PULAU TERPENCIL (5)

41 2 0
                                    

This work belongs to Belladonna Tossici (BelladonnaTossici9)

Vote sebelum membaca.

🔥🔥🔥

ADITYA'S POV

Pagi itu, aku terbangun dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Badanku masih terasa hangat, sedikit lelah, tetapi ada sensasi yang berbeda, sebuah perasaan yang membuatku berpikir tentang apa yang terjadi semalam. Suara deburan ombak terdengar jelas, seolah dunia sekitar pun ikut terjaga, mengingatkan aku bahwa satu malam telah berlalu di tempat asing.

Aku memandang Luna yang masih terlelap di sampingku, tubuhnya telanjang dan tampak menggiurkan. Dia bagaikan lukisan yang hidup, di mana setiap lekuk tubuh menyimpan cerita tentang kelembutan sekaligus kekuatan. Luna bukan gadis cengeng dan manja. Dia menyelamatkan nyawaku dengan cekatan.

Aku belum bisa banyak membalas budi. Oleh karenanya kuberikan sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Seks pertama.

Aku takjub pada reaksi tubuhnya. Buah dadanya terasa pas dalam genggamanku dengan kedua puting cokelatnya tegang di bawah sentuhanku. Perutnya datar dan halus, menggodaku untuk berlama-lama mengecupinya hingga punggungnya melengkung dan bibirnya menggumamkan satu nama, Aditya.

Kakinya yang ramping terbuka, mempersilakanku menyesap manis tubuhnya dan yang terpenting, liang surgawinya. Aku tidak akan melupakan jepitan liang perawannya yang berdenyut hangat bagaikan meremas kejantananku dan mengantar ke gerbang kepuasan.

Lalu wajahnya memerah ketika aku menggagahinya. Sempat mengernyit kesakitan tapi berganti binar kebahagiaan. Sungguh, menggauli seorang perawan untuk pertama kalinya bukan hal mudah. Dia mungkin belum punya pembanding, tapi kalau kesan pertama kurang menggoda, maka dia akan menolak melakukan selanjutnya. Aku tidak boleh membuatnya trauma sebab di pulau terpencil ini, hanya dia yang aku punya.

Selama sepuluh tahun terakhir, aku sudah terlalu sering terlibat dalam hubungan singkat, hubungan tanpa ikatan, yang hanya meninggalkan kepuasan fisik. Namun semalam, aku tahu, aku baru saja melewati sesuatu yang lebih dari sekadar permainan. Luna, dengan segala kepolosannya, membawa sesuatu yang lebih murni. Dan meskipun aku biasanya tak peduli dengan perasaan, entah kenapa aku merasa sedikit lebih terhubung kali ini.

Aku seorang calon wakil presiden, dan dunia di luar sana menuntut banyak hal dariku. Seks tak ayal menjadi kebutuhan pereda sakit kepala. Kalau tidak mendapatkan seks, kepalaku bisa pecah. Syukurlah banyak perempuan tergila-gila pada juniorku. Katanya mengintimidasi tapi ujungnya mereka minta lagi. Wanita memang makhluk yang sulit dimengerti.

Morning woods. Aku melirik ke arah penisku yang tegang setiap pagi. Tak sadar aku tersenyum mengingat semalam Luna begitu terperanjat melihat adik kesayanganku dalam ukuran maksimalnya. Penisku memang monster. Setiap kali mengincar vagina, dia akan mendapatkan bagaimana pun caranya. Jika sudah merangsek masuk, maka penisku akan menghancurkannya hingga sang pemilik tidak berdaya.

Aku melirik liang kenikmatan Luna yang masih mengeluarkan sisa persetubuhan kami. Cairan yang seharusnya berwarna putih, sedikit merah tercampur darah perawannya. Spermaku menyembur cukup banyak semalam dan meluber keluar dari liang senggama Luna. Selama lebih dari satu minggu, aku tidak berhubungan seks. Rangkaian acara kampanye ini menyiksaku lahir dan batin hingga semalam aku mendapatkan pelepasan yang memuaskan. Aku ingin kembali merasakannya.

Jadi, aku membawa masuk payudara Luna ke dalam mulut, menyedotnya bergantian. Sementara kucelupkan jemariku ke dalam liang yang baru beberapa jam lalu kuperawani. Dua jariku merogoh miliknya yang hangat dan licin, meraba dengan lembut, menyusuri permukaan yang basah, seolah merasakan getaran dari dalamnya. Liang senggama Luna terasa seperti memiliki ritme sendiri, seakan mengundang untuk menyelam lebih dalam lagi.

AGE GAP ROMANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang