SWEET REVENGE (1)

138 7 0
                                    

This work belongs to Nur Muslimah - Nurmoyz

Vote sebelum membaca.

🔥🔥🔥

Clarissa menatap sedih ayahnya yang tengah terbaring lemah di ranjang pasien dengan alat-alat medis terpasang di tubuh. Sudah hampir satu tahun ini David Tanjaya tak bersedia membuka mata dan membiarkan putrinya menanggung beban seorang diri.

"Pa, mau sampai kapan Papa kayak gini? Lisa capek, Pa," lirih wanita cantik itu dengan air mata melucur di pipi.

Tak berapa lama, seorang dokter laki-laki masuk ke ruangan. Clarissa cepat-cepat mengusap air matanya karena tak ingin terlihat lemah di depan orang lain. "Clarissa, ikut saya sebentar, ya, ada hal penting yang mau saya bicarakan sama kamu," ucap dokter muda itu lalu berlalu pergi.

Clarissa mengangguk kemudian mengikuti langkah sang dokter di belakang.

"Papa kamu sudah terlalu lama berada di rumah sakit ini, tubuhnya sudah mulai lemah. Saya sarankan agar kamu melepas semua alat bantu di tubuhnya."

Mendengar saran itu, wajah Clarissa berubah kaget dan sedih. "Nggak, Dok, saya akan tetap berusaha membuat Papa bangun kembali. Saya mohon beri saya waktu. Cuma dia yang saya miliki saat ini."

Dokter Niko mengembuskan napas berat saat dia menatap wajah sedih Clarissa. Lebih dari siapa pun, Dokter Niko adalah saksi bagaimana hidup gadis ini tiba-tiba berubah jadi sangat menyedihkan. Dari seorang tuan putri yang bergelimang kemewahan, menjadi upik abu yang harus berjuang hanya untuk sesuap nasi.
Setelah keluarga Tanjaya jatuh bangkrut dan kepala keluarga mereka terbaring di sini, semua orang pergi meninggalkannya.

"Tapi, Clarissa, biaya ayah kamu di sini sangat besar. Asuransi yang dia miliki tinggal beberapa bulan lagi akan habis masa berlakunya. Mau nggak mau kamu harus bersiap untuk kemungkinan terburuk. Ikhlaskan dia dan lanjutkan hidup kamu dengan baik." Dokter Niko memberi saran bijak sebagai orang yang sudah lama kenal keluarga Tanjaya.

"Tolong, Dok, jangan copot alat-alat medis di tubuh papa saya. Saya janji akan secepatnya mencari pekerjaan yang layak."

Melihat tekad Clarissa, Dokter Niko akhirnya mengembuskan napas berat. "Baiklah, saya akan coba berbicara dengan pihak rumah sakit agar memberi kamu waktu."

Dengan senyum lega, Clarissa pun mengangguk. "Makasih, Dok, karena selalu membantu saya."

Dokter Niko hanya membalas ucapan tulus Clarissa dengan anggukan, biar bagaimanapun laki-laki berkacamata itu tak bisa membiarkan wanita di depannya kesusahan seorang diri. Apa lagi keluarga Tanjaya dulu sudah berjasa pada keluarganya. Mungkin dari sekian banyak orang yang pernah dekat dengan keluarga Tanjaya, hanya kelurga Niko satu-satunya yang masih bersedia membantu Clarissa.
Setelah pembicaraan selesai, gadis berwajah cantik itu keluar dari ruangan. Tak berapa lama, ponsel di dalam tasnya tiba-tiba berbunyi. Tertera nama 'bos Alex' di layar.

"Kamu di mana? Kenapa belum sampai di sini? Sudah saya bilang, kan, kalau hari ini akan ada acara penting di club." Alex terdengar sangat marah di seberang sana.

"Maaf, Bos, saya ada ke-"

"Saya nggak mau tahu alasan kamu, cepat ke sini dalam waktu dua puluh menit. Atau kamu saya pecat!" Panggilan ditutup setelah itu.
Clarissa mengembuskan napas lelah, lalu memesan taksi online. Jika bukan karena dirinya butuh banyak uang, dia tak akan sudi bekerja di club itu. Namun, Clarissa tak punya pilihan lain. Satu tahun sejak keluarganya pindah ke Jakarta lagi, Clarissa begitu kesusahan untuk mencari pekerjaan.
Akhirnya dia terpaksa bekerja serabutan demi biaya hidup, sampai harus mengambil dua pekerjaan paruh waktu. Jika di club dapat shift malam, maka pagi harinya Clarissa akan mengambil job menjaga lansia atau balita. Terkadang dia pun bisa mengambil jasa cuci gosok atau beres-beres untuk anak-anak kost di samping rumahnya.

AGE GAP ROMANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang