"Barang itu ditinggalkan salah satu mahasiswa dari Jerman, baru saja minggu lalu dia menghilang tiba-tiba tanpa pamit. Sepertinya kuliahnya sudah selesai dan kembali ke negara asalnya. Tahu kan, anak-anak sekarang lebih banyak tidak sopannya," kata Babushka, saat melihat Tirta mengamati sebuah radio dan tape recorder. Sebagai penjaga, dia juga diwajibkan untuk sesekali membersihkan khrushchyovka di sore hari tiap akhir pekan. Dia harus mengecek ulang unit yang sudah yang ditinggalkan penyewa, memastikan tidak ada barang terlarang atau senjata.
"Ada saja yang seperti itu, dan anehnya mereka malah menuduh agen Uni Soviet yang menebar pengaruh narkoba ke seluruh dunia. Mereka yang produksi, kami yang terzalimi," keluh Babushka.
Tirta mencoba mencolokkan kabelnya dan menghidupkan radio, namun tidak ada suara apapun. Lalu dicobanya menekan tombol bertuliskan "play", dan tetap hasilnya sia-sia. "Aneh, biasanya barang Jerman tahan banting," katanya sambil membolak-balik alat itu. Tidak ada tulisan apapun sebagai tanda pembuat atau merknya di sana.
"Itu barang murahan dari Pyongyang. Kalau benar mahasiswa, kemungkinan besar dia membelinya di Pasar Krestyanskiy, di sana ada beberapa pedagang loakan dengan dagangan terjangkau. Tapi ya, tentu kualitasnya seperti itu, dua tiga minggu sudah rusak," kata Babushka, sambil mengangkat bahu. Ia meneruskan menyapu kamar itu.
Pantas sepi sekali suasana di sana, pikir Tirta. Untuk membeli barang hiburan saja harus merogoh kantung cukup dalam. Kalau pun dapat yang hargaya terjangkau, dalam waktu singkat sudah harus masuk tong sampah.
"Boleh saya minta? Toh sudah rusak dan pemiliknya tidak akan kembali lagi. Kita bisa mengusir sepi dengan lagu-lagu The Beatles," tanya Tirta. Babushka mengangguk dengan tersenyum.
"Oh Beatles! Konechno! Konechno! Silakan, saya juga sudah lama tidak mendengarnya, Mungkin sudah 13 tahun lalu," jawab Babuskha, mempersilakan. Tapi dia mengingatkan untuk berhati-hati agar tidak memutarnya terlalu keras. Banyak warga yang akan marah dan mungkin saja melapor ke petugas setempat. Masalahnya memang bisa jadi seserius itu, sekalipun Babuskha sendiri menggemarinya.
"Anda tahu? Saat dulu John Lennon menyamakan bandnya dengan Jesus, banyak piringan hitam dan kasetnya serentak dibakar beramai-ramai. Baunya menyengat ke seluruh kota," kenang Babushka. Andai silap kata itu tidak terjadi, mungkin banyak penggemar The Beatles di kota terpencil ini.
Tentu saja Tirta tahu kejadian itu. Sebenarnya pada tahun 1966 Lennon menyatakan sebuah kritik bahwa manusia kini lebih suka mendengarkan musik sebagai pelarian hidup, ketimbang mencari kedamaian di dalam agama. Namun kalimatnya dipotong dan disalahartikan sehingga menimbulkan kecaman dari penganut Kristen di seluruh dunia.
Sesekali dentang lonceng gereja terdengar memenuhi udara. Dari arah jendela, dia melihat anak-anak dan remaja baru pulang dari beribadah. Sekalipun terkenal sebagai negara pengekspor komunisme, situasinya tidak seperti yang dibayangkan oleh orang-orang di Indonesia. Di lapis bawah, rakyatnya masih kuat memeluk agama.
Tirta turun dan mengambil obeng dari ruang peralatan. Tidak lama dia sudah membongkarnya sambil duduk di depan pintu utama gedung. Dikeluarkannya isi tape recorder yang sudah penuh dengan bubuk putih itu.
"Ah mudah saja, transistornya terbakar. Mungkin terkena air atau tegangan listrik tiba-tiba naik," gumamnya. Dia mencatat nomor serinya, lalu bertanya kepada Babushka di mana bisa membeli peralatan elektronik di kota ini.
"Ada toko elektronik kecil di ujung pasar. Sampaikan salamku kepada Viktor Kostrov, penjaganya. Kami teman sekolah dulu," pesan Babuskha.
Tak sampai setengah jam, Tirta sudah sampai di Pasar Krestyanskiy. Bau hanyir daging dan tekstil sintetis yang menusuk segera menyengat hidungnya. Kebanyakan isi pasar itu adalah pedagang ikan dan sayuran, sehingga tidak sulit mencari toko yang dimaksud oleh Babushka.
Pria tambun dengan kumis dan bulu dada yang lebat itu menyambut Tirta dengan tatapan tajam dan muka tak bersahabat. Baru lah sikapnya sedikit berubah setelah menyampaikan salam dari Babuskha.
"Da! Katarina Laskov," katanya sambil mengingat-ingat. Namun setelah itu tidak ada sepatah katapun. Tirta kemudian menunjuk laci kecil berisi transistor, lalu menyerahkan secarik kertas berisi kode seri transistor yang dia maksud.
"Yang murahan seperti itu barang jangkrikan dari Korea Utara, ganti saja dengan ini. Buatan Leningrad jauh lebih tahan lama. Nomor serinya saja yang beda, tapi sebenarnya fungsinya sama bisa dipertukarkan," katanya.
Tirta menimbang-nimbang transistor itu di tangannya. Terasa lebih berat dan teksturnya lebih halus, tidak asal-asalan seperti yang ada di dalam tape recorder tadi. Ia juga memesan solder dan timah untuk memasang transistor tersebut ke PCB.
Begitu menyerahkan uang untuk membayar, tiba-tiba saja Tuan Kostrov memegang erat tangannya. Mukanya terlihat mengancam.
"Sebentar, kau tidak sedang membuat radio untuk berkomunikasi, kan?"
Dengan setengah ketakutan, Tirta menggelengkan kepalanya, lalu menjelaskan bahwa dia hanya ingin memperbaiki tape recorder yang rusak.
"Baguslah, baru saja minggu lalu penghuni khrushchyovka yang dijaga Katarina itu ditangkap saat sedang membeli transistor yang sama di sini. Rupanya dia ketahuan membuat radio amatir untuk membocorkan banyak rahasia ke dunia luar," cerita Tuan Kostrov sambil menyeruput teh manis panas dari gelas di depannya.
"Lebih baik tidak menyusahkan orang-orang kecil seperti kami. Saya sampai diinterogasi sampai malam karena kelakuan anak itu," kata Tuan Kostrov, meningatkan.
"Lalu Si Mahasiswa bagaimana?" Tanya Tirta. Tiba-tiba saja dia merasa sangat yakin bahwa anak muda inilah yang diceritakan oleh Babushka menghilang tiba-tiba.
"Tidak ada yang bisa tahu pasti nasibmu kalau sudah dituduh jadi mata-mata negara lain. Saya hanya bisa mendengar suara anak itu menjerit-jerit dari arah ruang bawah tanah. Mungkin dia hanya iseng ingin bicara dengan teman-temannya dari luar negeri. Tapi akibat keisengan itu fatal," cerita Tuan Kostrov lagi.
Tirta menelan ludahnya, dan memberanikan diri untuk bertanya, "Anda masih ingat baju yang dipakai anak itu?"
"Aduh, aku terlalu pusing melihat berbagai warna transistor, resistor, dan alat elektronik kecil-kecil lain. Untuk apa memperhatikan hal seremeh itu?" Bentaknya dengan marah. Tirta kemudian jadi sadar bahwa situasinya jadi tidak bersahabat, sehingga kemudian melangkah keluar setelah berusaha meminta izin dengan sopan, sebelum akhirnya Tuan Kostrov melambaikan tangan dan berteriak.
"Oh aku baru ingat, dia pakai baju kotak-kotak biru dan abu-abu. Celana flanel cokelat tua."
Seketika kepala Tirta begitu sakit, teringat berita pertama yang dia kirimkan saat sampai di kota kecil ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat-Surat dari Yakutsk
Ficción históricaUntuk bisa memahami mengapa sosok Tirta adalah yang paling berhasil mengatasi luka dan trauma di dalam dirinya di dalam novel Jurang Salak Satu, kita perlu memahami latar belakang hidup Tirta yang dipenuhi pengkhianatan, direndahkan, bahkan diasingk...