melihat sosok Theodore mendekati dirinya.
"Theo, kacamata ku hilang. Aku tak dapat melihat dengan jelas, tolong bantu aku mencarinya. Aku meletakkanya disini semalam, dan sekarang entah dimana aku tak tau, tolong aku. Aku harus segera menyiapkan baju dan sarapan untuk Draco" Harry berucap dengan suara yang bergetar. Harry takut pekerjaannya tidak selesai dengan sempurna.
"Tenang Harry"
Theodore menengok kekanan dan kekiri, mencoba mencari kacamata Harry yang mungkin saja terselip. Dan benar saja, kacamata Harry terselip diantara nakas dan ranjang, Theodore langsung mengambilnya dan memberikannya pada Harry.
Harry menghela napas panjang, dirinya sekarang sudah dapat melihat dengan sangat baik. Harry menatap Theodore yang juga menatap dirinya dengan pandangan khawatir, Harry tersenyum pada Theodore dan mengatakan terimakasih karena sekarang semua sudah baik-baik saja.
Theodore memberikan sebuah buku notes kecil pada Harry. Harry mengingat notes itu, notes lama miliknya. Harry sangat yakin notes ini sudah lama hilang setelah Harry lupa dimana ia meletakkannya.
"Dimana kau mendapatkan ini? Ini milikku" Harry bertanya dengan kedua bola mata yang berbinar, sangat antusias menerima notes lama miliknya. Notes dengan sejuta kenangan.
"Aku menemukannya, aku sudah menuliskan tugas-tugasmu beserta urutannya. Lakukan dengan baik, ya?" Theodore mengacak rambut Harry karena merasa gemas padanya, Harry sangat lucu ketika sedang senang, mata bulatnya berbinar dan bibir mungilnya tersenyum dengan indah.
"Siap, pak!" Harry memberi hormat ala militer, dan segera meletakkan buku kecil itu pada laci nakasnya. Setelah menyelesaikan pekerjaan paginya, ia akan mempelajari tugas-tugas yang telah dituliskan oleh Theodore.
"Siapkan baju untuk Draco dan buatkan sarapan untuknya. Ingat, satu porsi saja ya" Harry mengangguk menanggapi arahan Theodore, mereka berdua keluar dari kamar dan berjalan dengan arah yang berbeda. Harry yang menuju ke kamar Draco dan Theodore yang berjalan entah kemana—Harry tak dapat mengingat dengan baik jalan dirumah Draco karena rumah itu terlalu besar.
Harry mengetuk pintu besar di hadapannya itu tiga kali lalu membukanya. Seorang pria dewasa bersurai platinum masih setia terbaring meringkuk di kasur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Harry berjalan menuju walk in closet milik tuannya untuk menyiapkan baju. Harry memilih dengan sangat cepat.
Setelah memastikan baju yang ia pasangkan pas, ia keluar dari kamar Draco dan menuju dapur. Harry langsung memilih menu sederhana untuk sarapan. Roti, bacon, telur, sosis dan segelas susu akan menjadi menu sarapan pagi ini. Setelah sarapan siap, Harry memasukkan sepiring makanan itu dalam penghangat makanan agar makanan itu senantiasa hangat sampai tiba ke tangan Draco.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang - Orang Menyebutku "Malang" [ Drarry ]
FanfictionHujan sangat deras dengan petir yang tak henti-hentinya menyambar, suara keras membangunkan bayi kecil berusia kurang dari satu tahun yang menangis karena ketakutan. Untungnya, ia memiliki ibu yang siap mendekapnya kapan saja, menghangatkannya, meli...