•✄𝕿𝖎𝖌𝖆 𝕭𝖊𝖑𝖆𝖘✾
“Bagaimana bisa hilang Jake?!” sentak Heeseung sembari memijat pelipisnya.
Sedangkan Jake, sekarang tengah khawatir ketika menyadari kalungnya hilang. Seingatnya tadi dirinya hanya pergi ke toilet asrama, tetapi ketika mencarinya disana, ia tidak menemukan kalung tersebut. Bahaya jika ditemukan oleh yang salah.
Menghela nafas pelan dengan mengusap wajahnya gausar, Heeseung duduk kembali di sebelah Jake. “Coba ingat kembali! Sebelum ke toilet, kau ke mana? Bisa saja ke ruang guru? Ke ruang kesehatan untuk mengecek obat?”
“Nah! Iya! Aku juga habis dari ruang kesehatan! Mungkin saja di sana Hyung!” pekik Jake ketika ingat. Benar! Tadi dirinya dari ruang tersebut.
Menunggu malah tidak ada tindakan dari adiknya itu, Heeseung mendorong Jake untuk berdiri. Sempat ingin protes, Heeseung menggeram lirih.
“Jika tahu ada disana, kesana cepat! Kau ingin kalung itu benar-benar hilang, Jake Shim?!”
Tersenyum tidak enak pada kakak sulungnya, Jake langsung berlari ke luar dari kamar asrama mereka menuju ruang kesehatan Academy.
Meninggalkan Heeseung yang tidak habis fikir dengan kecerobohan Jake. “Anak itu, masih saja ceroboh.”
“Eh? Sepertinya aku melupakan sesuatu. Tapi ap-- yak! Karina! Tunggu sebentar!”
.
.
.Sunoo meringis lirih ketika Jungwon mengobati luka goresnya di lengan menggunakan obat merah. Setelah selesai, Jungwon menambah plester agar darah tersebut tidak merembes kembali.
Sejak tadi juga, Jungwon berusaha mengontrol pikirannya agar tidak menyerang Sunoo. Naluri dalam dirinya memaksa dirinya sendiri agar menerkam saat ini juga, dengan menggigit leher Sunoo.
Bayang-bayang mengenai nikmatnya darah Sunoo semakin membuat Jungwon berkeringat. Bahkan tangannya sedikit gemetar ketika dirinya berusaha menekan emosi dari tubuhnya.
“Sunoo, ingat perkataanku. Jangan dulu keluar sebelum aku kembali! A-aku-- akh!”
Belum selesai dengan ucapannya, Jungwon berlari keluar dari ruang kesehatan dengan tidak lupa mengancing pintu tersebut dari arah luar. Meninggalkan Sunoo yang terdiam bingung.
Rasa kantuk menyerangnya, membuat Sunoo mengedikkan bahunya. “Mungkin saja ingin ke toilet. Ya sudah, lumayan juga untuk tidur.”
Tanpa berlama-lama, Sunoo merebahkan tubuhnya ke tempat tidur, yang memang disediakan untuk murid-murid yang terkena sakit. Tidak lama, Sunoo tertidur.
Tanpa menyadari, dari arah tembok ruang kesehatan tersebut ada seseorang yang mengepalkan tangannya, ketika mengetahui keadaan Sunoo.
“Aku harus lebih mengawasi Sunoo-ku. Tenang Sunoo-ku, kau aman bersama--”
“Hei! Penguntit!”
Seruan itu membuat si penopeng yang mengawasi Sunoo itu lari meninggalkan area ruang kesehatan.
“Yak! Hei! Aishh! Cepat sekali dia berlari, sama-sama vampire mungkin?” gumam Jake, yang baru sampai dan memang ia yang tadi berteriak.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝕰𝖙𝖊𝖗𝖓𝖊𝖑𝖑𝖊
VampirosWalau di zaman modern seperti ini, tidak menutup kemungkinan jika apapun bisa terjadi. Begitu juga dengan adanya makhluk dari klan Vampire. Mereka masih ada hingga saat ini, orang-orang saja yang terlena dengan kepuasan mereka yang menjadikan mereka...