PULAU TERPENCIL (1)

105 4 0
                                    

This work belongs to Belladonna Tossici - (BelladonnaTossici9)

Vote sebelum membaca.

🔥🔥🔥


Jakarta siang ini terasa lebih terik dari biasanya. Aku menjejakkan kaki di gedung DPP Partai Indonesia Emas dengan langkah cepat, berusaha menutupi rasa gugup di dalam dadaku. Gedung ini besar, megah, dan penuh dengan suara orang mengobrol. Nggak ada yang berjalan lambat di sini, semua cepat malah cenderung berlarian di antara meja-meja konferensi. Aku yang biasanya lebih sering duduk di pantai atau mendaki gunung, kini berada di sini, di dunia yang sangat berbeda. Dunia politik, dunia kampanye, dunia yang bahkan aku nggak pernah bayangkan akan kujalani.

Mas Hilbram, fotografer senior yang membimbingku dalam program magang di salah satu perusahaan periklanan besar di Jakarta, sudah menunggu di depan pintu ruang rapat. "Luna, lo siap? Ini bukan tugas biasa. Jangan hanya jadi penonton, lo harus benar-benar bekerja keras," katanya dengan nada serius.

Aku mengangguk, mencoba menenangkan diri. "Siap, Mas."

Aku melangkah ke dalam ruang yang penuh dengan aktivitas. Ada tim sukses yang sedang sibuk mempersiapkan segalanya untuk kampanye calon wakil presiden, Aditya Rashid Zubairu. Ya, sosok yang sudah sering aku dengar namanya di berita, bahkan sering kulihat di televisi. Calon wakil presiden termuda sepanjang sejarah. Usianya baru 34 tahun, tapi karisma dan kepemimpinannya membuatnya tampak jauh lebih tua.

Namun, melihatnya langsung di hadapan mata, ada perasaan yang nggak bisa dijelaskan. Pak Aditya berdiri di tengah ruangan, berbicara dengan beberapa tokoh penting. Tubuhnya tegap, jas biru yang dia kenakan memperjelas bentuk tubuh atletisnya. Bahu lebar, dada bidang, dan otot-otot yang terlihat jelas meskipun disembunyikan di balik jas itu. Kulitnya gelap, seolah menyerap cahaya. Nggak ada yang bisa mengabaikan keberadaannya. Mata hitamnya tajam dan penuh wibawa, seakan bisa menembus siapa pun yang ada di hadapannya. Setiap gerakan tubuhnya begitu terkoordinasi, langkahnya penuh dengan kepercayaan diri, dan semua orang di sekitarnya memandangnya dengan hormat.

Nggak heran sih. Kata Google, ayahnya adalah pengusaha perhiasan. Toko emasnya sudah berdiri lebih dari setengah abad lamanya di negeri Ini dan punya puluhan cabang di seluruh Indonesia. Dia sendiri mengelola beberapa bisnis tambang sebelum terjun ke dunia politik. Uang bukan masalah buat keluarga Zubairu.

Aku menundukkan kepala, mencoba mengalihkan perhatian pada peralatan foto yang kubawa. Nggak ada waktu buat fan girling. Kerja yang bener kalau mau dapat surat keterangan magang. Tadinya aku mikir begitu.

Namun, saat Pak Aditya menoleh, matanya langsung bertemu dengan mataku. Sebuah kontak mata yang singkat, tapi terasa begitu dalam. Aku merasa jantungku berdebar lebih cepat, dan tubuhku tiba-tiba terasa kaku. Kenapa? Jangan bilang aku naksir om-om yang usianya terpaut 14 tahun lebih tua daropadaku. Aku mengalihkan pandangan dan menatap layar kamera dengan fokus, berusaha nggak terjebak dalam ketegangan yang tiba-tiba muncul.

Mas Hilbram menepuk pundakku, menyadarkanku. "Luna, lo kenapa?"

Aku menggeleng cepat. "Nggak pa-pa."

Setelah beberapa menit, rapat pun dimulai. Pak Aditya berdiri di depan, memimpin rapat dengan begitu tegas. Suaranya yang dalam dan penuh otoritas membuat setiap orang terdiam mendengarkan. "Kita harus memastikan bahwa visi kita tentang Indonesia lebih baik benar-benar sampai ke rakyat. Perubahan nyata dimulai dari daerah-daerah yang tertinggal, dari daerah-daerah yang perlu perhatian pemerintah. Ini bukan hanya soal kampanye, ini soal masa depan bangsa," katanya.

Selama ini aku beranggapan nggak ada politisi idealis. Semuanya mengatasnamakan rakyat untuk mengeruk keuntungan. Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara, demikian bunyi salah satu pasal dalam Undang-undang Dasar 1945. Sekarang aku paham makna pasal tersebut. Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara agar tetap miskin oleh negara supaya setiap lima tahun sekali suaranya bisa dipanen oleh para politikus busuk.

AGE GAP ROMANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang